(adj.) Used in an ironical sense to mean legitimate, and therefore, in reality, spurious and not at all legitimate.
Baru saja kuselesaikan rutinitas malamku; menyiram kaktus di balkon kamar dengan segelas penuh air. Sengaja, supaya aku bisa cepat membuangnya. Seperti para pemilik hati yang baru saja hancur, cara terbaik untuk melupakan adalah terus menerus merindukannya.
Kambing milik tetanggaku selalu ada di dalam kandang, lalu kubiarkan ia bermain di semak depan rumahku hingga ia gemuk. Sengaja, agar semak-semak yang sudah lama berdiam di sana bisa mengilang. Seperti para pemilik harapan yang baru saja disudahkan, cara terbaik melupakan adalah mengorbakan dirimu untuk selalu dianggap olehnya.
Waktu aku berkemah, aku menyalakan api unggun besar lalu menambahkan banyak dahan dan bahan bakar agar semua bisa melihat kegagahannya sampai membakar tendaku sendiri. Sengaja, agar aku bisa segera lari dari acara kemah. Seperti para pemilik kepercayaan yang baru saja runtuh, cara melupakan terbaik adalah terus memandangnya, lalu mengaguminya, lalu membanggakan semua kebaikannya.
Aku selalu ingin seperti mereka. Tetapi, aku tidak bisa.
Aku melakukan hal bodoh lagi; mengingatmu.
Cromulent.
8 Februari 2018
DisA