Hari itu juga, ketika cahaya dari timur sudah benar-benar berada di atas puncak kepala.
Siswa berkaca-mata itu melangkah cepat menuju ruang kerjanya. Tak peduli seragamnya yang modal-madul tak karuan, tak peduli dengan satpam di luar yang tadi sempat menghadangnya karena baru masuk sekolah saat bel istirahat pertama dibunyikan.
Dan, tak peduli dengan bisik-bisik tetangga yang kini terdengar meriah di sepanjang langkah.
"Yya-yya! Bukankah itu Jae?!"
"Kudengar dia terlibat dengan perkelahian Sungjin dan Daehwi kemarin?"
"Lagipula, bukankah memang dia yang seharusnya bertanggung jawab? Osis sudah berjanji akan mengurus dua musuh bebuyutan itu tempo hari."
"Lebih dari itu. Kudengar Jae Hyung dan Sungjin sebenarnya memang bersaudara. Itulah alasannya datang ke sekolah hari ini."
"Mwo?!? Jadi rumor itu benar??? Jae dan Sungjin sungguh bersaudara???"
"Yeokshi! Sudah kuduga, si ketua Osis itu pasti menyimpan banyak rahasia."
Gunjingan itu mampir silih-berganti menjejali indera pendengarannya. Namun tak diacuhkan, ia bahkan tak punya sedetik pun waktu untuk membalas mereka dengan umpatan.
Maka ia tak punya pilihan lain selain menebalkan wajah dan terus melanjutkan langkah.
Bahkan sesampainya di ruangan, ia masih mendapati gunjingan yang kini terdengar lebih mengganggu itu, datang dari rekan kerjanya sendiri.
"Ommo! Jae??? Yya! Kau sedang apa di sini, hah?!" Hampir mirip seperti sedang menangkap basah seorang maling, Da Eun menatap siswa berkaca-mata itu tajam, sembari buru-buru mendekat dengan serentetan pertanyaan.
Sementara yang ditanya masih tak acuh, sibuk membongkar peti rahasianya di bawah meja kerja. Sebuah kotak berisi kumpulan data seluruh siswa SMA Doorsaeng.
"Yya, Park Jae Hyung!" Da Eun kembali menyentak. Gadis yang baru saja tiba di sekolah usai menemaninya sarapan tadi jelas tak habis pikir mendapati rekan kerjanya itu berada di sini, apalagi dengan tingkah kelabakan setengah mati.
Ia menghela napas panjang.
"Sebenarnya apa yang mau kau lakukan?" Kali ini ia bertanya dengan lebih tenang. Ia sadar tak bisa mencuri perhatian Jae dengan ikut-ikutan kelabakan juga.
"Aku akan mengakhiri semuanya." Dan siswa berkaca-mata itu langsung menjawab sejurus kemudian, singkat. Membuat kedua kelopak Da Eun kini membulat,
"Mwo?!?"
"Aku akan membongkar semuanya, hari ini juga." Jae lantas pergi begitu saja usai menemukan seluruh berkas yang ia butuhkan, tergopoh membawanya keluar.
Da Eun hanya bisa membatu heran di tempat.
"Memang apa yang akan ia bongkar?" Gumamnya sembari memutar otak, berpikir.
Dan belum selesai ia mengolah maksud perkataan Jae, mendadak saja,
"Yya!" Seorang lagi siswa datang dengan napas terengah dan peluh berceceran, bertanya tersengal, "Dimana Jae hyeong?"
Da Eun kembali menatap heran, menghela napas panjang. Urusan Jae saja ia belum sepenuhnya paham, sekarang malah tambah lagi ada yang mencarinya!
"Yya, siswa pindahan!" Gadis itu berakhir dengan balas menyapa sekenanya, kesal, "Sebenarnya kalian sedang bermain petak umpet atau apa, hah?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ERASER [Sudah Terbit]
Fanfic[Under Revision] "Jika kau dan aku menjadi kita, maka kuyakin semua akan baik-baik saja." -ERASER- 🍁BLURB🍁 Berawal dari insiden kematian Hanna, sebuah band akhirnya dibentuk demi meredam perundungan yang menyeret nama Younghyun dan Dowoon sebagai...