"Eommaaaa.....! Aku berangkaaat!" Anak beranting tiga itu berteriak memecah lengang pagi di ambang pintu, sementara ibunya masih sibuk dengan gaduh suara dapur, seperti biasa, sehingga Sungjin harus mengeluarkan seperempat tenaga hasil sarapan paginya untuk sekadar berpamitan.
"Oh, Sungjin-ah jamkanman (tunggu)!" Dan wanita berusia paruh baya dengan rambut legam seleher itu tergesa menghampiri anak bungsunya dengan sebuah bekal.
Sungjin menatap ibunya heran.
"Tolong kau berikan ini pada kakakmu. Dia lupa membawa bekal makan siangnya."
Anak tiga anting itu spontan termangu, menatap lekat bungkusan berisi kotak makan siang.
"Ne, Eomma. Nanti kuberikan padanya," lalu seperti tak pernah ada yang terjadi, Sungjin akhirnya menerima bungkusan kotak makan siang itu dengan wajah riang.
"Geurae. Kau juga jangan lupa menghabiskan bekalmu, arajji (mengerti)?" Pesan ibunya sembari tersenyum merapatkan mantel Sungjin. Udara di luar memang bertambah sejuk menjelang musim dingin
Sungjin mengangguk, balas tersenyum.
"Yya, Sungjin Hyeong! Ah, anyeong haseyo, Eommonie!" Hingga suara yang terdengar familier turut datang menyapa.
"Oh, Jian-ah! Kau juga sudah mau berangkat?" Sungjin eomma balas bertanya, basa-basi ala tetangga.
"Ne, Eommonie," Jian pun membalas penuh senyum dan sopan, tata krama ala tetangga. "Yya, Sungjin Hyeong! Kajja!" Lantas buru-buru menarik lengan sahabatnya yang masih terdiam.
"Oh. Aku berangkat, Eomma!"
"Eommonie, anyeonghi gaseyo..."
"Hati-hati!" Park Eomma masih menatap punggung keduanya hingga berbelok di persimpangan.
Diam-diam, beliau menghela napas panjang.
🍁 🍁 🍁
"Yya, kenapa kau tidak membawa sepeda?" Sungjin kembali melanjutkan perbincangan mereka di perjalanan.
Gadis di sampingnya menjawab santai, "Aku bosan naik sepeda. Hari ini entah kenapa aku ingin sekali berjalan denganmu," lalu mengerling pada lelaki di sebelahnya.
Sungjin sengaja tak merespons.
"Yya, omong-omong, apa kau akan mendaftar sayembara band itu?" Jian lekas beralih pada topik yang sedang hangat.
Namun, anak tiga anting itu malah memasang wajah bingung, "Sayembara band?"
"Yya! Neon molla (kau tidak tahu)?" Giliran Jian terheran-heran, refleks memekik, "Kakakmu sendiri akan membentuk sebuah band, dan kau bisa-bisanya tidak tahu???"
Sungjin hanya mendesah pelan. Dengan hubungan kekerabatan mereka yang 'sebaik itu', mana mungkin ia bisa tahu.
"Memang untuk apa dia membentuk band sekolah?"
"Mana aku tahu! Kalau kau saja tidak tahu apalagi aku!" Gadis itu balas menghentak, membuat lelaki di sandingnya berjengit.
Sungjin berujung menghela napas panjang. Sekarang ia tahu mengapa Jian ingin sekali berjalan berdua dengannya.
Gadis itu sedang pe-em-es, dan sekarang Jian menemukan tempat pelampiasan yang tepat.
"Yang jelas, dia sedang mencari satu gitaris, satu basis, dan satu drumer. Jadi kau harus segera mendaftar!" Jian dengan garang menjelaskan ulang isi brosur yang kemarin terpampang di papan, menegaskan kalimat terakhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERASER [Sudah Terbit]
Fanfic[Under Revision] "Jika kau dan aku menjadi kita, maka kuyakin semua akan baik-baik saja." -ERASER- 🍁BLURB🍁 Berawal dari insiden kematian Hanna, sebuah band akhirnya dibentuk demi meredam perundungan yang menyeret nama Younghyun dan Dowoon sebagai...