Back to Home(?)

3.7K 57 0
                                    


**

Mobil Mercedes putih berhenti tepat diluar gerbang megah sebuah rumah bak istana. Seorang pria melangkah masuk kedalam menghiraukan sapaan para satpam dan pelayan disana. Mereka tau, orang itu adalah anak dari tuan rumah mereka yang tidak lain adalah Arfi Juanto, anak sulung Bram Juanto dan Carissha sasscha

Sampai didepan pintu, penjaga menghalangi Arfi

"Minggir, gue mau masuk!"

"Maaf tuan muda. Tuan Bram menyuruh kami untuk menyuruh anda tunggu diluar"

Arfi dibuat geram oleh mereka langsung memukul salah satu dari mereka. Saat akan melayangkan tinjunya lagi tangan dan kaki Arfi dikunci oleh beberapa orang dari belakang. Arfi mencoba berontak namun hasilnya nihil. Tubuh mereka terlalu besar dan kuat mustahil Arfi dapat lepas dengan mudah

"Hey hey ada keributan apa ini?" Bram keluar langsung melihat Arfi yang kaki dan tangannya dikunci oleh bodyguard

"Lepaskan dia, saya menyuruh kalian menghalangi bukan menguncinya seperti itu. Dia bukan maling disini!" Ujar Bram dengan sedikit membentak. Para bodyguard itu melepaskan Arfi lalu mereka menunduk memohon maaf padanya

Arfi menatap kesal ke arah Bram

"Welcome to your home, son" ujar Bram merentangkan kedua tangannya

"Berhenti berbasa basi. Dimana anak dan istriku"

Bram menatap manik mata Arfi dari jauh. Sorot matanya mengingatkan ia padanya dulu saat ia dan istrinya Carissha dipisahkan. Bram menentang keras orang tua Carissha yang menentang hubungan mereka. Kala itu, Arfi masih bayi dan orang tua Carissha memisahkannya dengan Bram

Arfi berjalan menghampiri Bram. Bram terdiam menatap apa yang ingin Arfi lakukan. Kedua bodyguard Bram bersiap berjaga takut takut Arfi akan bertindak kekerasan, namun Bram tau gelagat itu ia memberi kode pada kedua bodyguardnya untuk diam apapun yang terjadi. Arfi semakin dekat, Bram dapat melihat tangan anak sulungnya mengepal. Begitu mereka sudah dekat..

"Huaaaahh..."

Suara berat Arfi membuat Bram menutup matanya. Ia siap menerima pukulan meski itu dari anaknya sendiri. Bram terus memejamkan matanya, hingga beberapa detik ia tidak merasakan apapun. Ia mulai membuka matanya, tidak ada Arfi lagi didepannya

"Tuan, Tuan muda berlalu ke dalam begitu saja" ujar salah satu bodyguardnya. Bram tersenyum lalu ia berbalik masuk ke dalam. Hatinya merasa senang dengan tidak dipukul oleh anaknya, ia menganggap Arfi masih menaruh hormat padanya

"Dimana istri saya?" Tanya Arfi pada salah seorang pelayan

"Tidak tau tuan"

Arfi berjalan terus menelusuri ruangan ruangan dirumah besar tersebut. Namun ia tidak menemukan sama sekali Istri dan anaknya. Sampai ia berhenti disalah satu kamar. Ia menatap pintu kamar yang berwarna coklat itu. Tangannya terulur memegang knop pintu lalu memutarnya perlahan

"Julia..."

Kosong, tidak ada seorang pun didalam. Namun Arfi tidak langsung keluar. Ia memperhatikan sekelilingnya. Tidak ada yang brubah dari kamar itu. Sprey mobil berwarna biru, cat dinding berwarna biru muda, dan beberapa pajangan motor sport dan mobil sport masih bertengger manis disana. Bahkan tidak ada debu sama sekali membuktikan kamar ini terjaga. Tatapannya teralih pada sebuah figura foto dimana terdapat fotonya, dalam gendongan Bram dan Octa yang masih balita berada dalam gendongan Ibunya, Carrisha. Ya, Arfi kini berada dikamarnya. Kamarnya saat ia masih berusia 5 tahun. Saat hendak berbalik meninggalkan kamar tersebut, indra pendengarannya menangkap suara tidak asing baginya. Suara tertawa yang biasa ia dengar. Ia keluar menuju balkon kamarnya tatapanya langsung tertuju kebawah, di tepi kolam renang disebuah kursi santai sedang duduk bercerita dan tertawa dua wanita. Salah satunya adalah Julia, dan satunya lagi adalah Carissha, ibunya

OurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang