part 4

518 27 1
                                    

Setelah merasa kesal dengan Anggie, kemarahan Dona pun tidak bertahan lama. Tak lama kemudian Dona pun memanggil Anggie kembali karna mulutnya sudah gatal untuk berbicara.

"Hei gie.." sahut Dona "jadi gimana menurut lo? soal karyawan baru itu" Tanyanya.

Anggie yang sudah sibuk dengan komputernya pun hanya melirik sekilas "apaan..?" Tanya Anggie datar.

"Itu... anak baru. Lumayan kan?" Ujar Dona yang sudah tersenyum kearah Anggie.

"Heh... ngak tahu lah gue. Lihat wajahnya aja enggak" balas Anggie asal karna tangannya sudah sibuk menari di atas keyboard komputer.

"Ya ampun.. kok lo ngak nyadar sih" kata Dona greget "cowok yang bareng ama lo di lift tadi itu dia, bodoh! itu dia cowok yang gue bilang kemaren" sambung Dona yang sudah melotot kepada Anggie.

"Ooo... dia orangnya" balas Anggie santai "tapi sayangnya gue ngak ingat tuh wajahnya, soalnya gue cuma lihat sekilas" Dengan mata yang masih fokus melihat komputer.

"Apa... serius lo?" Tanya Dona tidak percaya "cowok setampan itu lo anggurrin padahal satu lift" sambil menggeleng-gelengkan kepala tidak percaya "kalo gue mah pasti udah curi-curi pandang, kalo perlu sampai kenalan" ujar Dona yang sudah cengengessan.

"Ya udah... kenapa ngak lo aja tadi yang di dalam lift" balas Anggie cuek.

"Gila lo... mana mungkin" cerca Dona, Anggie hanya mengendikkan bahunya tidak peduli.

"lo yang gila" balasnya singkat.

"Iss... lo kok malah balik bilang gue gila sih" balas Dona greget.

"Kan lo yang mulai" balas anggie santai.

"udah, sekarang gue mau kerja. jangan ganggu deh".

Dona pun membalikkan badannya sambil memperlihatkan telapak tangan ke arah anggie "talk to my hand" ujarnya. Anggie yang melihat aksi dona hanya bisa tertawa kecil. Dona pun hanya bisa bergedumel didalam hati "percuma aja gomong sama ni anak, ngak ada tanggapannya. datar banget".

"Gieee..." panggil Dona lagi

"Apa..?" Ujar Anggie yang sekarang sudah melihat Dona.

"Lo sebenarnya kenapa sih.. gue cuman heran aja. Kenapa kalo urusan cowok bawaan lo pasti males. Sebenarnya lo ada dendam kesumat apa sih sama cowok?" tanya dona penasaran kepada anggie..

Anggie hanya diam mendengar pertanyaan Dona lalu tak lama kemudian seulas senyum tipis muncul di wajahnya.

"Sok tahu lo" timpal Anggie sambil mengetok pelan jidat Dona. Dona pun mengelus-ngelus pelan jidatnya walaupun sebenarnya tidak sakit "sialan" ujar Dona.

Anggie hanya tertawa "udah... kerja sana.. sejak tadi lo ngobrol melulu ntar kalo ketahuan ama bos baru tahu rasa lo".

"Iya iya" balas Dona.

*****

Siang ini Anggie tidak berminat untuk pergi kekantin, sehingga ia lebih memilih untuk duduk di taman belakang kantor dan disini lah anggie sekarang berada. Anggie menyandarkan tubuhnya diatas kursi lalu kepalanya menadah ke atas untuk melihat langit yang biru. Seutas senyum tipis kembali terpatrit disana "indah.. yah langit itu indah, awan megah bewarna putih sebagai hiasannya" ujarnya pelan.

Sebenarnya Anggie wanita yang baik jauh di lubuk hatinya, ia hanyalah wanita biasa pada umumnya. Tapi, entah kenapa setiap ada lelaki yang mendekatinya bersamaan dengan itu juga kenangan pahit itu datang. Anggie sudah berusaha untuk merelakan, tapi ia tidak bisa. mungkin ini takdir jadi ia harus bisa menerimanya "bukankah sekarang ia sudah menjadi wanita dewasa" tanyanya pada diri sendiri. Tapi, setiap ia menjalani, anggie sadar bahwa melakukan dengan mengatakan itu sangat jauh berbeda.

Anggie kembali menatap langit tiba-tiba perasaannya menjadi gusar, tanpa sadar Anggie mengucek wajah dengan kedua tangannya "sebenarnya gue ngak mau kayak gini? Apa gue harus belajar untuk menerima semuanya. tapi itu semua susah untuk dilakukan" Tanyanya kepada diri sendiri.

Tak lama kemudian waktu jam istirahat siang pun habis. Anggie melirik arloginya lalu bergegas kembali keruangannya. Ia ingat kalau siang ini ada dokumen yang harus ia serahkan kepada bosnya.

Tok tok tok...

"Masuk" suara Buk Rini atasan Anggie terdengar.

Anggie pun membuka pintu "permisi buk, saya hanya mau menyerahkan laporan yang ibuk minta kemarin" ujar Anggie sopan.

Ibuk Rini pun mengangguk "bagus,. Ya udah tarok saja dimeja, nanti saya lihat" intruksi buk Rini.

Anggie pun melaksanakan perintah buk Rini "ya udah.. kamu boleh kembali bekerja" ujar buk Rini lagi yang langsung dibalas anggukkan kepala oleh Anggie "permisi buk".

Ketika Anggie keluar dari ruangan buk Rini, anggie melalui divisi dimana Radit bekerja. Anggie mendapati bahwa pria itu sedang tertunduk lemas. Radit sedang melipat tangan diatas meja dengan bagian kepala yang sengaja ia sembunyikan sehingga wajahnya tidak kelihatan.

"Hei.." sapa Anggie

Radit yang awalnya memejamkan mata langsung terkejut mendapati Anggie sudah berdiri didekatnya. Dengan reflek tangan Anggie menyetuh kening Radit yang sedikit panas.

"Lo sakit?" Tanya Anggie yang membuat Radit terdiam. Radit hanya tidak percaya dengan perlakuan Anggie yang tiba-tiba.

"iya, kepala aku hanya sedikit pusing" balasnya sambil tersenyum, karna sekarang jujur hatinya sangat berbunga-bunga.

"Hemm... udah minum obat?" Tanya Anggie

"Udah" balas radit bersemangat.

"Oo.. hari ini lo ada tugas keluar?" tanya Anggie.

Radit pun mengangguk "saran gue lo minta tolong aja ama yang lain, jadi untuk hari ini lo di kantor aja" imbuh Anggie.

Radit yang merasa mendapat perhatian ektra dari anggie hanya bisa tersenyum sipul "iya.. ntar gue minta gantiin ama yang lain aja" ujarnya.

Anggie pun diam lalu menatap Radit sebentar "ya udah.. gue mau balik kemeja gue dulu" ujarnya sambil meninggalkan meja Radit.

sepeninggalan Anggie, Radit langsung  mencubit tangannya. "Gue ngak mimpi kan? Ya ampun.. ada angin apa tiba-tiba Anggie perhatian ama gue.? ini benar-benar kenyataan kan? Ah ngak papa deh. Coba setiap hari lo kayak gini gie" ujarnya sambil tertawa sendiri seperti orang gila.

Sedangkan tak jauh dari meja Radit ada 2 pasang mata yang memperhatikannya bersama anggie tadi.

salah satu merasa kesel dan kecewa dengan buku-buku tangan yang memutih karna terkepal dan yang satu lagi hanya bisa tersenyum miring  memikirkan sesuatu yang menarik baginya sambil melihat radit dari sudut yang tidak disadari.

Bersambung.

Minta koment ama vote nya😁😉
Maafnya kalo ceritanya masih banyak kekurangan.. maklum masih amatiran😅😂
And thank u buat yang udah baca apalagi ninggalin jejak😊👍
Sekali lagi trims😊😉😙😘






Anggie The Cold Girl✔️[TAMAT] Lengkap Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang