Alicia pov
"Tapi, nyonya Celine, aku baru bekerja hari ini." ucapku tak terima atas perkataan Celine.
"Kau pikir aku yang merencanakan semua ini? Ini perintah dari tuan Direktur." Aku menepuk jidatku, jadi Martin yang merencanakan project ke Bali, untuk membangun resort. Apa harus? Dan kenapa aku harus pergi bersamanya?
"Biar aku bicara dengannya." ucapku, aku menuju lift dan menekan tombol 30 tempat ruangan CEO berada.
"Aku ingin mengatakan, kalau aku tidak ingin pergi." ucapku.
"Benarkah?" tanya Martin.
"Ya, aku bekerja baru hari ini, dan untuk apa aku pergi bersamamu?" tanyaku balik.
"Karena aku, suamimu." jawab Martin sambil berdiri
"Dengar ya, kau dan aku hanya terikat dengan satu hal. Status. Dan jangan sekali-kali menyentuhku, kau tidak sah denganku." kataku mengingatkan.
"Bukankah itu perjanjiannya? Aku menikah denganmu, dan kau bekerja disini. Bekerja padaku, berarti menuruti semua keinginanku bukan?" tanya Martin. "Terserah padamu, lagipula aku tidak pernah kekurangan pegawai. Terutama pada bagian keuangan."
***
7 hari kemudian
Bali, Kuta Beach
"Dimana, tempat untuk membangun resort itu?" tanyaku pada arsitek itu.
"Disana! Resort di bagian sekitar pantai pasti ramai pengunjung." jawabnya, aku menganggukan kepalaku.
"Ini adalah tanah airku, aku tahu segalanya." ucapku.
"Kau mengerti soal rupiah?" tanyanya
"Tentu." jawabku.
"Harga tanah itu, sekitar Rp10.000.000.000,00." ucapnya.
"Bisa diatur, Siana. Serahkan, surat tanah, kalau perlu harganya ditulis sedetail mungkin." ucapku, Siana mengangguk kemudian melirik kearah jam tangannya
"Aku harus pergi." pamit Siana.
"Permisi, pak. Saya mau nyewa perahu." ucapku
"Perahu, sih karena banyak tourist kosong neng." jawab penjaga pantai itu.
"Iya deh." aku menghampiri Martin. "Perahu sedang tidak ada stok. Kau nikmati pemandangan pantai saja."
"Kenapa hanya dinikmati?" Martin menoleh kearahku. "Kau ingin berenang?"
"Aku tidak suka." jawabku. "Lebih baik aku menikmati hembusan angin pantai."
"Baiklah." ucap Martin.
"Tidak-tidak!" jeritku saat Martin mengangkat tubuhku dan menyeburkan di laut. Aku benci laut!
"Kau mau menyebur juga?" tanyaku, dan
Byuuurr
Martin ikut menyebur. Seperti pertama kali ke laut saja. Tapi apa memang ya?
"Dasar kau!" aku menepis air kearahnya. Martin pun membalasnya, tapi kenapa aku jadi begini? Kenapa seakan rasa benciku padanya menghilang
Kata orang, kalau kita terlalu benci pada seseorang maka rasa itu akan berubah menjadi cinta. Benci dan cinta bedanya hanya setipis tissue, tapi aku tidak percaya.
Aku tinggal menunggu hari dimana aku percaya akan semua itu.
Kemudian kami menuju ke penjual es krim keliling.
"Mas, es vanilanya dua." ucapku. Penjual es krim itupun memberikan es krimnya padaku.
"20 ribu neng." aku mengeluarkan uangku.
"Makasih ya." ucapku.
"Apa rasanya enak?" tanya Martin.
"Jangan remehkan kenikmatan es krim jalanan. Harganya memang kecil, tapi aku menyukainya." jawabku. Akupun mempunyai ide jahil untuk menyolekkan es krim itu di wajah Martin.
Ternyata dia mengejarku, dan akhirnya es krimnya tertempel di hidungku.
"Dasar kau!" aku mengejarnya dan akhirnya berhasil menumpahkan seluruh es krim itu di wajah Martin.
"Shhht! Penjual es krim itu akan tersinggung nanti saat mengetahui es krimnya hanya dijadikan bahan mainan." ucapku pelan.
"Aku rasa dia akan senang karena es krim sederhananya dapat membahagiakan orang lain." jawab Martin, aku tersenyum.
"Kita singgah dulu sebentar. Diluar pantai." ucapku. Kami singgah dan membeli tissue.
Kemudian kami memutuskan untuk membuat istana pasir.
"Istana London." gumamku.
"Itu sangat jelek, bagaimana dengan Mansion kita?" tanya Martin. Kita? Bukankah itu Mansion yang dibeli sendiri oleh Martin? Aku kan hanya menumpang padanya.
Tapi aku tak bisa menutup mataku saat melihat Mansion yang dibuat Martin dari pasir pantai Kuta Bali ini. Itu sangat mirip! Atau mungkin sama 100% dengan aslinya.
"Bagian air mancur, aku kesusahan membuat taman. Kau tahu kenapa aku menempatkanmu di bagian keuangan? Karena setiap pegawaiku, harus tahu cara membuah model seperti ini. Bahkan para manager akan langsung membuang model yang tidak sesuai." ucap Martin. "Dan sebelum menjadi seorang direktur, aku harus menyamar dan bekerja sebagai pegawai biasa, dan saat itu aku paham seperti apa jadinya menjadi orang miskin."
Martin menoleh padaku. "Aku sangat paham bahwa derajat orang miskin lebih tinggi daripada orang kaya sewaktu itu."
Apa? Aku tidak salah dengar kan? Martin sedang membicarakan masa lalunya padaku?
"Lalu bagaimana dengan hubunganmu dengan para saudaramu?" tanyaku.
"Aku tidak pernah menganggap mereka saudara." Martin kembali melanjutkan pembuatan istana pasirnya. "Aku hanya menanggap Angel, sebagai adikku."
"Kenapa hanya dia? Apa karena dia wanita?" tanyaku
"Angelina Fransisca Fernando, memang terlahir untuk dilindungi." jawab Martin, aku tidak mengerti. "Dia terlahir, dan sangat disayangi. Ada satu phobianya, yaitu saat rumah kami kebakaran. Ada luka bakar besar di punggungnya. Tidak hanya itu, ada kesalahan saat Ibuku melahirkannya. Tubuhnya sangat lemah. Untung saja Angel masih bisa diselamatkan."
"Kau ingin melindunginya?" tanyaku.
"Pasti." jawab Martin. "Sekalipun nyawaku taruhannya."
Angel pasti sangat disayangi, hatinya bagaikan malaikat yang memperlakukanku bagaikan temannya setelah mengetahui aku adik kandung dari orang yang menipunya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mate For The Throne Heir
RomanceWanita cantik yang berusia 23 tahun itu berniat untuk mengunjungi kakaknya di San Fransisco, AS. Namun yang terjadi hanyalah kakaknya yang lari membawa uang perusahaan entah kemana. Dan sayang Alicia Amantha tidak mempunyai uang untuk kembali ke Ind...