Delapan jam bersilam usai arloji menjejak waktu Showcase.
Krrriiiiinggggggg..........................
Tanda pengantar buka derita resmi berujar nyaring memecah pagi. Decit sepatu menggesek kotak-kotak lantai kian berdesak, seperti biasa. Riuh bisik-bisik tetangga semakin kentara jua, seperti biasa.
Dan rutinitas anggota Eraser sebagai siswa juga kembali normal, seperti seharusnya.
Setelah semalam Showcase berjalan lancar, detik itu pula Eraser dinyatakan bubar secara formal. Siapa menduga, jika pihak yayasan bergerak lebih cekat dari yang terkira. Eraser harus tamat begitu semua usai, begitulah isi kongsi dagang mereka.
"Jja, kalian buka halaman terakhir. Kerjakan semua soal di sana dengan baik. Ibu akan kembali tiga puluh menit lagi," Guru Nam ringan menjelaskan, kemudian berlalu melewati pintu.
Paduan suara kontan menggema di seluruh sudut ruang.
"Yya--YYA! Shikkeureo (berisik)!" Dan interupsi dari si empunya jabatan begitu mujarab membuat seluruhnya bungkam.
Park Jaehyung, si Ketua Osis teladan. Perangainya masih tak berubah barang semili. Bahkan kian garang, mengingat ujian akhir akan digelar dalam beberapa bulan ke depan.
Tak berbeda pula dengan saudara seperdua-kelincinya. Anak beranting tiga itu kembali menjadi gangster paling ditakuti. Bahkan keahlian tinjunya meningkat berkali-lipat. Hanya saja, empatinya kini sedikit lebih tertata.
Ia sibuk menumpas aksi rundung yang belakangan kian menjadi di kalangan para siswa.
"Yya!" Detik ini menjadi permisalan yang berarti, "Kau, pergilah selagi bisa," Sungjin dengan santai menggaruk sebelah telinga, mengusir sekumpulan siswa yang tadinya hendak menelan korban jiwa.
Gudang belakang sekolah masih saja menjadi tempat yang jarang terjamah.
"Yya! Neon nugu-yya, eoh (kau siapa, hah)?" Arogan. Salah satu dari mereka yang tampak berkedok ketua kini memajukan langkah dengan santai, membuat senior di hadapan menampakkan gigi kelinci tanpa sungkan, jemawa tertawa.
"Neon molla (kau tidak tahu)? Kau tidak tahu siapa aku dan dengan percaya diri kau berani menantangku?"
"Oh, wae? Lagipula aku tidak perlu tahu siapa kau untuk bisa menantangmu, bukan?" Anak berpostur lebih tinggi satu senti dari Sungjin itu kian mematahkan jarak tersisa.
Keduanya saling berhadapan, memandang sama tajam. Sedang tanpa dikira namun sudah terduga, berbelas anak pohon khatam menggelar acara doa bersama di belakang.
"Geurae. Kalau begitu, kita buat perjanjian," masih sambil memandang tajam, Sungjin mulai melontar alur permainan, "Jika aku menang, kau, berhenti menganggap dirimu sebagai gangster paling mengerikan di sini, dan biarkan anak itu membalasmu sebanyak yang ia mau," ia lalu tegas menunjuk seorang junior yang sedari tadi meringkuk, menggigil akan rasa takut berlebih, dengan seragam yang tak lagi bersih. "Lakukan apa pun yang ia perintahkan."
Lawan di hadapan sontak tergelak, menaruh ekspektasi terlalu jauh, "Lalu, jika kau kalah?"
"Aku akan menjadi pesuruhmu selama yang kau mau."
Anak berpostur jangkung itu melengkuk senyum.
"Geurae," dan satu serangan, langsung melesat tanpa perlu banyak bersiap.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERASER [Sudah Terbit]
Fanfiction[Under Revision] "Jika kau dan aku menjadi kita, maka kuyakin semua akan baik-baik saja." -ERASER- 🍁BLURB🍁 Berawal dari insiden kematian Hanna, sebuah band akhirnya dibentuk demi meredam perundungan yang menyeret nama Younghyun dan Dowoon sebagai...