BAIT KEEMPAT PULUH TUJUH

586 87 101
                                    

Mobil dengan kecepatan di atas normal mendarat paksa diiringi ngilu decitnya, kontan mengacaukan atensi kedua siswa yang bahkan tampak terlampau tegang dalam diam. Detektif Seo bergegas membanting pintu kendaraan dinas yang ia parkir melebihi batas, lantas cekat menghampiri dua target yang sebenarnya belum ia ketahui pasti.

Namun salah seorang di antara mereka berakhir membuatnya tanpa sungkan menyapa,

"Park Sungjin hagsaeng?"

Yang disebut nama ragu balas membungkuk, diikuti oleh rekan sepetualangnya, "Anyeong haseyo."

"Ne, Detektif Seo Joon Ahn imnida. Kita tidak memiliki banyak waktu, jadi langsung saja kita mulai pencariannya. Masuklah ke dalam mobil," intonasi memburu terdengar kental beradu, membuat si empunya kakak merasa perlu menjual tanya lebih dulu,

"Jeogi (maaf), sebenarnya... apa yang terjadi pada kakakku?" Sungjin menahan lengan lelaki itu erat, dengan sorot mata lamat.

Sedang Detektif Seo tak merasa kuasa membalas tatap, menghela udara sekejap, "Kemungkinan besar kakakmu sedang disekap oleh orang tak dikenal sekarang."

Genggaman anak tiga anting itu refleks mengendur, disertai oleh level kecemasan rekannya yang mendadak naik tanpa bisa dibendung.

"Geundae... wae (tapi... kenapa)? Kenapa sampai ada orang yang mau menculiknya?" Anak berambut hitam itu tak lagi tahan untuk memastikan. Sejauh ini, ia juga telah berhipotesis dengan cukup pasti.

"Karena dialah satu-satunya saksi kunci," dan benar.

"Mwo??" Hanya Sungjin yang enggan menutupi rasa terkesiapnya dalam diam. Sedang Younghyun hanya membelalak sebab hipotesisnya sama sekali tak bertolak.

"Kami telah menemukan rekaman CCTV yang membuktikan bahwa Jae memang berada di sana pada malam kejadian, namun tidak satu pun rekaman itu membuktikan bahwa Jae benar membunuh Hanna atau tidak. Dan dengan insiden ini, maka kami semakin yakin bahwa kakakmu memang satu-satunya saksi kunci, sehingga ada pihak yang sengaja membawanya kabur dan mungkin juga melakukan sesuatu untuk memaksa Jae tetap bungkam."

"Jadi maksudmu... kakakku sedang berada dalam bahaya sekarang?"

"Eum. Itulah sebabnya kita harus bergegas. Kajja," Detektif Seo lekas menghidupkan sensor mobil sekaligus mengaktifkan alat pelacak yang telah disiapkannya sejak beberapa menit lalu.

Sungjin dan Younghyun mengikuti tanpa merasa perlu banyak bertanya lagi.

"TUNGGU!" Hingga teriakan seseorang yang familier mendadak muncul di belakang, kontan menghentikan jejak ketiganya sekaligus menginterupsi atensi.

Anak dengan sweater sewarna mangga itu terengah, semiotik bahwa ia memang berniat mencegah.

"Aku ikut!" Lanjut meminta, lebih dengan paksa.

Sedang ketiganya masih terdiam, cenderung terkesiap dalam heran.

"Lebih baik kau tunggu saja kabar dariku, Dowoon-ah. Posisimu juga tidak aman sekarang." Detektif Seo berujung buka suara, menawarkan saran.

"Ani!" Namun dengan tegas, sekaligus kurang sopan, dihentak oleh si empunya permohonan, "Kau bahkan masih tetap menyuruhku diam di saat seperti ini? Apalagi kau tahu kalau Jaehyung-ie Hyeong sudah kuanggap seperti kakakku sendiri."

Giliran Sungjin terhentak dalam diam.

Detektif Seo menghela udara panjang. Ia tak bisa banyak berharap jika kliennya sudah berkehendak demikian.

"Geurae, kajja!"

🍁 🍁 🍁


ERASER [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang