chapter 6

2.4K 100 0
                                    

"Alice! Alice!" Martin mengguncangkan tubuh Alicia. Martin sukses membuyarkan lamunan Alicia.

'Jika aku meminta uang padanya, maka dia akan menginjak-injak harga diriku seperti itu.' batin Alicia.

Untung saja ia berpikir dulu sebelum meminta uang tiket pada Martin. Mungkin Alicia harus bekerja atau memikirkan cara supaya bisa membeli tiket ke Jogja yang harganya fantastis

"Kalau kau punya masalah keuangan, kau bisa memintanya padaku." ucap Martin, Alicia menggeleng.

"Aku makan dan tinggal di tempatmu, untuk apa aku butuh uang lagi?" tanya Alicia. Pesanan mereka datang.

"Hi, Martin!" sapa seorang wanita memakai dress merah ketat diatas lutut, rambutnya pendek dan sedikit ikal, yang berwarna coklat tua. Kulitnya putih, sangat putih dan variasi make-up nya luar biasa.

"Aku rasa kau ingin menemuiku siang ini." lanjut wanita itu. "Kau tidak lupa bukan, kalau restaurant ini milik keluarga kami, asli Italia."

Wanita itu duduk disamping Martin dan mendekat kearahnya. "Kau memang menyukai wanita cantik, yang lahir dan tinggal lama di Italia kan?"

Alicia memutar bola matanya melihat kejadian di hadapan matanya itu. Pria tampan nan matang di hadapannya sudah pasti menjadi target incaran setiap wanita bermata uang, di satu sisi Alicia merasa kasihan pada Martin, andai saja pria itu mendapatkan seorang wanita yang mencintainya dengan tulus tanpa memandang harta maupun wajah tampannya, karena pria itu juga pantas untuk dicintai.

Alicia tertegun ketika ia tidak bisa menghabiskan makanan di hadapannya ini. Ia kemudian mendorong piring makannya.

Martin tersenyum, dia kemudian menoleh kearah wanita di sampingnya, Stacy. Stacy adalah putri salah satu client-nya. Di kerja sama itu, Martin sangat diuntungkan dan saham perusahaannya melonjak naik. Dan untuk mempererat tali persaudaraan, ayah Stacy ingin menjodohkan Stacy, satu-satunya putri yang dilahirkan istrinya dengan Martin. Namun Martin menolak dengan alasan tidak ingin menikah untuk sementara waktu. Dan mereka sepakat kalau Martin harus mengenal seperti apa Stacy dahulu, barulah ia bisa memutuskannya.

"Kau tidak suka makanannya?" tanya Martin. Alicia mengangguk, untuk apa dirahasiakan lagi

"Aku tidak ingin makanan Italia." jawab Alicia.

"Lancang sekali kau menghina negara asalku." ucap Stacy tak suka dihina

"Aku tidak menghinanya, aku hanya bilang kalau aku tidak menyukai makanannya. Apa perasaan seseorang harus kau paksakan walau dia tidak mau?" tanya Alicia.

"Kau menyindirku?" tanya Stacy balik, Alicia seolah menyindirnya akan apa yang dia lakukan pada Martin.

"Baguslah kalau kau sadar. Aku tidak mau makan ini, aku hanya mau makanan dari negaraku." ucap Alicia.

"Negaramu? Hah? Negara seperti itu pasti tidak ada apa-apanya dibanding dengan negaraku." ejek Stacy. "Kau berasal dari mana? Sydney? Manila? Ataukah.. Apa ya? Ya, India. Kau berasal dari sana kan?"

"Kuperingatkan padamu, orang yang sombong akan hal yang dimilikinya akan selalu kalah. Jangan pernah menghinaku atau--"

"Atau apa? Apa yang bisa dilakukan wanita berpakaian biasa sepertimu dengan wanita kaya sepertiku? Apa?" potong Stacy. Alicia tersenyum tipis.

"Baguslah kalau kau sadar, aku memang orang yang miskin." Alicia berdiri dan menggebrak meja di hadapannya. "Jangan pancing amarahku lagi."

"Aku rasa, Ibumu akan selalu melindungimu. Apa kata orang miskin, Ibu akan mengirim do'a dan.. Membiarkan hidupmu tenang? Aku merasa kasihan padamu karena harus dibesarkan oleh Ibu yang hanya berharap menikahkan putrinya dengan orang yang kaya, tapi--"

Ucapan Stacy terpotong saat Alicia menyiramkan jusnya tepat di dress Stacy.

"Dasar jalang!" rutuk Stacy. Martin menatap Alicia sambil tersenyum tipis, ia tahu Alicia adalah orang yang akan melakukan apa saja demi mempertahankan harga dirinya. Ia kembali menoleh kearah Stacy yang mengambil pisau untuk memotong buah di meja itu.

"Aku akan membunuhmu." gumam Stacy, Alicia tidak merasa takut sedikitpun. Ia maju, meskipun memegang senjata tajam, Stacy memilih untuk mundur.

"Kalau kau mau membunuhku, kenapa masih takut?" tanya Alicia sambil menatap tajam kearah Stacy. Tanpa terasa, Stacy melangkah terlalu jauh sampai pungungnya menyentuh tembok. Alicia mendekatkan wajahnya ke telinga Stacy dan membisikkan sesuatu.

"Hina aku sepuasnya, tapi jangan sekali-kali ucapkan kata kotor pada Ibuku." bisik Alicia. Stacy ingin menusuk jantung Alicia namun Alicia menepis tangan Stacy hingga pisau itu terlempar ke lantai. Alicia memegang pergelangan tangan Stacy seakan meremasnya.

"Pelayan! Singkirkan dia!" jerit Stacy, namun tidak ada satu pelayanpun yang berani mendekat.

"Kau bertanya apa yang bisa wanita miskin lakukan padamu? Kau lihat kenyataan di hadapanmu, apa yang bisa wanita kaya lakukan tanpa bantuan orang lain?" tanya Alicia kemudian melepaskan tangan Stacy. "Kau telah kehilangan harga dirimu."

Satu-satunya hal yang ada di dalam diri Alicia adalah harga diri, dan ia dapat melakukan apapun untuk mempertahankan itu.

"Martin. Aku, ingin tinggal bersamamu." ucap Stacy setelah perhatian seisi restaurnat kembali normal. "Di Mansion itu."

"Kau yakin?" tanya Martin.

"Aku bisa beritahu ayah untuk memperpanjang kontraknya, aku tinggal denganmu dan kontrak akan diperpanjang selama.. Setahun." jawab Stacy. "Aku dengar kontrak kalian akan berakhir dalam beberapa bulan, tapi aku bisa memperpanjangnya."

"Hanya beberapa hari, dan kau akan mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda." bujuk Stacy.

"Terserah padamu." ucap Martin.

'Lihat saja, wanita jalang. Harga diri yang dengan susah payah kau pertahankan akan kuruntuhkan seketika bagaimanapun caranya.' batin Stacy.

TBC

MAAF PENDEK, NEXT LIHAT DI CHAPTER 7 YA

The Mate For The Throne HeirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang