09

9.6K 132 1
                                    

***

Pagi ini aku disibukkan beberapa berkas dan data yang harus aku agendakan segera. Aku menyusunnya menjadikan sebuah catatan dikemas dalam folder dilaptopku. Hey, meski dulu pekerjaanku kotor bukan berarti aku tidak mengerti dengan tekhnologi. Aku pernah mengenyam pendidikan hanya karena mungkin nasib membawaku kesana membuatku harus mencicipi kerasnya dunia. Beberapa tokoh besar kantor ini pun pernah memuji pekerjaanku yang rapih, teliti dan cepat. Jelaslah otakku yang cerdas baru bekerja sekarang kalau dulu kan yang bekerja bukan otakku tapi... sudah tidak udah dibahas! Hehehe

Tok tok tok

"Masuk.."

Klek

Oh rupanya iwan. Informasi aja iwan ini asissten dirpres disini. Dirpresnya kalian gak usah tanya. Pria dingin yang tinggal seatap denganku.

"Sibuk?" Tanyanya.

"Dikit.. ada apa?"

"Aku cuma mau minta tolong sama kamu. Kalo sempet sih.. ini berkas dari pak shami bisa kamu agendakan juga gak? Copyannya kasih ke aku nanti. Gimana?"

"Bisa.. letakkan disana. Tapi aku gak janji hari ini, hari ini..."

"Gak perlu buru buru aku ngerti kok. Sebelumnya makasih ya"

Aku hanya menggangguk dan tersenyum. Aku disibukkan kembali dengan kerjaanku

"Aku bagi permennya ya" ucap iwan

"Ambil aja" ucapku tanpa mengalihkan pandanganku dari layar laptopku

"Manis permennya, kaya kamu. Tapi sayang nih..." ucap iwan menggantung membuatku menoleh padanya

"Sayang kenapa?"

"Cieee~~ manggil aku sayang, aku gpp kok sayang"

Wtf!

Aku memutar malas mataku tapi aku tertawa juga. Iwan bisa menghiburku juga rupanya.

"Ekheem..!!"

"Ada jadwal saling ngobrolkah?"

Kami menoleh ke sumber suara. Oh dia, si laki laki random. Siapa lagi kalo bukan arfi

"Ada.. gue yang bikin. Duduk sini fi" ucap iwan

"Lu ngeledek gue? Bangkunya cuma satu"

"Ya kita pangkuan.." iwan menaik turunkan alisnya tengil membuatku merasa geli melihatnya. Baik, kalo arfi adalah cowok random dan iwan adalah kelamin random. Dia bisa jadi pria.. bisa juga waria. Mantul sekali kedua sahabat ini

Arfi keluar dari ruanganku dengan wajah masam. Sebelum keluar dia menatap mataku tajam. Dari sorot matanya sih kayanya dia marah. Tapi marah kenapa?

"Dia marah tuh.." ucap iwan.

"Marah kenapa?"

"Karena lu.."

Aku menaikan alisku sebelah. Iwan beranjak dari bangkunya berjalan kesampingku.

"Dia suka sama lu. Perlu lu tau, arfi orangnya cuek kalo orang cuek tiba tiba peduli sama seseorang itu artinya..." iwan menggantung ucapannya

"Pak iwan.. maaf dipanggil sama pak arfi diruangannya, permisi" ucap seorang karyawati.

"Kena oceh nih gue ganggu kesukaannya. Hahaha gue keluar dulu ya jul" iwan pergi dari ruanganku dan kali ini dia menutup pintunya. Aku terdiam sementara sebelum aku menggidikan bahuku dan kembali menyibukkan diriku dengan kerjaan

***

Malam hari saat aku selesai bersih bersih aku memandangi diriku didepan cermin. Bengong seperti ini jadi kebiasaanku setiap malam. Memikirkan hal random dan terkadang memikirkan tingkah serta ucapan arfi yang penuh kejutan dan aneh. Terkadang dia menjadi begitu peduli tapi tidak jarang dia bersikap seolah tidak kenal padaku. huft!

OurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang