Ini udah panjang loh~
Btw, aku susah banget ngetik karena laptop aku baru aja aku rongsokkiin.. Hehe... Penuh perjuangan nih. Jadi jangan lupakan saya, Ok!And yah... Aku rasa aku gak perlu ingetin soal vote yah...
Karena bukan rahasia lagi kalau semua penulis membutuhkan asupan dukungan.
Please, give me your heart..... Eh! Star maksudnya. (Jadi baper 😆😆😚)
-o0o-
Arletta mendekap map hitam di dadanya. Tubuhnya sedikit demi sedikit mulai bergetar. Tidak! Tidak boleh ada tangisan. Ini adalah kabar bahagia. Beberapa orang yang mengenalnya mulai sedikit berbisik mengenai keberadaannya yang berada di rumah sakit khusus ibu dan anak. Tapi ia tidak memperdulikannya.
Fakta yang baru diketahuinya....
Entahlah ia tidak dapat mendeskripsikan perasaannya. Apakah ia bahagia atau malah sebaliknya.
Dirinya sungguh hamil.....
Ia akan menjadi seorang ibu.
Ia bahagia...? Tentu saja.... Tapi apa ia akan menjadi orang tua tunggal untuk anaknya?
Bukankah itu sudah pasti. Sebagian dirinya membenarkan hal itu. Mana mungkin seorang Argata Levin mau menikahinya... Menikahi musuh besarnya?
Jangan bermimpi Arletta.
Arletta tersenyum kecut. Dan melanjutkan langkahnya meninggalkan rumah sakit itu.
"Bagaimana hasilnya?" Tanya Ron memburu setelah Arletta masuk ke dalam mobil.
"Positive." Jawab Arletta santai seolah kata positive itu bukanlah hal besar untuknya. Berbeda dengan Ron yang merasa seolah seluruh nafasnya ditarik paksa sedang tubuhnya dihempas ke tanah.
Sesak.
"Kenapa?" Arletta menatap bingung kearah Ron.
"Kau... Karirmu...." Ucap Ron terbata. Ia sendiri bingung harus berkomentar apa. Memberi selamat tentu saja itu akan menyakiti Arletta... Mengumpati Levin? Bahkan Arletta tampak santai dengan semua yang terjadi padanya.
"Ah... Kau benar. Aku akan segera mengabarkan pemberhentianku dari dunia entertainment. Kau mau membantuku kan?" Tanya Arletta sambil tersenyum.
"Dan juga Ron bisa kau bantu aku mencarikan nama yang baik untuk anakku.. kalau dia perempuan... Ah tidak bagaimana jika dia laki-laki." Gumam Arletta berbicara sendiri diiringi dengan kekehan bodohnya yang membuatnya semakin terlihat aneh.
"Bodoh." Manik mata Ron menatap sendu Arletta yang masih berceloteh tidak jelas sebelum akhirnya ia menjalankan mobilnya meninggalkan parkiran rumah sakit itu.
"Ehmm... Ron. Apa kau mau menemaniku ke Australia.. nanti aku akan mengajakmu berburu kangguru." Ucap Arletta disertawai tawanya. "Kau mau kan?" Tawarnya lagi.
Ron mendengus. "Tapi kau harus memenuhi satu syarat dariku..." Putus Ron setelah terdengar helaan nafasnya.
Arletta menoleh dan menatap lama wajah serius Ron.
"Anak itu... Hanya aku yang boleh memberinya nama." Ron menoleh pada Arletta dengan wajah serius sebelum akhirnya tersenyum lembut yang menular pada Arletta.
"Tentu." Balasnya antusias.
Entah karena hormon kehamilannya atau apa... Ron tidak tahu... Yang jelas Emosi Arletta akhir-akhir ini sering berubah. Terkadang ia menjadi begitu serius, manja, kekanak-kanakan, bahkan pernah sangat melankolis. Tapi satu sifatnya yang perlahan menghilang.... sifat angkuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darts With The Bastard
RomanceSejak pertemuan pertama mereka Arletta sudah mengibarkan bendera permusuhan pada Levin dan sejak itu juga Levin selalu mengganggu gadis itu. Satu-satunya gadis yang tidak bisa ia baca. Bagi Levin, Arletta adalah gadis angkuh yang keras kepala. Hubun...