Énouement

243 10 5
                                        

(n.) the bitter- sweetness of arriving at the future, seeing how things turned out, but not being able to tell your past self

Bermimpilah yang indah. Setelah hari yang kita lewati bersama, aku menarik selimut dan terlelap.

Aku ingat bagaimana kita bertemu di suatu pagi. Aku bisa melihat potret diri kita berdua yang pernah kita ambil dan kusimpan di dalam sebuah kotak. Aku kembali ingat saat di mana kita menemukan badai yang mereka sebut perubahan. Aku melompat pada hari ini, baru saja aku pulang dari rutinitasku dan kau menghadang di jalan. Mau mengantarku pulang, katamu.

Tak ada yang pernah sadar ketika ia jatuh cinta. Ia akan datang ketika kita terlelap dan ia pergi ketika kita mencoba membereskan mimpi-mimpi yang berserakan. Dan malam ini, aku tidak sadar kalau aku jatuh cinta padamu lagi.

Aku bisa melihat bagaimana nanti aku dan kamu melewati hari berdua di sebuah taman. Guguran bunga membawaku pergi lebih jauh lagi. Ketika hal sederhana seperti senyum dan tatap mata selalu mengingatkan padaku tentang cinta.

Di ujung sebuah malam, aku bisa melihat diriku di gedung penuh hiruk pikuk manusia. Aku berputar dan terhenti di tempat kau berdiri. Kisah kita ini akan kembali tersakiti. Aku tak akan bersamamu nanti.

Sepertinya, matahari bersemangat pagi ini. Ia mengintip melalui celah di tirai jendela kamarku, membuat dua kelopak yang masih menguncup ini harus mekar lagi.

"Selamat pagi, mimpi indah semalam?", katamu. "Aku lupa apa yang ada di mimpiku semalam. Kurasa itu sangat indah".

Pagi itu aku terbangun dan kembali ke pelukanmu.

Énouement.


Malang, 8 Desember 2017
DisA

Hanya SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang