chapter 22

1.8K 65 0
                                    

"Selamat malam, Alicia." sapa Angel saat memasuki kamar Alicia.

"Angel, apakah kau.. Telah menuntut saudariku?" tanya Alicia.

"Menuntut? Aku tidak melakukannya." jawab Angel. "Apa dia ditahan?"

Alicia mengangguk pelan, air matanya mulai berjatuhan. "Itu berarti Martin yang melakukannya."

Angel membulatkan matanya. "Sebaiknya kau pastikan dulu, Alicia."

"Irene pernah bilang kalau dia ditahan oleh saudaramu. Lantas untuk apa Daniel dan Kyle melakukannya? Hanya Martin yang sangat antusias begitu terjadi insiden ini." jawab Alicia. Hatinya sangat sakit, ia sudah sangat mencintai Martin. Seharusnya dari awal dia menahan dirinya, dan sadar kalau motif utama Martin itu memperangkap Irene melalui dirinya. Alicia menatap kearah perutnya, air matanya jatuh sangat deras kali ini.

"Alicia." Angel mendekat dan memeluk Alicia, Angel sekarang terlihat lebih tua walaupun usianya lebih muda dibanding Alicia. "Jangan berprasangka buruk seperti itu."

Alicia mengelap air matanya. "Baiklah, mungkin sudah seharusnya aku menanyakan dulu pada Martin."

Alicia mengambil ponselnya, saat ia menelpon Martin. Malah seorang wanita yang mengangkatnya.

"Halo, Alicia."

"Emm, aku ingin bicara dengan Martin."

"Dia sedang rapat saat ini, mungkin kau bisa menunggu 1 jam lagi."

"Tolong serahkan padanya."

"Alicia, tuan Martin sedang rapat saat ini."

"Aku hanya bicara tidak lebih lima menit."

"Baiklah, kau mungkin mulai sombong sekarang." Juliet memberikan ponselnya pada Martin.

Alicia tidak tahu kenapa ia menjadi pemaksa seperti ini. Tapi ia muak telah dipermainkan oleh Martin.

"Martin, setelah rapat kita harus  pergi ke kantor polisi xxx."

"Tidak bisa."

"Kenapa?"

"Kau melupakan kondisimu? Kau sedang sakit, Alice. Aku takkan mengijinkanmu pergi kemanapun tanpa persetujuan dokter."

"Oh sepertinya kau keliru, Martin. Karena dokter bilang aku bisa beristirahat di rumah mulai besok."

"Kalau begitu kita pergi besok saja."

"Besok dan malam ini, apa bedanya Martin?"

"Tapi dokter itu mengizinkanmu besok, Alice."

"Oh, aku tidak peduli. Malam ini kita harus pergi, aku sudah muak dengan semua sandiwaramu ini, Martin."

"Sandiwara? Alice--"

Alicia menutup telfonnya. Ia menarik selimut amat tinggi dan menangis.

***

Alicia bangun dari tempat tidurnya, walaupun ia merasa cukup lemas. Tapi ia tak bisa biarkan kakaknya tidur di lantai sel yang dingin dan berdebu.

Setelah mengganti piyama rumah sakit dengan dress berwarna biru cerah, Alicia duduk di sofa lalu meminum obatnya.

Martin membuka pintu ruangan, Alicia yang melihat itu langsung berdiri.

"Kita harus berangkat sekarang." ucap Alicia sambil berjalan melewati Martin, Martin menahan tangannya. "Lepaskan."

"Setidaknya kau harus mengatakan yang terjadi sebenarnya padaku, Alice." pinta Martin.

The Mate For The Throne HeirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang