Suara kran wastafel yang sengaja dihidupkan maksimal menjadi penanda kegelisahan yang kini sudah sampai pada titik maksimal pula. Siswa berambut cokelat itu membasuh wajah tampannya beberapa kali, lantas mematikan kran, menghela napas panjang, menatap bayangan dirinya sendiri dalam cermin.
Setelah perbincangannya dengan Jae dalam ruang Osis tadi, perbincangan yang lebih mirip seperti perdebatan. Ia merasa sudah keterlaluan. Sudah terlampau jauh ia mencampuri urusan pribadi mereka, terlepas memang ia harus ikut campur tangan atau tidak. Sudah terlalu jauh pula ia mengganggu seniornya, meski itu dilakukannya semata karena ingin membela sahabat barunya.
"Ehm!" Hingga seseorang mendadak datang memecah lamunan, menyalakan kran air di sebelah, "Sampai kapan kau akan melamun sambil menatap wajahmu di cermin seperti itu, Young Hyun-ssi?" lanjut bicara.
Young Hyun beralih menatap lekat wajah siswa itu di cermin.
"Lee Daehwi?!" Ia sedikit tersentak.
Sementara yang disapa tersenyum, turut menatap Young Hyun di cermin pula,
"Oraenmaniya." dan ia masih lanjut membasuh kedua tangannya.
"Kau.. bukankah harusnya kau masih berada di rumah sakit?"
"Oh. Aku juga tidak menduga akan sembuh lebih cepat dari perkiraan." Siswa berpostur setinggi Young Hyun itu tertawa. Sementara siswa berambut cokelat itu tidak. Ia sudah menatap langsung wajah Daehwi, datar sekaligus dingin. Sisi gelapnya memang selalu muncul saat ia bertemu dengan seseorang yang dianggapnya tak wajar.
"Baguslah kalau begitu." Ia berkata singkat kemudian, memilih segera berlalu.
Namun langkahnya mendadak terhenti ketika Daehwi mematikan kran dan melontarkan sebuah pertanyaan,
"Yya! Apa kau tidak penasaran, mengapa aku bisa masuk rumah sakit?"
Young Hyun terdiam sejenak, sebelum akhirnya berbalik, "Jelas karena kau jatuh dari tangga. Memang apa lagi?" ia tersenyum, sinis.
Sedangkan anak di hadapannya membalas tak kalah cerdas, "Kau sungguh percaya kalau aku jatuh dari tangga? Bahkan aku tidak patah tulang sama sekali." ia berhasil membuat Young Hyun terpaksa harus menyimpan lengkuk bibirnya, tercenung.
"Sebenarnya apa yang mau kau katakan, hah?"
Daehwi kembali tertawa menyadari peluang menangnya, menatap lekat wajah Young Hyun yang memerah, "Mwo, aku hanya ingin berterima kasih padamu. Karena hari ini, kau sudah membuat semuanya jadi terlihat semakin jelas." ia bahkan menepuk-nepuk lengan Young Hyun bak kawan lama, merasa tak berdosa.
Young Hyun memilih bungkam sembari berusaha mengolah maksud perkataan Daehwi di balik wajah dinginnya.
***
Sementara itu, sekembalinya Jae dari atap, ruangan Osis kembali senyap. Tak ada satu pun manusia bertengger di sana. Bangku sahabatnya bahkan kosong. Mungkin sudah sejak tadi Da Eun kembali ke kelasnya. Siswa berkaca-mata itu lantas menghela napas, melangkah ke meja kerja. Dan di situlah akhirnya ia menyadari ada sebuah benda yang terlihat berbeda.
Sebuah sticky note berwarna kuning tertempel di samping bungkusan kotak makan siang. Jae segera mengambilnya, lantas membaca isi pesannya,
"PERGILAH KE SAMPING GUDANG BELAKANG SEKOLAH, BESOK SAAT JAM PELAJARAN KEDUA.
Ps. Kau harus melanjutkan hukumanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
ERASER [Sudah Terbit]
Fanfiction[Under Revision] "Jika kau dan aku menjadi kita, maka kuyakin semua akan baik-baik saja." -ERASER- 🍁BLURB🍁 Berawal dari insiden kematian Hanna, sebuah band akhirnya dibentuk demi meredam perundungan yang menyeret nama Younghyun dan Dowoon sebagai...