Budayakan voment setelah membaca cerita..
Selamat membaca
***
Alice memungut ponselnya dan dengan santai berjalan kembali kearah komputernya seolah tak terjadi apapun.
"Apa yang kau lakukan hingga malam begini?" Tanya Martin khawatir
"Kurang jelas? Tentu saja bekerja."
"Kau harus memperhatikan kesehatanmu, bagaimana caranya kau pulang larut malam begini, apalagi ini bukan kotamu."
Alice tak menghiraukan perkataan Martin dan lanjut mengetik di komputernya.
"Hentikan," Suruh Martin, namun sekali lagi perintahnya tak dihiraukan oleh Alice.
"Kubilang hentikan!"
Martin mengambil ember yang semula berada disamping tongkat pel dan menyiramnya ke komputer yang tengah digunakan Alice hingga mati seketika.
Alice tercengang dengan perbuatan Martin, seharian dia mengerjakan dokumen yang sempat dihilangkan Shinta, dan kali ini ia harus mendapat perlakukan yang sama dari Martin.
Alice berdiri dan langsung menampar pipi Martin keras.
"Asshole.""Seharusnya kau menurut jika kuperintahkan, Alice."
Alice mendorong Martin hingga tiba di depan Computer. Entah dapat kekuatan dari mana ia mampu mendorong pria yang kekuatannya tak sebanding dengan wanita. Ia mencabut flash disk yang ia colokkan ke Computer tersebut.
"Selesaikan pekerjaan ini dan kumpulkan besok." Ujar Alice sambil memberikan flash disk kepada Martin.
Ia baru saja menyuruh CEO perusahaan Internasional Fernando Group untuk menyelesaikan pekerjaan seorang karyawan.
Namun Alice tak lagi peduli, entah kalau Martin menyuruh orang lain melakukannya, asalkan pekerjaannya selesai dan siap untuk dikumpulkan pada Faisal besok. Ia tinggal menyusun materi rapat esok pagi.
Alice pergi kearah Lift dan menekan lantai paling bawah. Saat lift hendak ditutup, Martin menahan pintu lift dengan tangan kekarnya dan ikut masuk ke dalam.
"Kau punya kendaraan?" Tanya Martin.
"Tidak."
"Lalu kau akan mengendarai apa?" Tanya Martin.
Kali ini Alice baru sadar kalau ia tidak punya transportasi untuk pulang.
"Tidak perlu pedulikan aku." Ketus Alice sambil berjalan keluar saat pintu lift telah terbuka.
"Bu Alicia baru pulang?" Tanya pak satpam yang berpapasan di depan pintu masuk.
"Iya, kira-kira ada Bus masih ada gak pak?" Tanya Alice.
"Sudah berhenti sejam yang lalu." Jawab Martin sambil berjalan pergi. Kini Alice yang balik mengejarnya.
"Bagaimana kau tahu apa yang ku bicarakan?" Tanya Alice
"Apa lagi kalau bukan Bus, sebagai transportasi keseharianmu kan," jawab Martin, ia kemudian membukakan pintu mobilnya untuk Alice.
Dengan sedikit ragu, Alice masuk ke dalam mobil. Mau bagaimana lagi, tidak ada transportasi yang memungkinkan saat ini.
***
8.00 WIB
Alice dan semua rekan juga client telah berkumpul di ruang rapat. Alice kelihatan sibuk untuk mengatur desain dan materi rapat hari ini.
"Alicia, silahkan dimulai!" Ben memberikan aba-aba yang mengharuskan Alice untuk segera memulai rapat hari ini tentunya setelah ucapan pembuka dari Ben.
"Ini adalah penampilan luar desain dari Hotel. Yang mempunyai..."
Alice menjelaskan desain Hotel dengan terperinci dan akurat, sehingga membuat Martin kagum dengan penjelasannya. Alice memang wanita yang cerdas, cantik dan rendah hati. Tidak heran Martin bisa jatuh cinta kepadanya ketimbang ratusan model yang mengejarnya.
"Bagaimana menurutmu, Mr. Fernando?" Ben memergoki Martin yang tengah mengagumi Alice dengan mengajukan pertanyaan.
"Aku sangat menyukainya." Jawab Martin, setelahnya memberikan tepuk tangan meriah yang diikuti oleh rekan kerja Martin pula.
Alice kembali duduk di meja rapat, dan kini waktunya berbincang seusai materi antar direktur perusahaan.
"Jika desain telah disepakati, maka tanpa basa-basi, ini saatnya pembangunan Hotel yang telah kita rencanakan, bukan?" Tanya Ben.
"Benar, sekian rapatnya hari ini." Jawab Martin sambil berdiri.
"Tunggu, Nona. Kau melupakan sesuatu." Ujar Martin sambil mengarah kepada Alice."Ada apa?" Tanya Alice. Aksi Martin membuat Alice dan semua rekan yang berada di ruang rapat terkejut. Ya, Martin memberikan flash disk milik Alice yang diberikannya kemarin malam. Astaga, apa dia begitu bodoh sampai memberikan disk-nya terang-terangan seperti ini?
"Terima kasih." Alice hanya bisa tersenyum canggung dan berbalik.
"Mr. Apa anda punya hubungan dengan rekan-ku?"
Alice hanya bisa menepuk jidat ketika mendengar pertanyaan bodoh dari Pak Ben, aku harus melarikan diri
"Dia adalah Istriku."
Kini bukan hanya Alice yang mematung, melainkan semua orang yang berada di ruang rapat termasuk pak Ben dan Pak Faisal. Alice tertawa cengengesan lalu berlari kearah pintu sebelum Martin berkata,
"Tolong jangan berikan pekerjaan lebih untuknya, sampai harus bergadang sendirian di kantor."
Dasar bodoh
***
13.00 WIB
"Apa? Mantan suami kamu Mr. Martin?" Kaget Gita sambil memukul meja makan di hadapannya.
Aksi Gita sempat mengundang perhatian orang banyak, karena mereka makan di kantin Perusahaan, dan Gita malah bereaksi berlebihan, terlebih memukul meja.
"Kok bisa? Kapan ketemunya? Kenapa ketemu? Kok nikah?" Gita menghujatkan berjuta pertanyaan lain sebelum Alice sempat menjawab satu pertanyaan
"Satu-satu dong nanya, Alice kan bingung jawabnya." Saran Vanesa.
"Jelesin dong.." pinta Gita.
"Itu.."
"Alicia?" Panggilan Shinta memotong ucapan Alice.
"Bisa bicara sebentar?"
***
Shinta memanggil Alice di koridor yang sepi, ia ingin mengatakan sesuatu padanya.
"Ada apa?" Tanya Alice.
"Soal komputer kamu, itu ulah saya. Saya minta maaf." Ujar Shinta dengan nada datar.
Udah tau kali, Shin
"Iya gapapa. Cuma itu?" Tanya Alice.
Shinta menggeleng
"Kamu punya suami Billionaire kan,"Alice mengernyitkan kening
"Lalu?""Masih pantas kamu mengejar karir lagi? Plis, sekretaris itu tempatku. Kamu bisa kan, gak egois dan kembali jadi IRT aja?
Alice mematung mendengar ucapan Shinta, mulutnya begitu enak bicara tanpa tahu keadaan sebenarnya. Suami? Kini sudah tidak
"Kalo kamu punya uang, kenapa kerja? Kamu kan bisa kasih kesempatan orang lain untuk berkarir, kamu juga udah punya anak kan. Masih mau egois?"
"What you doing here, Honey?"
Martin datang dari belakang Alice dan merangkul pinggangnya di depan Shinta.
"Siapa blasteran ini, Alice?" Tanya Shinta
"Dia suamiku."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mate For The Throne Heir
RomanceWanita cantik yang berusia 23 tahun itu berniat untuk mengunjungi kakaknya di San Fransisco, AS. Namun yang terjadi hanyalah kakaknya yang lari membawa uang perusahaan entah kemana. Dan sayang Alicia Amantha tidak mempunyai uang untuk kembali ke Ind...