Semua orang terperangah pada ruang rapat itu. Ketika baru saja mendengar pernyataan dari Martin. Martin menarik tangan Alicia keluar dari ruangan itu. Celine membawa kopernya keluar menuju ujung dari koridor lantai 7 dimana ruang rapat bertempat.
"Bagaimana?" tanya Kyle. Ya, Kyle sudah mempunyai janji untuk bertemu dengan Celine disana
"Aku sudah melakukannya. Terima kasih telah memberikan bantuan ini pada kami." ucap Celine.
"Kurasa, terima kasih saja tidak cukup untuk uang sebanyak itu, Celine." Kyle mendekat kearah Celine. "Bagaimana dengan perjanjian kita?"
Kaki Celine bergetar mendengar bisikkan Kyle. Ia menghela nafas kasar
"30 menit lagi, kau akan mendengar kabar tentang kematian adikmu." ucap Celine.
***
"Argh!" Stacy menghambur semua barang diatas meja kerjanya. Wanita itu kemudian menendang tempat sampahnya. Kemudian beralih kearah vas bunga dan memecahkannya.
"Berhenti. Kau hanya memperburuk keadaan." ucap Juliet sambil menahan lengan Stacy
"Memperburuk keadaan? Keadaannya memang sudah buruk, Juliet!" jawab Stacy kemudian membuat meja kecil yang seharusnya berdiri menjadi terbaring di lantai. Puas melampiaskan amarah, ia kemudian duduk pada kursi kerjanya.
"Kita hampir berhasil, hanya saja.. Sial! Karena karyawan itu." Stacy memukul mejanya.
"Berhasil ataupun tidak, yang terpenting aku sudah membantumu sebisaku. Aku sudah mengirim uang perusahaan pada rekeningnya, dan lain sebagainya. Sekarang, jangan usik hidupku lagi." ucap Juliet.
"Kau berkhianat?" tanya Stacy sambil berdiri dari kursinya.
"Sejak awal aku tidak pernah berpihak padamu, Stacy." jawab Juliet.
"Kau--" ucapan Stacy terpotong oleh Celine yang mengetuk pintu.
"Permisi." ucap Celine yang masuk dengan koper itu. Stacy melirik kearah koper yang dibawa oleh Celine.
"Itu.. Uang perusahaan kan? Kemarikan!" ucap Stacy.
"Aku juga kemari untuk mengembalikannya." jawab Celine. Ia menyodorkan koper itu. Namun Stacy tidak bisa menggapainya karena terhalang oleh meja kerjanya.
"Dekatkan kemari!" ucap Stacy. Celine menarik kembali koper itu."Dekatkan?" tanya Celine. Stacy membuka koper itu kemudian melemparkan seluruh uang itu pada Stacy. Selembar uang jatuh pada pundak Stacy, langsung ditepisnya uang itu agar jatuh ke lantai. Dan tatapannya kosong kearah lantai.
"Jangan anggap karena kau itu orang yang kaya, maka kau bisa seenaknya menghina orang miskin seperti kami. Hidup itu seperti bola yang berputar, dan sekarang posisi berada dibawah daripada kami." ucap Celine. Bukan hanya mereka bertiga yang menyaksikannya. Tapi para karyawan bagian keuangan juga melihatnya karena pembatas dari ruangan Stacy dan lantai tempat dimana seluruh karyawan bekerja adalah kaca bening yang tembus pandang.
Celine keluar dari ruangan yang awalnya ditempatinya dulu itu.
***
Alicia dan Martin tengah canggung di ruang kerja Martin.
"Terima kasih." Alicia akhirnya membuka suaranya. Martin menoleh
"Itu sudah kewajibanku," jawab Martin. "Dan satu hal lagi, Alice. Berapapun yang kau inginkan, kau bisa mendapatkannya karena hartaku juga milikmu. Walaupun pernikahan kita tidak sah."
"Terima kasih, Martin. Tapi bagiku, penghasilanku perbulannya itu sudah lebih dari cukup." ucap Alicia.
'Tok tok tok'
"Masuklah." ucap Martin. Yang masuk adalah Celine, sambil membawa secangkir kopi di tangannya.
"Maaf, Alicia. Aku tidak tahu kalau kau ada disini, akan kaumbilkan--"
"Sudah, tidak perlu. Aku bisa membuatnya sendiri." potong Alicia. Celine berkeringat dingin, itu sedikit membuat Alicia keheranan karena AC di ruangan Martin sudah cukup dingin.
"Kenapa kau berkeringat, Celine?" tanya Alicia.
"Ah, maaf tapi antrian di kantin cukup panjang tadi, aku sampai kelelahan." jawab Celine. Ia meletakkan kopi itu di meja Martin.
"Apa Anda akan minum sekarang?" tanya Celine.
"Ya." jawab Martin. Ia mengangkat gelas kopi itu, Alicia memperhatikan wajah Celine yang berkeringat dan tubuhnya yang bergetar hebat. Saat gelas itu mendekati mulut Martin, Celine langsung merebut paksa gelas itu dan meneguk isinya sampai habis.
"Celine, ada apa denganmu?" Alicia berdiri karena muak terus memperhatikan sikap aneh Celine. Gelas itu langsung dijatuhkan Celine setelah meneguk habis isi kopinya. Celine batuk perlahan, sekali, dua kali, ketiga kalinya Celine memuntahkan darah.
"Celine.." gumam Alicia. Ia melirik kearah gelas kopi itu, tidak salah lagi kalau isi dari gelas itu adalah racun yang memang Celine sediakan untuk Martin, tetapi ia tidak tega dan malah meminumnya sendiri.
Alicia langsung berlari kearah telpon di ruangan Martin. "Halo, tolong ada seseorang yang keracunan di perusahaan xxx. Secepatnya, tolong!"
Celine terbaring di lantai, Alicia menghampirinya dan membopongnya kearah sofa. Celine tak berhenti memuntahkan darah dari mulutnya.
"Celine, bertahanlah! Aku telah menelpon ambulance dan mereka akan segera datang!" ucap Alicia. Martin terselimuti pikiran yang sungguh membingungkan, kalau Celine mau bunuh diri, lantas kenapa ia harus bunuh diri di depannya? Martin amat yakin, kalau ada orang lain yang terlibat disini, dan sasarannya adalah Martin sendiri.
***
Rumah sakit
"Martin, tidakkah kau merasa itu aneh?" tanya Alicia.
"Maksudmu?" tanya Martin balik.
"Maksudku, untuk apa seseorang bunuh diri di depan kita? Dan aku tahu, Celine bukanlah pribadi yang seperti itu." jawab Alicia. Martin menghela nafas kasar, ruang tunggu ini begitu sepi, dan hanya diisi oleh mereka berdua. Sampai seseorang yang tak disangka-sangka datang
"Kyle?" gumam Martin. Ia dan Alicia berdiri, sontak Martin langsung menyembunyikan Alicia di belakangnya.
"Tenanglah, aku kemari bukan untuk menghabisimu," Kyle melirik kearah Alicia "dan orang-orang yang di dekatmu."
"Aku tidak akan membunuhmu lagi Martin." gumam Kyle sambil menatap kosong kearah lantai.
"Ini ulahmu?" Alicia kini ikut campur. "Pertama kau mengutus orang untuk membunuh kita diluar negri, sekarang kau malah mengancam temanku untuk meracuni Martin. Wow, kau puas? Nyawa orang yang tidak bersalah dalam bahaya, luar biasa!"
Kyle menghela nafas kasar, tanpa basa basi langsung memasuki ruang operasi. Meskipun dilarang, Kyle tidak peduli sama sekali.
Setengah jam mereka menunggu, dan sudah cukup larut hingga membuat Alicia menguap.
"Mungkin kau butuh istirahat." ucap Martin.
"Bagaimana dengan Celine?" tanya Alicia.
"Dia akan baik-baik saja nanti. Kau harus mengingat dirimu juga." jawab Martin. "Kau mau menginap di hotel?"
"Kita punya tempat tinggal, Martin. Kau hanya membuang uangmu saja." jawab Alicia. Martin berjalan ke depan Alicia, dan memakaikan jacketnya ke punggung Alicia. Alicia hanya mengenakan kemeja lengan pendek yang tipis, dan diluar sedang hujan deras.
"Aku bahkan rela memberikan nyawaktu untukmu, Alice." satu kalimat itu membuat jantung Alicia berdegup kencang. Mereka berdua telah menyatakan cinta mereka di Bali dulu, dan tidak ada apapun yang disembunyikan lagi.
"Martin, kita kesini dengan Ambulance bukan?" tanya Alicia sambil menatap kosong kearah lain tanpa melihat wajah Martin tanpa bisa menyembunyikan rasa senangnya. "Mungkin butuh waktu lama untuk menunggu taxi yang lewat."
"Jangan khawatir, Alice. Aku akan menyuruh seseorang menjemput kita." jawab Martin. Rasa mulai langsung menyerang tubuh Alicia seketika. Sontak Alicia menutup mulut dengan tangannya.
"Kau baik-baik saja?" tanya Martin. Alicia diam, lalu mengangguk dengan wajah yang masam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mate For The Throne Heir
RomanceWanita cantik yang berusia 23 tahun itu berniat untuk mengunjungi kakaknya di San Fransisco, AS. Namun yang terjadi hanyalah kakaknya yang lari membawa uang perusahaan entah kemana. Dan sayang Alicia Amantha tidak mempunyai uang untuk kembali ke Ind...