"Mau makan?" Tanya Andrian sambil membawa piring berisi makanan yang memang sudah dibuatkan oleh Melannie tadi.
Tarissa menggeleng cepat. Mulutnya masih terasa pahit untuk mencoba makanan.
"Makan Tar, ini demi kesehatan kamu agar cepat pulih dan juga anak kita" Andrian mendudukki kursi yang berada disamping ranjang Tarissa.
"Anak kita apanya An? aku kan udah bilang aku nggak hamil!!" Jawab Tarissa kesal, Andrian menggeleng pelan melihat Tarrisa yang keras kepala. Akhirnya diapun mengalah berusaha tidak mengetahui kebenaran dan mengikuti kebohongan Tarissa.
"Iya kamu nggak hamil, tapi kamu harus makan Tar? emang nggak kangen sama Queensyah" Jelas Andrian
"Queensyah!!" Ucap Tarissa terkejut, hati Tarrisa berdesir kenapa bisa dia melupakan Queensyah. Apa yang dilakukannya sekarang seperti mama tiri yang jahat yang egois dengan putri kecilnya itu. Tarissa berusaha menyingkirkan pikiran itu.
"Makan ya biar cepet pulang, Syah udah kangen banget sama kamu" Ucap Andrian membuat Tarissa menganggukan kepalanya.
Andrian menyuapi Tarissa dengan sabar. Sementara Tarissa memaksakan mulutnya untuk mencerna makanan yang sebenarnya masih terasa pahit dilidah Tarissa.
•••
Pagi yang cukup cerah, hati Tarrisa pun pagi ini cukup cerah melihat pemandangan didepannya Andrian yang tengah tertidur diatas sofa. Dia rindu, rindu melihat Andrian yang tengah tertidur pulas dengan wajah polosnya itu.
Tarrisa bisa melihat kelelahan yang ada diwajah Andrian. Lelaki itu sedang terbaring di sofa dan tertidur lelap. Ada rasa rindu yang sebenarnya menyelimuti hati Tarissa ingin sekali wanita itu memeluk Andrian erat tetapi gengsi menyelimuti hatinya Tarrisa tidak ingin terlihat seperti memohon-mohon kepada Andrian.
Mungkin dengan cara melihat Andrian berjuang mendapatkannya lagi bisa melihat, dimana rasa cinta lelaki itu. Malam tadi Andrian tidur di rumah sakit menemani Tarissa. Jam sudah menunjukan pukul sembilan pagi tetapi Andrian masih terlelap.
Pintu terbuka memperlihatkan Arlan yang sedang berdiri tegak memakai jas putih yang pas ditubuhnya. Senyum manis terurik di wajah lelaki itu dengan pernak pernik biasa dipakai dokter.
"Udah mendingan?" Tanya Arlan sambil mengecek suhu tubuh Tarissa. Lelaki itu bukan bermaksud mengambil kesempatan tapi murni untuk mengecek suhu tubuh perempuan itu.
"Udah nggak terlalu pusing, tapi masih tetap mual"
"Kalo ibu hamil emang gitu, Sekarang kan udah ada yang jaga" Jawab Arlan tersenyum sambil menarik dagunya kearah Andrian yang masih tertidur.
Tarissa hanya tersenyum tipis,
"Besok kamu udah bisa pulang" Ucap Arlan.
"Nggak bisa hari ini Lan?" Tanya Tarissa, Dia tak sabar bertemu dengan Queensyah untuk melepas rindu dengan gadis kecilnya itu.
Arlan tampak berpikir tetapi akhirnya lelaki itu menganggukkan kepalanya.
"Yang penting kamu jaga kesehatan, jangan stres dan kecapean itu berpengaruh sama bayi yang kamu kandung, oke!" Jelas Arlan
"Oke!! siap pak dokter!!" Jawab Tarissa senang dengan tangan yang dibuatnya seperti sedang hormat.
"Masih aja kayak anak kecil" Kekeh Arlan sambil mengacak rambut Tarissa.
Tarissa cemberut melihat rambutnya yang menjadi berantakan karena Arlan. Tarissa segera merapikan rambutnya lagi.
"Kalo periksa-periksa aja, jangan ngambil kesempatan" Ucap suara tegas yang cukup mengejutkan Tarissa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hot Daddy
ChickLitTarissa Wijaya Putri seorang disigner yang memiliki paras cantik, mandiri dan bertalenta. Tapi siapa sangka diumurnya yang sudah hampir berkepala tiga, Tarissa belum mendapatkan sang pendamping hidup. Cerita cinta masa lalunya yang kelam masih sela...