Menelusuri lorong rumah sakit, seorang pria berhenti tepat di sebuah pintu putih yang sedikit terbuka. Ia melirik ke segala arah untuk meyakinkan diri jika tidak ada yang melihatnya disana. Dengan hati-hati ia membuka pintu itu untuk membuat matanya senyaman mungkin mengintip apa yang ada didalam ruangan itu.
Dua pasang mata itu menatap wanita cantik yang terlihat sayu di atas tempat tidur putih itu. Rambutnya tergerai dan wajahnya terus menatap ke jendela, seolah rintik hujan di luar jendela itu lebih menarik untuk dilihat dari pada TV yang sedang menyala menayangkan acara gosip pagi. Acara murahan yang selalu di tonton ibu dan asisten rumah tangganya.
Wanita itu menggerakkan kepalanya yang membuat pria itu dengan cepat menjauhkan kepalanya dari celah pintu itu.
Ia meletakkan tangannya di dadanya. Merasakan detak jantungnya hampir berhenti karena hampir ketahuan mengintip. Yah... Ia memang mengintip.
Dan kenapa ia melakukan hal ini. Hal ini bahkan hal terbodoh yang dilakukannya seumur hidupnya.
Mulutnya tidak berhenti berkomat-kamit. Merutuki kebodohannya. Salahkan semuanya pada Jacob yang memancingnya. Ia hanya sedikit penasaran dengan apa yang dilakukan wanita itu mendekati hari pernikahannya. Dan siapa sangka wanita itu malah terserang demam pernikahan hingga harus dirawat dirumah sakit. Menurutnya ini sangat berlebihan. Bodohnya Levin sempat mengkhawatirkan wanita itu. Ia tadi sempat menanyakan perihal penyakit Arletta hingga harus dirawat dirumah sakit. Dan suster itu dengan lugas menjawab hanya karena terserang demam.
Demam pernikahan maksudnya? Mengingat pernikahan, rasanya dadanya terasa sesak. Itu pasti karena ia tidak ingin Arletta bahagia, sementara ia masih menderita akibat ulah wanita itu di masa lalu.
Ya, pasti karena itu.
Dengan langkah cepat ia kembali menelusuri lorong rumah sakit itu dan berakhir kembali masuk ke dalam lift. Ia sengaja pergi pagi-pagi sekali agar tidak ada yang tahu jika ia menjenguk Arletta secara diam-diam.
Tidak akan ada yang percaya jika seorang Levin baru saja menjenguk musuh yang sudah pernah menghancurkan hidupnya di masa lalu.
-o0o-
Levin berjalan mendahului Jacob yang sedari tadi terus berceloteh hal yang menurut Levin sangat tidak penting untuk di bahas. Hari ini keduanya sedang melihat mall yang akan menjadi pagelaran fashion show brand terbaru mereka. Mengingat banyaknya biaya yang mereka habiskan untuk brand penting ini Levin tidak mau acaranya tidak berjalan lancar, maka dari itu ia sendiri yang langsung turun ke lapangan untuk memantau semua persiapannya. Ini adalah perusahaan yang ia kembangkan sendiri untuk pertama kalinya.
Yah, meski clubnya adalah salah satu club elit di kota itu, tapi hal itu tidak memberinya kepuasan yang permanen. Oh, untuk perusahaan wine yang ia pegang. Disana ia hanya menjabat sebagai seorang CEO, bukan owner-nya.
Setiap ia berjalan semua orang akan menunduk takut padanya. Bukannya sombong bahkan sebagian pekerjanya adalah teman-teman satu sekolahnya dulu. Lalu kenapa mereka menundukkan kepala mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darts With The Bastard
RomanceSejak pertemuan pertama mereka Arletta sudah mengibarkan bendera permusuhan pada Levin dan sejak itu juga Levin selalu mengganggu gadis itu. Satu-satunya gadis yang tidak bisa ia baca. Bagi Levin, Arletta adalah gadis angkuh yang keras kepala. Hubun...