(n.) The delusion of things being more beautiful than they are
Aku lebih sering jatuh cinta pada keindahan kata. Seorang laki-laki dengan paras yang rupawan. Ia tidak lebih dari bertahan tak berkata dan berjalan di depan kawanannya. Gadis-gadis tak bisa melepaskan mata darinya.
Belum ada yang berhasil mengambil hatinya. Ia lebih suka dengan perpustakaan dan jaketnya dibanding cinta. Dia terlalu tampan untuk kau bayangkan sebagai seorang laki-laki penunggu perpustakaan, meskipun ia memang melakukannya. Nilainya jauh lebih cemerlang ketimbang semua laki-laki dengan gaya berpakaiannya; sepatu mahal, celana yang tepat, seragamnya keluar, berjaket, sangat rapi, dan menawan.
Ia berjalan di lorong sekolah bersama kawanannya. Terlalu banyak gadis yang mencintainya, termasuk aku, sampai lokernya hanya berisi surat-surat yang selalu tumpah setiap ia membukanya.
Bukan laki-laki romantis. Ia cuek, tidak peka, tetapi mudah tersenyum. Setiap kali ia tersenyum, rasanya detik ingin berhenti untuk tetap memandangi.
Lalu ketika bel pulang, ia menaiki motornya. Motor besar, begitulah. Tidak lupa tas yang biasanya ia bawa dengan satu bahunya dan jaket yang sering berganti-ganti.
Aku lebih mudah jatuh cinta pada kata. Seorang tokoh dengan penggambaran sempurna. Lalu aku menyusun imajinasi dan bahagia. Cukup begitu saja.
Sebelum aku menemukanmu, yang punya lebih banyak adjektiva daripada kata untuk menggambarnya di novelku.
Kalopsia.
1 Februari 2018
Kau lebih menawan daripada sesosok Dilan.
DisA