Bagian 3 - Permainan takdir

11.9K 860 17
                                    

Semua mata melirik iri ke arah sepasang kekasih yang tengah menyantap makanan mereka dengan gaya yang elegan. Dari penampilan keduanya dapat ditebak jika keduanya berasal dari kalangan atas. Keduanya makan dengan nikmat, tanpa perduli dengan pandangan orang-orang disekitar mereka yang terang-terangan menatap mereka dengan berbagai ekspresi. Mereka adalah pasangan yang menjadi trending topik dengan julukan pasangan true love yang digembor-gemborkan oleh media.

Barry kini telah menjabat sebagai CEO di perusahaan ayahnya, sementara Arletta berprofesi sebagai model go internasional. Nama keduanya sudah terkenal di dunia entertainment karena menjadi trending topik pasangan true love yang digembor-gemborkan oleh media terlebih karena Arletta juga bekerja sebagai model iklan produk dari perusahaan Barry.

"Orang tuaku sudah melamarmu resmi kemarin "

Tangan Arletta yang tadinya tengah mengaduk soupnya tiba-tiba terhenti. Arletta memejamkan matanya sejenak. Barry memang sudah sering melamarnya dan ia selalu menolaknya, mungkin memang sudah saatnya ia melangkah ke jenjang yang lebih serius, tapi setiap ia memikirkannya entah kenapa hatinya selalu berteriak bahwa ia belum siap.

"Kemarin?" Ulang Arletta.

"Ya."

"Karena itulah kau membuatku lembur bekerja di kantormu?" Tanya Arletta kembali.

Barry hanya mendengus dan memalingkan wajahnya.

"Tidak bisakah kau bertanya dulu padaku?"

"Dan kau pasti akan menolaknya dengan alasan yang sama!" Potong Barry kesal.

"Aku memang.."

"Belum siap!... Alasanmu basi Ar. Bahkan Nadine sudah menikah dan punya anak sekarang."

Arletta memejamkan matanya sekaligus menarik nafasnya, kemudian ia mendengus. "Kenapa kau menyangkut pautkannya dengan Nadine?"

"Ya, mungkin saja kau masih menunggu pria busuk itu."

"Apa maksudmu?" Kini Arletta menatap Barry dengan tajam

"Aku hanya mengingatkanmu, Ar. Levin sekarang sudah berubah, dia adalah manusia rendah penggila ONS. Jangan lupa, Ar. Nadine yang kekasihnya saja meninggalkannya tapi kau yang bukan siapa-siapanya malah menunggunya." Barry tersenyum sinis saat mendapati wajah Arletta yang mulai memucat. Kekasihnya itu pasti teringat kenangan buruk yang terjadi di masa lalunya.

"Dan jangan kau pikir jika aku tidak tahu jika kau masih belum bisa melupakan pria sampah itu!" Barry meminum jusnya sebelum akhirnya ia berjalan meninggalkan Arletta yang masih terpaku di tempat.

Arletta menarik nafasnya gusar. Inilah faktanya. Mungkin dirinya dan Barry memang tidak berubah, mereka masih menjalin kasih. Tapi Nadine dan Levin? Waktu telah merubah segalanya. Jika dulu Barry yang terkenal dengan julukan badboy atau preman sekolah, sementara Levin yang dijuluki dengan anak emas sekolah, maka kini semua berbanding terbalik. Barry terkenal sebagai CEO yang kompeten dan ramah pada semua pegawainya, dan Levin terkenal sebagai Owner club malam yang suka berpesta dan penggila ONS.

Nadine? Sahabatnya itu sudah menikah dengan pilihan orang tuanya dua tahun yang lalu.

-o0o-

Setelah hari itu Arletta menjadi lebih pendiam dan Barry terus menghindarinya, mereka hanya bertemu jika memang sedang terpaut pekerjaan, selebihnya mereka menghabiskan waktu mereka masing-masing. Tapi apa pun yang terjadi nyatanya pernikahan mereka sudah ditentukan, mereka hanya tinggal menunggu waktu.

Arletta memejamkan matanya saat mengingat ucapan ibunya dimana satu bulan lagi ia akan menikah dengan Barry, sementara hubungannya dan Barry malah semakin renggang.

Darts With The BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang