Kebiasaan

3.6K 57 0
                                    


*

Sore ini aku sedang menggoreng ikan, sebelumnya aku sudah membuat sambal kecap, dan menggoreng tahu juga. Hanya itu yang bisa kumasak untuk makan malam Arfi hari ini dan aku sengaja yang membuatnya karena aku ingin menjadi istri yang baik. Duh ilah ya~~ hehe

"Wangi banget, masak apa lo wey?" Tanpa aku berbalik aku sangat mengenal suara ini, ini adalah suara Savira

"Goreng ikan" jawabku. Saat aku berbalik kudapati Savira tengah mengunyah tahu goreng buatanku. Aku menatapnya datar yang di tatap menatapku balik seolah bertanya Ada apa?

Aku mengambil piring yang berisi tahu goreng itu lalu menyimpannya dilemari

"Heh, kok ditaro dilemari sih"

"Gue masakin ini buat Arfi bukan buat lo!" Ujarku ketus sambil menatapnya sinis. Savira hanya meringis lalu nyengir kuda

"Hahaha sorry, gue gak tau. Abis gak lu namain dimasakannya buat siapanya sih"

Yakali ah aku tulisin pake spidol gitu dimasakanku. Sengklek nih orang

Aku mengangkat ikan dari penggorengan dengan hati hati lalu memindahkannya ke wadah besar seukuran ikannya. Btw aku memasak ikan gurame, jadi agak besar juga ukurannya. Ku cium aroma ikan goreng yang kubuat ini. Hmmm wangi sekali

Tanpa ku sadari, Savira yang duduk disampingku menatapku aneh. Aku menatapnya balik

"Kenapa lu lihatin gue begitu?" Tanyaku,

"Bulu idung lu tuh jatuh kesitu"

Koplak! Aku menautkan kedua alisku

"Mana ada bulu idung gue jatuh, bulu idung gue akarnya kuat"

"Anjay, idung akar bulu idung apa akar pohon kepala neng?"

"Perpaduan"

Setelahnya Savira pergi mandi dan aku menyiapkan makan malam dimeja makan. Bi Imas memang membantuku namun ia hanya menyiapkan masakan untuk anggota orang rumah lainnya kecuali Arfi. Karena hanya akulah yang melayaninya. Dan cukup aku! Posessif ya hihihi

*

Author PoV

Setelah mereka menyelesaikan makan malam unfaedah mereka, mereka masing masing sibuk dengan urusan mereka. Seperti Savira yang sedang menonton tivi diruang tengah, Fahrie yang mengobrol dengan Arfi diteras dan Julia ditaman belakang sedang memandang langit jauh keatas. Bintang bertaburan dan bulan malam ini cerah memancarkan sinarnya. Wanita itu terus mengadahkan wajahnya menatap ke langit luas, ia duduk disebuah ayunan taman yang menghadap ke kolam renang. Air matanya menetes dari sudut matanya

"Pak, Mah, maafin Julia. Mungkin kalian udah tau pekerjaan Julia sebelumnya. Maafin Julia Pak, Mah, Julia terpaksa berbohong"

Ia memejamkan matanya menahan sesak dalam dadanya. Bagaimana tidak, pasalnya ia selalu mengabari orang tuanya kalau ia bekerja disebuah perusahaan. Jika saja orang tuanya tau anaknya bekerja di tempat prostitusi tentu akan membuat orang tuanya sedih dan itulah yang Julia tidak inginkan. Sedangkan ia harus tetap bekerja demi membiayai keluarganya

"Maafin Julia Pak, Julia bukan anak gadis bapak yang baik, maafin Julia juga Mah, Julia gak bisa jaga kehormatan Julia"

Air matanya deras mengalir mengingat kehidupannya yang lalu begitu kelam. Sebuah tepukan dipundaknya membuat Julia terkejut, segera ia menghapus air matanya

"Nih.."

Orang itu memberikan selembar tissue padanya. Julia tersenyum lalu mengambil tissue itu

OurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang