32. Diam

128K 6.9K 100
                                    

Akhirnya setelah perjalanan yang cukup membuat Andrian merasa pegal, Andrian sampai didepan rumah Tarissa. Tadi Andrian langsung meminta supirnya untuk membawa mobil Andrian agar lelaki itu langsung ke rumah Tarissa untuk menyelesaikan masalahnya.

Satpam rumah Tarissa yang sepertinya mengetahui kedatangan mobil didepan pagar rumah langsung segera membuka pagar. Tapi baru saja Andrian ingin menegaskan mobilnya untuk memasuki perkarangan rumah Tarissa. Kaca mobil Andrian diketuk oleh satpam rumah Tarissa.

Andrian membuka kaca mobilnya menampakkan satpam rumah Tarissa yang tengah berdiri tegap.

"Mas Andrian?" Tanya Satpam itu

Andrian mengangguk sebagai jawaban.

"Wah mas, dirumah nggak ada orang semua lagi pergi kerumah sakit" Jelas satpam itu yang membuat Andrian penasaran dengan siapa yang sakit.

"Emang siapa ya pak yang sakit?"

"Lah, mas Andrian nggak tau! wong istri mas yang masuk rumah sakit. Kalo nggak salah mbak Tarissa kepleset" Jelas pak satpam lagi.

Mendengar itu Andrian langsung merasa bersalah sebagai seorang suami. Andrian saja tidak tahu apa yang dialami oleh istrinya sampai membuat perempuan itu masuk rumah sakit. Andrian bertanya dimana Tarissa dirawat setelah mendapatkan jawaban tak butuh waktu lama Andrian segera melumundurkan mobilnya dan segera menuju arah rumah sakit.

Pikiran Andrian kemana-mana dia ingin memaki dirinya sekali. Sangat bodoh yang lebih mementingkan pekerjaan dari pada Tarrisa yang kemarin sangat butuh penjelasannya. Andrian berdoa dalam hati meminta kepada tuhan agar Tarissa tidak apa-apa.

•••

Di waktu yang sama dilain tempat. Tarissa didalam kemar rawatnya tengah berbaring barusan tadi Tarissa siuman. Badannya masih sangat lemas untuk melakukan apapun jangan kan itu berbicara saja Tarissa merasa sulit.

Didalam kamar rawat hanya Tarissa sendiri sebenarnya tadi Melannie menemaninya tetapi wanita itu pergi sebentar untuk membeli makanan. Untungnya ada tv yang menemani kesendirian Tarissa.

Pintu kamar rawat terbuka. Melannie datang dengan seorang lelaki yang tengah tersenyum kepada Tarissa dan membawa bungkusan makanan. Tarissa merasa terkejut dengan kedatangan lelaki itu, berusaha mendudukan badannya tetapi tidak bisa.

"Udah nggak papa Tar, kamu baringan aja aku nggak masalah kok" Katanya lalu mendekati ranjang Tarissa

"Aih pak dokter mah! beda" Jawab Tarissa sambil tersenyum

"Beda apanya? nggak ada kok!" Ucap Arlan dengan tampang polosnya.

Arlan adalah salah satu dokter dirumah sakit ini dan dia adalah sahabat seperjuangan Tarissa ketika SMA.

Melannie duduk di sofa sambil menonton siaran yang berlangsung disalah satu chenel tv dan memegang bungkusan makanan.

"Kamu masih pusing? ato mual gitu," Tanya Arlan,

"Masih, tapi nggak separah tadi"

"Mangkanya kamu jangan kecapekan trus makannya yang teratur dong! Kasian nanti anak dikandungan kamu Tar" Ceramah Arlan dari SMA sampai sekarang lelaki ini tidak berubah sama sekali dimata Tarissa. Arlan masih sama Arlan yang perhatian.

"Masih bingung sama kamu Lan, Nggak nyangka aja sekarang jadi dokter kandungan"

"Kenapa bingung?"

Baru saja Tarissa ingin menjawab pertanyaan Arlan tetapi sebuah pergerakan pintu membuat mata Tarissa menuju kearah sana disana seorang lelaki bertubuh tegap mengenakan jas rapi nya sedang berdiri disana.

Jantung Tarrisa berdegup lebih kencang dia belum siap bertemu dengan lelaki itu. Tak sengaja manik Mata Tarissa menatap manik Mata lelaki itu yang tengah menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Syukurlah kamu datang, tuh anak mama kek nya bener-bener lagi butuh penjelasan kamu, kalo gitu mama mau keluar bentar" Ucap Melannie katika Andrian menyalami tangan Melannie.

Andrian segera mendekat kearah Tarissa yang sedang membuang muka. Andrian berdiri di sisi lain tempat dimana Arlan berdiri.

Melihat kondisi yang seperti itu membuat Arlan tak ingin menganggu sepasang suami istri itu. Baru saja Arlan ingin menjauh dari ranjang Tarissa. Tangan Tarrisa mencegahnya.

"Arlan kok mau pergi?" Tanya Tarissa yang langsung membuatmu Andrian panas. Bagaimana tidak suara yang Tarissa keluarkan tadi sangat manja berapa bulan menikah Tarissa tidak pernah berbicara semanja itu dengan Andrian.

"Biarin aja dia pergi! Lagian kita kan butuh waktu berdua" Kesal Andrian tetapi sama sekali tidak dihiraukan Tarissa.

Sedangkan Arlan yang melihat mata Tarissa memohon membuat nya tak tega meninggalkan wanita itu.

"Aku kan mau cerita banyak, Lagian kita udah lama nggak ketemu kangen tau nggak aku sama sahabat aku yang perhatian ini!" Kata Tarissa sambil menekankan kata sahabat bermaksud menyindir Andrian.

"Tar,, aku mau jelasin kamu tentang kemarin, Sumpah aku bener-bener minta maaf sama kamu dan yang kamu lihat itu-" Ucapan Andrian terpotong

"Lan, tadi kan aku mau tanya kenapa kamu bisa jadi dokter padahal kan dulu kamu brandalan banget" kata Tarissa memotong ucapan Andrian, Tarissa sengaja dia tidak ingin tahu dulu penjelasan Andrian yang mungkin tambah membuat hatinya menjadi sakit.

"Aku brandalan tapi otak masih encer tar!" Elah Arlan yang memang benar. Dulu Arlan cukup dikatakan salah satu murid yang brandalan tetapi otak lelaki ini jangan ditanya jika ada lomba olimpiade Ipa Arlan akan maju.

Melihat Tarrisa yang sepertinya sangat dekat dengan Arlan membuat hati Andrian merasa panas.

"Tar aku ada disini lho!" Ucap Andrian lembut

"Kalo kamu ada disini emang kenapa?" Tanya Tarissa jutek

"Aku nggak suka liat kamu terlalu deket sama laki laki lain selain aku" Kata Andrian lembut yang malah mendapatkan sinisan dari Tarrisa.

"Kamu apa? aku tanya kamu apa sama Dania? nggak deket, sampe bisa ciuman di dalam lift!" Kesal Tarrisa yang mengeluarkan amarahnya yang memang sudah ditahan-tahan dari kemarin.

"Kamu salah paham sayang" Jelas Andrian

"Alah salah paham apalagi sih An, aku liat pakek mata kepalaku sendiri"

"Iya nanti aku jelasin, sekarang aku tanya kamu sakit apa?" Tanya Andrian perhatian sambil memegang puncak kepala Tarissa. Sebenarnya Tarissa sangat rindu dengan sentuhan Andrian tetapi tidak mungkin dia luluh hanya karena sentuhan saja. Tarissa segera menepis nya.

"Jelasin apanya, Nggak perlu! liat kamu aja nggak tau aku sakit apa"

"Kok kamu sekarang gini sih sayang?" Tanya Andrian lembut

"Gini gimana!" Kesal Tarrisa

"Maaf saya permisi dulu" Pamit Arlan tak enak hati.

•••

💜💜💜

My Hot DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang