BAIT KESEPULUH

862 144 34
                                    

Tok...Tok...Tok....


"Masuk!" Suara berat Profesor Kim sontak membuat air wajah Jae menegang. Siswa berkacamata itu lantas membuka gagang pintu perlahan, hingga seseorang yang sudah duduk dan bercengkerama lebih dulu dengan Profesor Kim sempurna membuat kedua mata kecilnya membulat. Luruh sudah atmosfer tegang dalam dirinya yang tersisa.

"Kalau begitu, aku permisi, Paman. Akan kusampaikan salammu pada ayah nanti," ucap gadis itu sembari memamerkan lesung pipitnya, manis. Disertai dengan gestur tubuh yang anggun, membuat Jae terpaku bahkan saat Cloui tersenyum menatapnya di ujung pintu.

"Anyeong haseyo, Sunbaenim," ia juga membungkukkan badan, memberi salam dengan sopan. Sementara senior di hadapannya hanya membuka mulut hingga satu sekon kemudian menjawab singkat, 

"Oh (ya)," bahkan hingga gadis yang selama ini dikagumi Jae itu berangsur menghilang dari pandang.

Cloui lebih dulu tersenyum kaku, sebelum ia benar-benar pergi dari ujung pintu.

"Jaehyung-ah, duduklah," Profesor Kim lalu menyuruh sembari mengambil beberapa berkas dari meja.

Namun, siswa berkacamata itu masih gila dalam pesona, menatap punggung Cloui yang segera hilang di persimpangan. Bahkan hingga Profesor Kim terpaksa buka suara untuk yang kedua kalinya, membuat Jae terkesiap, langsung menanggung malu sembari tersenyum masam.

Siswa berkacamata itu bergegas menuju sofa kemudian.

"M-maafkan aku, Profesor," ucapnya, menunduk dalam-dalam.

Profesor Kim malah mengembang lengkuk bibirnya kian lebar, tanpa disangka. Beliau bahkan tak merasa kesal meski tak diacuhkan oleh siswa kesayangannya.

"Gwaenchana (tak apa). Aku juga pernah merasakan perasaan itu puluhan tahun lalu. Bagaimana? Dia sungguh cantik, bukan?" Dan beliau dengan santainya lanjut menggoda, kontan membuat wajah siswa teladan itu merah padam.

Jaehyung berusaha menahan euforia sembari menggaruk tengkuk yang tidak gatal.

"Tapi... aku juga ingin meminta maaf atas insiden hari ini, Profesor," hingga akhirnya ia teringat dengan tujuan Profesor Kim menyuruhnya datang, atau mungkin itu hanya asumsi. Sebab Profesor Kim malah tampak memasang wajah heran sekarang.

"Insiden?"

"Ne. Maaf karena aku tidak bisa mencegah adikku berbuat ulah lagi. Di waktu selanjutnya, akan kupastikan ia tidak akan berani mengulanginya, Profesor. Jadi kumohon, jangan beri dia sanksi yang lebih berat," pinta Jae, menutup permohonan maafnya dengan membungkukkan badan.

Sebenci apa pun ia terhadap adiknya, kali ini, siswa berkacamata itu tampak benar-benar tulus meminta.

"Kau tenang saja, Jaehyung-ah. Perkelahian semacam ini memang sudah biasa terjadi. Aku akan tetap memakluminya, selama itu masih dalam batas yang wajar," Profesor Kim balas merekah senyum tulus, menenangkan.

"Lagi pula, sebenarnya bukan karena hal ini aku menyuruhmu datang kemari," lanjut beliau, sontak membuat Jae mendongak.

"Ne?"

"Aku ingin memberi beberapa tugas baru untukmu."

Siswa berkacamata itu mengerut dahi kian dalam. Namun alih-alih bertanya, ia lebih memilih diam, menanti penjelasan berikutnya.

🍁 🍁 🍁


Krrrrrrrrriiiinnngggggggggggggg.....

ERASER [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang