BAIT KETIGA PULUH ENAM

507 99 167
                                    

Malamnya.

Dalam ruang berukuran sedang itu hanya suara bising musik terdengar. Ketika senar gitar Sungjin tak lagi membisu nan lantas pita suara Jae turut merdu beradu. Ketika synthesizer Wonpil mengajak dentuman drum Dowoon untuk menyela ritme. Dan lantas, ketika seluruh suara alat musik bergema, mendekap mesra merdu pita suara Wonpil dalam bait utama.

Ketika itulah lagu kedua mereka dirasa sempurna.


Noha...

Noha...

Noha...

..

.


"Wah, daebak! Yya, Wonpil-ah! Ada apa dengan suaramu, hah? Kenapa kau bisa terdengar lebih manis saat membawakan lirikku?" Sang penulis lirik termangu.

Sementara anak berpostur kurus itu hanya mampu tertunduk sembari mematikan rekaman dasar, tersipu.



Tok... tok... tok...



Hingga suara tiga kali ketukan pintu berhasil mengalihkan berpasang mata memandang.

"Yya, Sungjin Hyeong!" Tak perlu diperkenalkan lagi siapa gadis yang kini berani menyapa Sungjin tanpa tahu diri. Separuh badannya menyembul dari balik pintu yang juga hanya separuh terbuka.

"Kau sudah janji mau mentraktirku ramyeon."

Sungjin kontan menghela napas samar. Pagi tadi, hukuman sahabat kecilnya ternyata tak sekadar bincang belaka.

"Aigo-yyah... geurae, kajja!" Ia lantas menurut dengan keluar ruang tanpa menyampaikan berpatah-patah alasan, menyambar tas lantas pergi tanpa salam.

"Yya! YYAAA!!! Kenapa kau hanya mengajak Sungjin Hyeong saja, HAH?! BUKANKAH SEHARUSNYA KAU MENGAJAK PACARMU?!?" Young Hyun sengaja memanfaatkan suara perutnya, berteriak-teriak sekerasnya.

Jae hampir menendangnya dari sofa, kalau saja moodnya sedikit lebih tertata.

"Yya, kenapa dia tidak mengajakmu? Apa kalian sedang bertengkar?" Anak berpipi terlampau mengembang itu beralih memandang lekat Dowoon yang jelas sedang berpura-pura sibuk berkongsi dengan stik drum.

"Seolma..." Wonpil dengan air paras menegang berlebihnya lantas menyela, "kalian... putus?"

Lengang. Sedang anak berwajah "anak-anak" itu beralih tegas memandang,

"Kami memang tidak pernah berpacaran, Hyeong."

"YEE???" Kontan peredam suara dalam ruang berfungsi dengan benar.

"Aku dan Jian memang tidak berpacaran. Aku... berbohong. Kami hanya bermain pacar-pacaran di depan kamera saja." Dowoon lanjut menjelaskan.

Ironis.

Young Hyun hanya mampu menggeleng-gelengkan sepasang pipi tembamnya, sedang Wonpil menepuk pelan bahu rekan sebangkunya,

"Aigo-yyah... gwaenchana-gwaenchana. Kalau begitu aku mau membuang rasa terkejutku di toilet terlebih dulu, setelah itu kita langsung pulang ke rumahku. Call?"

Dowoon mengangguk, tertunduk.

Sedang Wonpil lantas berlalu, menyisakan lengang dengan senandung Young Hyun yang masih lirih terdengar.

ERASER [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang