Wajah Alicia pucat pasi setelah memuntahkan semua isi perutnya. Alicia mengoleskan krim untuk menutupi wajah pucatnya, dan juga memakai liptint yang tahan. Alicia merasa lapar, dan sangat ingin makan gado-gado.
Segera ditepis keinginannya itu, ia sedang di negri orang. Jika masih di Jogja, Alicia tinggal meminta Dian-ibunya- untuk membuatkannya. Tapi sekarang, mencari lontongnya saja Alicia tidak tahu dimana.
Saat Alicia duduk, ia tidak berselera makan. Dan itu menambah kecurigaan bagi semua orang.
"Kau tidak makan?" tanya Angel. Alicia harus pandai mencari akal
"Sebenarnya sebelum kemari aku sudah makan bubur sepiring." jawab Alicia.
"Tapi kau sudah memuntahkan isinya bukan?" tanya Angel.
"Aku belum memuntahkannya, aku pergi untuk menebalkan make-up ku tadi." jawab Alicia. Ia tidak tahu dimana mau menyampaikan rasa inginnya untuk makan gado-gado itu. Baru kali ini Alicia mengikuti egonya semenjak berada di New York.
***
Mereka kembali ke Mall, saat berkeliling, mereka berjalan kearah lift.
"Oh tidak, lift nya sedang dalam perbaikan. Kita naik eskalator saja." ucap Irina. Mereka berbalik, saat mencari eskalator, ada yang menjual minuman disana.
"Kelihatannya kau sangat lelah, Alicia. Mari kita beli air minum dan beristirahat sejenak." ucap Irina. Dalam hati Alicia sudah berucap syukur akhirnya bokongnya dapat berjumpa lagi dengan bangku. Keringatnya sudah bercucuran.
"Cepat, sebelum ada yang melihat!" bisik Stacy. Irina langsung memasukkan sekantong bubuk yang tidak tahu apa ke dalam botol air mineral. Irina langsung mengkocoknya
"Kau jangan khawtir, bubuk ini akan bereaksi jika dia hamil. Dan kondisi tubuhnya tidak terpengaruh sama sekali, tidak ada yang akan mencurigai kita." bisik Irina.
"Alicia! Kau mau minum?" tanya Irina. Alicia sedikit heran dengan perubahan sikap Stacy dan Alicia.
'Pasti ada sesuatu.' batin Alicia.
"Aku sudah minum di Restaurant tadi." jawab Alicia.
"Tapi kau pasti haus lagi, setelah capek berkeliling sedari tadi bukan?" tanya Stacy. Alicia berpikir sejenak
"Pegang saja dulu, saat kau haus kau bisa meminumnya." saran Lily. Alicia tersenyum dan menerima botol itu. Walaupun dirinya merasa sangat haus, tapi rasa kecurigaannya menepis semua itu.
"Kurasa dia curiga, Irina." bisik Stacy.
"Kau benar. Sebaiknya kita buat dia lelah berkeliling dengan eskalator, sampai dia terpaksa meminumnya." Irina memberitahu ide briliannya.
"Yasudah, disana eskalatornya ayo berangkat!" ajak Irina. Padahal Alicia baru menikmati masa kejayaannya diatas bangku plastik itu. Tapi ia langsung berdiri, ia seperti orang yang sedang berpuasa saat memandangi botol air yang digenggamnya.
***
IRINA
Irina merasa sangat puas saat melihat Alicia meneguk air mineralnya hingga menyisakan setengah botol. Irina mencari jam tangan yang memakan waktu lama. Ia tersenyum puas melihat wajah lengah Alicia dari pantulan cermin
"Aku ingin membelinya." ucap Irina pada pegawai di tempat jam tangan itu.
Bugh
"Alicia!" jerit Angel panik, Alicia tiba-tiba jatuh pingsan. Stacy mendekati Irina.
"Seperti dugaanku bukan? Alicia menyembunyikan kehamilannya pada kita semua!" ucap Stacy.
"Kau benar, fiuhh.. Aku sekarang lega keturunan perusahaan mendunia itu tidak berasal dari warga kelas menengah." bisik Irina, ia tersenyum picik
***
ALICIA
Alicia berusaha bangun saat mendapati dirinya berada di ruangan berwarna serba putih itu. Ia meringis saat merasakan perih di pelipisnya.
"Alice!" Martin menghampiri Alicia, begitu juga Angel. Hanya mereka berdua yang menunggu Alicia hingga siuman, sementara yang lain sudah kembali.
"Aku dimana sekarang?" tanya Alicia.
"Kau berada di rumah sakit, karena kau pingsan tadi saat kita di Mall." jawab Angel. Martin mendecak
"Kenapa kalian membiarkannya pergi saat kondisinya begini?" tanya Martin
"Maaf kakak, Bibi Lily yang memaksanya. Irina dan Stacy malah memperburuk suasana dengan mengajak berkeliling." jawab Angel.
"Sudahlah, ini salahku yang mau saja diajak berkeliling. Seharusnya aku minta pulang saja duluan." ucap Alicia.
"Aku akan membelikan kopi dulu." pamit Angel. Martin menarik kursi hingga dekat dengan ranjang Alicia.
"Kau mau makan?" tanya Martin.
"Aku sudah makan di Restaurant tadi." jawab Alicia.
"Angel bilang kau terakhir kali makan bubur di rumah," Martin menaikkan sebelah alisnya. Betapa bodohnya Alicia tidak kepikiran kesana "sementara kau tahu persediaan beras di rumah sudah habis."
"Apa ada makanan yang ingin kau makan?" tanya Martin. Alicia menggeleng, sama saja tidak ada karena ia tahu tidak ada gado-gado disana.
"Mustahil, Alice. Kau belum makan sejak semalam." bantah Martin.
"Sekalipun kukatakan, kau tidak bisa membelikannya untukku." jawab Alicia.
"Mana aku bisa, sementara kau belum memberitahukannya Alice." ucap Martin.
"Makanan tradisional Indonesia, campuran sayur hijau dibaluti saos kacang. Dengan tambahan tahu, dan juga.. Tapi tidak ada gunanya aku menjelaskan padamu. Aku juga tidak akan mendapatkannya." jelas Alicia, ia menarik selimutnya dan berbalik memunggungi Martin. Martin tengah dilanda kebingungan memikirkan bentuk makanan itu, ia mendatangi setiap Restaurant di New York juga tidak akan ada yang paham maksudnya. Martin mengambil ponselnya dan membuka pencarian terbaik di dunia, Google.
"Mungkin kau bisa memberitahunya lewat ini." ucap Martin. Alicia mengetik beberapa kata, kemudian menekan terjemahkan teks dengan bhs inggris. Alicia memberikan ponsel Martin masih dengan memunggunginya. Semua nama sayuran itu tidak dipahaminya. Tapi Martin tahu beberapa jenis sayuran hijau, mungkin bisa menggantikannya.
"Kau kutinggal, tapi masih ada belasan pengawal yang menjagamu diluar. Dan tekan saja tombolnya kalau kau butuh sesuatu." ucap Martin. Alicia berbalik kearah Martin.
"Kau tidak bilang kalau ada penjaga." ucap Alicia.
"Kau sedang pingsan saat itu, bagaimana caranya aku mengatakannya Alice?" tanya Martin. Alicia merasa terharu sekaligus tak enak, ia hanya pingsan karena lelah saja. Martin sudah mengerahkan anak buahnya untuknya, untuk pertama kalinya Alicia merasa istimewa.
"Tapi kau mau kemana?" tanya Alicia.
"Sudah tentu mencari makananmu, mungkin sedikit lama. Tapi aku janji akan kembali sebelum gelap." jawab Martin.
"Tidak ada disini, Martin. Sudahlah, aku juga sudah mengenakan infus Martin." sekarang Alicia merasa tak enak. Namun Martin hanya berdiri
"Aku akan segera kembali." ucap Martin. Alicia memandangi punggung Martin, meskipun Angel akan segera kembali, tapi Alicia merasa kurang senang saat Martin pergi.
***
Author pov
Angel menghampiri Stacy dan Irina yang berada di lantai awal Rumah Sakit.
"Sedang apa kalian disini?" tanya Angel. Mereka awalnya gugup, namun dengan santai Stacy menjawab
"Kurasa Rumah Sakit ini umum, dan kau tidak mempunyai hak untuk mengatur kami berada."
"Jika kalian disini mungkin tidak, tapi kalian tidak akan bisa mendekati lantai 6. Tepatnya kamar nomer xxx. Kau mau lihat apa isi amplop yang di tanganku ini?" tanya Angel. Dia membukanya dan menunjukkan seperti gambar janin.
"Ini milik.. Alicia Amantha Fernando." lanjut Angel. Mata Irina dan juga Stacy membulat
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mate For The Throne Heir
RomanceWanita cantik yang berusia 23 tahun itu berniat untuk mengunjungi kakaknya di San Fransisco, AS. Namun yang terjadi hanyalah kakaknya yang lari membawa uang perusahaan entah kemana. Dan sayang Alicia Amantha tidak mempunyai uang untuk kembali ke Ind...