"Ommo! Jae?" Daeun terkesiap begitu ia membuka pintu ruang Osis dan menemukan lelaki berkacamata itu sudah teronggok bisu di atas singgasana, berkencan dengan komputer dan secangkir kopi illegal di atas meja.
"Anyeong haseyo, Wakil," dan dengan santai ia menyapa, pun tanpa menatap, masih setia dengan papan ketik dan layar monitornya.
"Apa kau ada pekerjaan, sampai harus datang dan berkutat dengan komputermu di waktu sepagi ini?" Daeun lanjut bertanya sambil mulai membersihkan bekas-bekas tisu dan wadah mie instan yang berserak di mana-mana.
Sementara siswa berkacamata itu menjawab sekenanya, "Oh."
"Pekerjaan apa?"
Nihil jawaban. Daeun menghela napas pelan.
"Yya, omong-omong, Lee Daehwi mencarimu kemarin," gadis itu mulai mengganti topik, sudah duduk tenang di balik meja.
"Oh, sudah," dan rekan berkacamata itu menjawab seadanya, lagi, membuat Daeun spontan mengerut dahi.
"Maksudku, aku sudah bertemu dengannya kemarin," Jaehyung lalu menjelaskan setelah menghela napas sedalam palung danau belakang sekolah.
"Sungguh? Syukurlah kalau begitu. Karena mungkin kau tidak akan bisa bertemu dengannya lagi dalam waktu dekat ini."
"Kenapa?"
"Daehwi dirawat di rumah sakit. Dia jatuh dari tangga kemarin."
Spontan Jaehyung menghentikan aktivitas mengetiknya, membuat Daeun memandang heran.
"Ada apa? Kau memikirkan sesuatu?"
Siswa berkacamata itu lanjut mengetik lagi, "Tidak, bukan apa-apa."
Daeun menghela napas, lama-lama frustrasi juga melihat ketua semata-ayamnya itu sibuk sendiri, hingga ia berinisiatif menghampiri, "Yya, sebenarnya apa yang sedang kau kerjakan, hah? Apa ini ada hubungannya dengan panggilan kepala sekolah kemarin?"
"Eum."
"Memang Profesor Kim menyuruhmu melakukan apa?" Daeun lanjut mencuri-curi pandang ke arah layar.
Namun, sebelum gadis itu sempat membaca satu abjad pun,
"Nanti kuberitahu. Aku sedang sangat sibuk sekarang," Jae sudah buru-buru mematikan layar, bangkit dari duduknya sembari membawa tumpukan kertas dan bergegas keluar.
Daeun bergeming, sembari dalam hati mengutuk Jaehyung menjadi ayam yang budiman.
🍁 🍁 🍁
Di kelas, siswa berambut cokelat itu sudah duduk tenang di atas bangkunya di pojok ruang dengan kaki tersilang. Agak kurang ajar. Kontras, atensinya tampak larut dalam berlembar-lembar halaman buku.
Seorang siswi berambut lurus legam sepunggung lalu menghampirinya dengan setumpuk buku matematika. "Younghyun-ah!"
Yang disapa menoleh, bersua dengan senyum manis gadis berwajah oriental itu.
"Mmm... apa kau bisa membantuku menyelesaikan soal ini?" Si gadis sudah duduk di bangku depan Younghyun, lanjut menunjuk nomor yang dimaksud, "Aku berjanji akan memperlakukanmu dan Dowoon dengan baik. Aku juga akan mengajak teman-temanku untuk melakukan hal yang sama," ia meyakinkan dengan nada dan senyum ceria.
Begitulah. Belakangan ini, Younghyun berinisiatif memanfaatkan sedikit dari kemampuan otaknya untuk membersihkan nama mereka. Dengan memberi syarat semacam itu pada setiap anak yang hendak meminta bantuannya mengerjakan soal matematika, kini aktivitas perundungan itu sudah sedikit-banyak mereda.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERASER [Sudah Terbit]
Fanfiction[Under Revision] "Jika kau dan aku menjadi kita, maka kuyakin semua akan baik-baik saja." -ERASER- 🍁BLURB🍁 Berawal dari insiden kematian Hanna, sebuah band akhirnya dibentuk demi meredam perundungan yang menyeret nama Younghyun dan Dowoon sebagai...