(n.) feigning disinterest in something while actually desiring it
Mimpi adalah darah yang sedang berenang menyusuri sungai-sungai di jiwaku. Ia tak bisa dan tak mau lepas dari tubuhku.
Setelah sampai ke daratan, kami lalu diburu dan perlahan dibunuh oleh nafas-nafas di sekeliling kami.
Seperti dikubur dengan lempung yang baru saja mereka injak. Ditambah dengan pasir-pasir yang melukai tubuhku di bawah sini.
Aku yang terlalu cerdik membaca keadaan sudah gagal dibunuh berulang kali. Tetapi nafas-nafas itu tak sungguh membunuhku. Jiwaku yang diancam oleh darahku sendiri.
Aku sudah tak butuh mimpi-mimpi. Sudah percuma.
Beberapa darinya sudah kubiarkan terbawa ombak laut yang baru saja kulintasi untuk sampai di sini. Sebagian kubiarkan dimakan oleh burung-burung camar yang suaranya mengganggu pendengaran.
Sisanya, kutitipkan padamu yang baru saja pergi. Yang dulu kuharap mimpiku bisa kembali bersamamu atau orang yang kau titipkan darah dan jiwaku di kepadanya.
Aku sedang bersenggama dengan kasurku. Aku ingin selalu seperti ini, berada di atasnya dan tak bangun kembali. Diam di sini dan tak menunggumu kembali.
Jika aku masih terbangun, mimpi-mimpi itu akan dikubur bersamaku lagi.
Accismus.
12 Juli 2018
DisA