Chapter 32

2K 81 0
                                    

"Tunggu, Alice mereka siapa?" Tanya Dira dengan nada khawatir.

"Tenang aja, mereka gak bakal ngapa-ngapain aku. Ini bukan hal serius kok." Jawab Alice.

Dengan langkah ringan Alice masuk ke dalam mobil hitam dengan dikawal oleh beberapa pengawal. Ia bahkan merasa seperti akan dibawa ke sel tahanan sekarang.

Disaat mobil berhenti, Alice baru tahu bahwa mereka akan bertemu di Restoran berkalas. Jika tahu begini, ia tak akan mengenakan kemeja lusuh yang dibeli dua tahun lalu.

Restoran itu tak kedatangan pelanggan sama sekali, Restorannya begitu sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Restoran itu tak kedatangan pelanggan sama sekali, Restorannya begitu sepi. Mungkin karena harganya yang fantastis. Kecuali..

Martin membalikkan tubuhnya ketika mendengar derap langkah kaki dari belakang.

"Alice." Gumam Martin. Alicia mengatur napasnya, mencoba untuk tidak tertipu oleh ketampanan Martin terlebih ketika menatap matanya dengan tatapan tajam, dan sedikit sexy mungkin?

"Silahkan duduk." Martin menarikkan kursi untuk Alice. Alice sempat heran karena sifat Martin, ia bahkan tak seperti itu dulu.

"Baik, Tuan Fernando. Kau menyuruhku datang pagi-pagi dan terutama menjemputku di rumah sahabatku. Kurasa aku tidak menulis alamatnya di semua dataku." Ujar Alice dengan nada formal sementara Martin terkekeh pelan.

"Kalau kau datang sebagai sahabatnya, tentu saja aku perlu mendatangi rumah sahabatnya itu bukan," jawaban Martin begitu cerdas, tak seperti yang Alice bayangkan.

"Lalu apa?" Tanya Alice. Martin memotong daging panggang yang lezat di piring.

"Izinkan aku mengajukan beberapa pertanyaan." Jawab Martin. Alice mengangguk dengan tatapan tajam dan membunuh

"Tentu."

"Apa Ayah baik-baik saja?" Tanya Martin. Alice terkekeh

"Kurasa ayahku tidak penting bagimu. Bukankah Fernando Group itu lebih penting? Kau seperti penguasa dunia sekarang." Ketus Alice.

"Tentu saja ada alasan kau seperti ini." Martin menukar piringnya yang tertera daging telah dipotong dan menukarnya dengan piring Alicia.
"Silahkan."

Sebenarnya Alice sangat lapar karena telah dijemput sebelum sempat sarapan. Namun gengsinya melebihi laparnya, setidaknya ia bisa makan cemilan di kantor.

"Siapa Lidya?" Alice tertegun dengan pertanyaan kali ini.

"Lidya.. saudariku. Aku tidak hanya punya Irene sebagai saudariku." Jawab Alice sambil menatap kearah lain, nampak sekali bahwa ia berbohong.

"Maksudmu ibumu yang berusia 50 tahun melahirkan anak yang berusia beberapa bulan? Sepertinya aku pernah mendengar bahaya hamil di usia 35-40 tahun." Ujar Martin. Alice menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Terus terang saja." Martin meletakkan test pack berhasil positif dan tebrungkus tissue diatas meja. Alice tertegun, ia ingat jelas itu test pack yang digunakannya setahun lalu.
"Aku menemukan ini di laci meja rias kamar kita."

The Mate For The Throne HeirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang