Cloui masih tertegun. Bibir merahnya membuka separuh, sedang kelopak nihil celanya membulat sekaligus memandang tajam si anak ber-hoodie hitam.
Laki-laki ini, sebenarnya apa maunya?
"Kajja. Aku tidak punya banyak waktu."
Dan, belum selesai Cloui membereskan prasangka, lelaki tadi malah dengan percaya diri menarik pergelangan tangan Cloui tanpa permisi. Cloui yang semakin tertegun mendadak hilang peka untuk merespons dan membiarkan tangan asing itu membawanya entah ke mana. Sementara Wonpil dalam spasi yang jauh juga masih bergeming, hanya bisa berkali-kali menelan saliva dan membiarkan mereka pergi begitu saja.
Hingga sampailah keduanya di sebuah halte, dan Cloui sontak menghentikan langkah. Dengan gerakan kasar Cloui mengenyahkan genggaman Younghyun, membuat laki-laki itu berbalik dan memandang Cloui lekat.
"Siapa kau sebenarnya, hah? Berani-beraninya memegang tanganku tanpa permisi!"
Kelopak Younghyun spontan membulat, tak menduga akan kena semprot sedemikian rupa. "Aku—"
"Hoksi (apa mungkin)..." sementara Cloui yang kian tak tahan dengan berbagai prasangka kembali tanpa ampun menyela kalimat Younghyun, "kau memang seorang penguntit?? KAU SENGAJA MENGIKUTIKU KE MANAPUN AKU PERGI??? Lantas ketika situasi sudah sepi, kau menarik tanganku secara paksa seperti ini!" Cloui menuduh dengan berapi-api, membuat Younghyun pada akhirnya turut tersulut.
"YYA! AKU BAHKAN TIDAK MENGENALMU! JADI UNTUK APA AKU MENGUNTITMU???" Belum apa-apa, Younghyun sudah nampak sifat aslinya: Bar-bar.
"GEURONIKKA!" Sementara Cloui seperti tak mau kalah, "Untuk apa kau menarik tanganku dan mengajakku pulang bersama kalau kau saja tidak mengenalku, HAH?!"
Gadis berlesung pipit itu lalu menarik napas sejenak, "Dan darimana kau tahu kalau aku sedang menunggu jemputan?"
Younghyun seketika menghela napas.
"Aku mendengar pembicaraanmu dengan gadis yang tadi datang bersama siswa beranting tiga itu. Siapa namanya? Lian? Mian?"
Cloui masih memandang datar, "Geuraesso (lalu)?"
"GEURAESSO, AKU MENDENGAR SEMUA MASALAHMU DAN BISA KUPASTIKAN BAHWA JEMPUTANMU TIDAK AKAN PERNAH DATANG!" Kembali Younghyun menjadi pendemo ulung, membuat Cloui memundurkan wajah, tapi tak tampak gentar, melainkan khawatir terkena cipratan air hujan lokal.
"YYA! Memangnya kau dukun beranak, hah?! Kau bahkan tidak tahu siapa aku, dan dengan percaya diri kau membuat kesimpulan seperti itu???"
"Tapi aku bahkan tidak butuh mengenal siapa kau lebih dulu untuk memastikan kalau jemputanmu memang tidak datang! Pikir saja sendiri! Sudah berapa lama kau menunggu di sana? Setengah jam? Satu jam? Dua jam? Lalu, apa mobil jemputanmu datang? Ponselmu bahkan tidak bisa dihubungi dan kau masih dengan bodohnya menunggu seperti tadi!"
Cloui tersentak tiba-tiba. Ia tertegun mengingat fakta yang sejak tadi sengaja tidak diacuhkannya. Kenyataan bahwa gawainya mati dan tidak bisa dihubungi. Kenyataan bahwa ia sudah terlalu lama menunggu, bahkan sampai lobi depan lengang. Ia benar-benar malas mengakui, tapi akurasi hipotesis Younghyun bahkan melampaui dukun paling ternama di Seoul sekalipun.
"Dan, bukankah kau takut sendirian?" Hingga anak itu kembali melanjutkan, memecah atensi Cloui dan spontan membuat kelopaknya melebar.
Ia semakin sangsi terhadap kebetulan-kebetulan semesta yang tidak seperti bercanda.
🍁 🍁 🍁
"Yya, Jian-ah! Kubilang kemarikan sepedamu!" Teriak Sungjin dari spasi lima langkah. Entah sudah berapa kali ia merajuk, membuat gadis di depannya menghela napas panjang sembari terus mengumpulkan kesabaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERASER [Sudah Terbit]
Fanfiction[Under Revision] "Jika kau dan aku menjadi kita, maka kuyakin semua akan baik-baik saja." -ERASER- 🍁BLURB🍁 Berawal dari insiden kematian Hanna, sebuah band akhirnya dibentuk demi meredam perundungan yang menyeret nama Younghyun dan Dowoon sebagai...