"Nikahin aku, Kak...."

6.3K 69 0
                                    


**

Sudah 2 minggu Rose bolak balik ke rumah sakit setiap harinya. Entahlah dia memang perduli dengan Okta atau menginginkan hadiah dari Gracia. Apapun itu aku harap Okta bisa pulih serta dari depresinya

"Kamu aku cariin malah disini.."

Aku menoleh ke sumber suara

"Ikut aku yuk?" Ajaknya, aku mengeritkan alisku

"Yuk ikut aja, kita jalan jalan udah lama juga"

"Sunmori?" Arfi hanya memberikan cengiran khasnya. Bukan tidak tau kebiasaannya setiap minggu pagi jika tidak ada halangan ia akan menyempatkan berkendara dengan motor besarnya. Dia selalu mengajakku setiap kali ia mau sunmori namun hanya terkadang aja aku mau. Percayalah daya gravitasi kasur lebih besar diminggu pagi itu yg membuatku menolak keinginannya. Jika sudah begitu jadilah ia pergi sendiri hehehe

Kali ini aku terpaksa ikut padahal aku lebih suka dirumah memberi makan ikanku dikolam tapi kasihan Arfi jika harus kutolak setiap ia mengajakku belum lagi cerita yang akan ia bawa setelah pulang sunmorinya membuatku panas. Remaja seumuran Arfi memang jarang sudah ada yang menikah itu sebabnya ia selalu digoda oleh perempuan perempuan senayan sana. Tapi tidak minggu ini, biar kutunjukkan pada mereka siapa pemilik pria yang mereka goda

"Udah siap?" Aku menganggukkan kepala

"Yuk.."

Aku menaiki motor Arfi. Astaga ini agak kurang masuk akal sih, diusia kehamilanku yang mulai membesar seperti ini malah diajak motoran sama suaminya. Suaminya juga dableg sih huft! Eh tapi kok seru juga ya, karena cuaca mendung jadi adem gitu. Arfi pun mengendarai motornya dengan kecepatan sedang tidak seperti awal awal dulu kagak sans aku harus memeluk pinggangnya karena takut jatuh

Setelah sampai ditempat biasa Arfi dan kawan kawannya berkumpul aku mengedarkan pandanganku. Masih sepi hanya ada dua motor disini

"Duduk disana yuk" ajak Arfi. Aku mengekor dibelakangnya tiba tiba aku menabrak tubuhnya yang berhenti mendadak. Dia ini apa apaan sih. Dia berbalik menatapku heran

"Helmnya lepas sayang, taro dimotor aja tuh.."

Ow.. ya ampun aku sampai gak sadar begini sih. Aku berusaha melepas kunci helmnya dibawah daguku. Ini kok susah sih

"Arfii ini gimana lepasnyaaa"

Arfi tersenyum lalu membantuku melepaskan kuncian helmku. Aku bisa bernafas lega setelah helmnya terlepas dari kepalaku. Udaranya masih sejuk sekali. Arfi menggandeng tanganku lalu kami duduk bersama di spot depan caffe sederhana

"Kamu mau apa?"

"Aku air putih aja deh"

"Disini ada jus loh"

"Mangga deh"

Arfi menatapku malas aku memberikan cengiranku. Hehe kenapa? Dia kan yang nawarin tadi sayang kalo ditolak wkwk

Suara motor besar lainnya datang aku memperhatikan motor itu. Loh itu bukannya motornya Iwan. Ia memarkirkan motornya tepat disebelah motor Arfi lalu berjalan menghampiri meja kami

"Bro.." ujar Iwan, mereka saling bersalaman lalu tatapan Iwan beralih padaku, aku hanya tersenyum

"Boleh gue duduk disini?" Tanya Iwan, Arfi malah tertawa

"Siapa yang larang cuy?"

Iwan menarik satu bangku untuk dia duduk lalu memesan minuman untuknya

"Fi, pulang dari sini lo mau nolongin gue?"

"Apa?"

"Jengukin Okta dong, kasih kabar ke gue gimana kemajuannya dia"

"Kemarin kan gue kasih nomer ade gue, lo gak nanyain sama dia? Dia tiap hari kesana loh"

OurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang