"Young Hyun hyeong!" Dua anak itu datang dengan berlari-lari kecil menghampiri seniornya yang masih tergugu di ruang tunggu. Wajah mereka panik, masih terkejut dengan kabar yang tersebar beberapa menit lalu: Insiden Penikaman Siswa Tiga Anting.
"Neon gwaenchana?" Kini Dowoon yang bertanya, ragu-ragu hendak memegang bahu anak berambut cokelat itu. Kondisinya sungguh mengenaskan. Wajahnya pucat penuh lebam. Rambut dan seragamnya berantakan. Tatapan kosongnya sembab. Bahkan tangannya masih terlihat gemetaran.
Wajar saja. Siapa pula yang tidak shock melihat teman sendiri ditikam seperti tadi?
Dowoon akhirnya memilih diam, toh tak banyak yang bisa ia lakukan. Demikian juga dengan Wonpil yang sedari tadi sudah beralih menatap lekat anak berkaca-mata yang duduk terlewat satu kursi di sebelah Young Hyun. Kondisinya jauh lebih mengenaskan. Seragam dan tangannya terbungkus darah. Ia juga menangis dalam diam. Tanpa suara, tanpa isakan.
Tangis yang seperti itu jelas jauh lebih mengerikan.
"Yya.." Wonpil berbisik di telinga Dowoon kemudian, "Jae Hyung Sunbae juga ada di sini? Apa ia terlibat perkelahian tadi? Tapi... tumben sekali..? Sebenarnya apa yang terjadi?" melontarkan bermacam pertanyaan yang seketika itu pula membuat Dowoon terdiam.
Anak itu menatap Jae lekat, turut menerka pula. Meski ia sudah lumayan dekat dengan Young Hyun dan Sungjin, namun ia belum sedekat itu dengan Jae. Dan belum sedekat itu pula untuknya mengetahui masalah mereka. Jadi apa yang sebenarnya terjadi, ia pun tak mengerti.
"YYA, PARK JAE HYUNG!" Hingga teriakan di kejauhan seketika membuat keempatnya menoleh.
Gadis itu melangkah cepat, dengan wajah merah nan sembab, menghampiri Jae Hyung yang masih terduduk. Dan,
PLAAKKKK!
Tamparan itu sempurna mendarat begitu ia sampai di hadapan Jae. Tanpa perlu memakai kata pengantar, tanpa perlu banyak penjelasan.
Jian menatapnya nanar, "Kau puas, hah?" bertanya pelan nan tajam.
Enam pasang mata terhenyak menyaksikan.
"Setelah belasan tahun mencoba membuangnya dari hidupmu, apa akhirnya kau puas melihat adikmu berada dalam hidup dan mati seperti itu?" Gadis itu lanjut menambah keterkejutan, membuat seluruh pasang mata membulat, kecuali Young Hyun yang memang sudah mengetahuinya sejak awal.
"Adik??" Wonpil yang pertama kali membuka rasa terkejutnya, "Maksudmu..."
"Oh. Sungjin benar-benar tidak beruntung memiliki kakak 'sebaik' dia! Bahkan ketika ia berkelahi hingga ditikam seperti tadi, kakaknya masih tetap tak peduli!"
Jae terdiam, mengabaikan berpasang-pasang mata yang kini menatapnya entah dengan perasaan apa. Perkataan Jian terlanjur merobek penyesalannya kian dalam.
"Kau, kalau sampai terjadi sesuatu dengan sahabatku, aku akan menjadi orang pertama yang membunuhmu! Nan jugyeobeorilgeoya! JUGYEOBEORILGEOYA!!!" Gadis itu menumpahkan seluruh amarahnya, berteriak sembari menahan tangis yang kembali menderas, lantas berlalu begitu saja.
"Jian-ah!" Dowoon tanpa disuruh sudah refleks berlari mengejar kawan lamanya.
Menyisakan lengang. Menyisakan Jae yang kian gemetar, meski tangisnya masih tetap buncah tanpa suara. Young Hyun menatapnya iba.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERASER [Sudah Terbit]
Fanfiction[Under Revision] "Jika kau dan aku menjadi kita, maka kuyakin semua akan baik-baik saja." -ERASER- 🍁BLURB🍁 Berawal dari insiden kematian Hanna, sebuah band akhirnya dibentuk demi meredam perundungan yang menyeret nama Younghyun dan Dowoon sebagai...