11

10.9K 147 3
                                    


***

"...jadi bagaimana apa anda berminat dengan penjelasan presentasi kami?"

"Pak arfi.. kami selalu percaya pada anda. Ide anda selalu hebat dan cemerlang"

"Terima kasih pak, tapi saya tidak bekerja sendiri.." ujar arfi menoleh pada kami. Ya ada aku, iwan, dan beberapa staf kami yang ikut meeting

"Tentu, baik pak. Kami tunggu kabar selanjutnya untuk proyek rumah impian kami ini"

"Baik pak.."

Kami melanjutkan dengan makan siang bersama client kami ini. Selesai dengan urusan kami akhirnya kami kembali ke kantor tapi tidak dengan aku dan arfi. Arfi memutuskan untuk pulang langsung, karena jam sudah menunjukkan jam 3 sore. Nanggung kalau harus kembali ke kantor.

Setelah sampai diapartemen aku membersihkan diri begitu juga dengan arfi.

"Kamu masak makan malam hari ini?" Tanya arfi

"Iya, tapi cuma sisa kemarin belanja aja. Aku masak ayam goreng sama sop" ujarku

"Ayam goreng sama sop? Gak nyambung sih ya" arfi duduk dibar kecil dapur ini. Kalo sebutan orang sih bar kecil tapi arfi bilang dia gak suka menyimpan minuman alkohol jadi dia putuskan untuk jadi meja makan posisinya juga didapur jadi jika duduk dikursi bar kecil ini langsung bisa melihat kegiatan didapur seperti sekarang arfi duduk disana dan memperhatikanku memasak yang memunggungi dia. Eh gak tau juga sih dia merhatiin aku apa nggak hehehe

"Aku ngerti sekarang kenapa angelo menjadikan kamu aset berharganya" ucap arfi tiba tiba

"Kenapa?" Balasku masih sambil memasak

"Kamu..." ucap arfi menggantung. Entah apa yang mau dia ucapkan aku masih sibuk memasak

"...seksi" bisiknya tiba tiba dikupingku. Aku menghentikan kegiatanku mengerjapkan mataku berulang kali.

"Aku seksi? Aku pikir aku gendut" ujarku

"Menurutku kamu seksi, berisi dan gak kurus! Aku gk suka cewek kurus" dia menyandarkan punggungnya ditembok sebelah kitchen set

"Oh ya? Tipe cewek kamu seperti apa?" Ujarku yang sibuk menuangkan bumbu untuk sop tanpa menoleh ke arahnya

"Keibuan, pengertian, sabar dan paling penting gak banyak nuntut" aku tersenyum padanya lalu beralih pada masakanku. Ku ambil wajan dan kutuang sedikit minyak diatasnya untuk mnggoreng ayam

"Tadi katanya gak suka kurus, aku gk denger kamu sebutin itu barusan"

"Itu fisik, beda lagi. Jadi gak kurus yg aku maksud itu.." dia menggantung ucapannya

"Seksi, dan ukurannya gak kecil gak gede juga. PAS!!"

Aku terkekeh mendengarnya. Ku ambil serbet dan mengelap tanganku

"Kenapa laki laki selalu memilih wanita dengan ukuran. Padahal kami wanita gak dilahirkan tidak bisa memilih ukuran"

"Nah! Itu soal selera kan aku bilang barusan. Gak semua lelaki begitu juga sih.."

Kupindahkan sop ke meja dan kembali ke wajan yang berisi ayam goreng. Sedikit ku kecilkan apinya agar tidak terlalu garing

"Artinya kamu mesum kaya gitu sih ya kan?" Arfi hanya tertawa kecil

"Mungkin karena seleraku seperti itu jadi aku memilih membawamu dari angelo kan?"

Aku tertawa mendengarnya

"Jika aku tidak mempunyai bentuk tubuh seperti ini kamu gak akan membawaku begitu?"

"Jika kamu tidak mempunyai bentuk tubuh seperti ini tentu kamu gak akan terpilih bekerja ditempat angelo"

OurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang