I am back!
-o0o-
Pintu ruangan itu terbuka. Laki-laki bersetelan jas hitam itu melangkah memasuki ruangan yang sudah dihuni orang-orang yang berpenampilan kurang lebih seperti dirinya. semua orang disana menunduk memberi hormat padanya. Mereka adalah para pemilik saham di perusahaannya.
Levin tersenyum tipis dan sedikit menunduk untuk membalas rasa hormat yang ditujukan untuknya. Meski baru tujuh bulan ia memulai usaha ini tapi kemajuan dan perkembangan perusahan sudah meningkat sangat drastis. Meski awalnya juga ia hanya mencoba peruntungannya dengan membeli perusahaan yang sudah bangkrut. Tapi berkat pengalamannya yang kompeten sebagai seorang CEO di perusahaan lamanya, tidak sedikit yang berminat menanamkan saham di perusahaan barunya ini.
Untuk perusahaan lamanya Levin kembali menyerahkan posisi tersebut pada pemilik aslinya. Bisnisnya baru saja berkembang, maka penting untuknya untuk mengerahkan segala kemampuannya disini. Lihatlah tatapan kepercayaan yang ditujukan untuknya. Ia tidak boleh mengecewakan nereka.
"Pak. Hari ini pertemuan pertama anda dengan Pak Barry dari Sycrus corporation." Andine selaku sekretarisnya berbisik pelan di belakangnya. Levin melirik sekilas sekretarisnya, kemudian matanya mulai menelusuri ruangan disana.
Levin tersenyum tipis, bahkan hampir tidak terlihat. Benar kata sekretarisnya, Barry disana. Entah sudah berapa lama mereka tidak berjumpa. Laki-laki urakan yang dulu selalu mencemburuinya itu ternyata sudah menjadi sosok yang berpengaruh. Levin yakin sampai detik ini Barry masih tidak nenyukainya. Ia sendiri heran kenapa pria itu mau bergabung dengan perusahaannya yang masih berkembang. Apalagi selama tujuh bulan ini laki-laki itu tidak pernah menampakkan diri.
Ah, ya. Tentu saja Barry pasti sibuk berbulan madu.
"Saya senang melihat anda mau bergabung dalam rapat kali ini." Dengan sengaja Levin mendekati Barry dahulu. Ia mengulurkan tangannya dan dua laki-laki itu pun bersalaman.
"Dan saya ucapkan selamat juga atas pernikahan anda. Istri anda sangat cantik."
Barry tersenyum tipis. Berpikir Levin sedang nengejeknya.
"Baiklah mari kita mulai rapat kita kali ini."
Lampu ruangan mulai dimatikan sedikit demi sedikit, sementara dihadapan mereka mulai tampil slide layar yang menampilkan semua rencana dan rancangan yang dijelaskan oleh salah Mr. Bri, selaku seorang perancang busana. Setelah selesai maka sepanjutnya dilanjutkan oleh seorang stylish yang mulai memilah-milah para bintang dan model yang akan berperan besar dalam pemasaran mereka. Kebanyakan para model papan atas dan senior yang terpilih. Seperti konsep mereka dari balita sampai model lanjut usia mereka garap.
Sementara disudut ruangan, jacob sedikit merasa terusik, dahinya berkerut merasa terganggu. Jacob memang salah satu peserta rapat disana. Ia sengaja duduk di tempat tersudut duduk diantara para peserta yang dirasanya sudah mendekati lanjut usia. Sejujurnya jacob merasa lebih tenang disana. Tapi sepertinya sekarang sudah tidak berlaku lagi.
"Dan untuk model yang terakhir dengan konsep ibu hamil. Sesuai rancangan dari Mr. Bri dimana akan ada beberapa pakaian yang menonjolkan bagian perutnya. Maka kita harus memakai model yang benar-benar sedang hamil besar. Sayangnya untuk yang satu ini sangat sulit menemukannya."
"Maksudmu kau gagal?" Levin mengintrupsi.
Laki-laki itu tersenyum tipis menanggapi intrupsi Levin. "Saya mengatakan sulit bukan berarti saya gagal pak."
Slide layar kembali berubah. "Saya menemukan beberapa model dan bintang yang saya rasa sangat cocok untuk tema outfitnya. Berikut ini foto-fotonya."
Slide layar kembali berubah dan menampilkan beberapa referensi model dan bintang yang dapat mereka pilah. Sayangnya para peserta rapat sepertinya tidak tertarik pada satupun dari mereka.
"Apa hanya itu?" Kali ini Barry yang menguntrupsi.
Laki-laki itu sedikit terbatuk ringan. "Sebenarnya masih ada satu lagi. Saya yakin wanita ini pasti akan sangat cocok. Tapi saya merasa tidak pantas merekomendasikannya."
Jacob merasakan keringatnya mulai membasahi pelipisnya.
"Kalau begitu tunjukan saja."
Dan layar kembali berganti. Menampilkan foto seorang wanita dengan perut besarnya. Wanita itu memakai gaun biru yang menampilkan lekuk perutnya.
Jacob mengusap wajahnya kasar. Oh, terkutuklah dirinya. Ia yang memberikan foto arletta pada stylish itu. Awalnya ia hanya ingin memberikan sedikit percikan pada Levin dan kedatangan barry benar-benar diluar rencana. Jacob tahu, bagaimana Barry selama tujuh bulan ini giat berusaha mencari keberadaan Arletta.
Melihat semua orang yang berada disana terpukau. Stylish itu sedikit mengangkat dagunya. "Ms. Arletta adalah seorang model yang mengambil cuti delapan bulan yang lalu. Kini wanita ini berada di Australia. Sangat sulit menemuinya. Bahkan saya sendiri ragu beliau akan mau menerima tawaran kerja sama yang diajukan." Jelasnya secara rinci.
"Ya. Memang akan sulit mengajukan kerja sama itu, mengingat suaminya adalah orang yang berpengaruh." Komentar Levin. Ia melirik Barry yang terlihat lebih tenang dari pada dirinya.
Levin berdecih pelan. Apa Barry tidak risih dengan tatapan-tatapan para pria disana yang terpaku pada foto Arleta. Meski gaun itu tertutup tapi untuk bagian perutnya sedikit transparan. Apa Barry benar-benar tidak cemburu seperti yang sudah-sudah? Oh, dan sekarang kenapa dirinya yang jengah sendiri. Sebenarnya siapa yang suaminya wanita itu?
Levin mendengus gusar. "Bisakah anda putar kembali ke foto sebelumnya. Sepertinya saya tertarik dengan yang sebelumnya."
"Anda yakin pak? Ms. Arletta..."
"Bukankah kau sendiri yang berkata jika wanita itu pasti akan menolak tawaran kerja sama ini. Jadi lebih baik cari yang lain saja. Tidak perlu berfokus pada satu wanita yang tidak pasti."
"Maaf pak Levin. Saya rasa tidak ada salahnya berfokus pada satu wanita dari pada nanti terlalu sering bergonta-ganti sembarangan tapi hasilnya tidak memuaskan." Kali ini Barry yang bicara terlebih dengan nada sinisnya.
Dahi levin mengernyit. Entah kenapa mendengar nada sinis itu, ia merasa barry sedang menyindirnya. "Saya yakin saya tidak sembarangan dalam memilih."
"Benarkah?" Barry tersenyum sinis. Bersamaan dengan itu layar kembali berganti menampilkan foto seorang selebriti yang kabarnya baru saja hamil muda dengan suami barunya setelah kawin-cerai sebanyak tiga kali. Tentu saja wanita itu hanya akan membawa image buruk untuk brabdnya.
"Saya rasa anda benar-benar tidak bisa membedakan yang mana berlian dan yang mana kaca." Barry beranjak dari duduknya. Ia menepuk bahu Levin pelan. "Tapi tidak apa-apa. Saya yang akan memungut berlian yang anda buang itu. Kali ini... Saya berjanji tidak akan melepaskannya." Setelah mengatakan itu Barry segera meninggalkan ruangan rapat itu, meski rapat itu masih berlangsung.
"Pak. Jika anda mau saya sendiri yang akan membujuk Ms. Arletta." Suara stylish itu kembali terdengar.
"Bisakah kau sedikit menaruh rasa hormat pada wanita yang sudah bersuami. Setidaknya panggilah dia dengan panggilan Mrs. Arletta." Suara Levin terdengar kesal.
"Maaf pak. Tapi, saya menggunakan panggilan Miss. Karena Ms. Arletta memang belum pernah menikah."
Belum pernah menikah....
Kenapa Levin merasa dirinya adalah orang terbodoh disini.
-o0o-
KAMU SEDANG MEMBACA
Darts With The Bastard
RomanceSejak pertemuan pertama mereka Arletta sudah mengibarkan bendera permusuhan pada Levin dan sejak itu juga Levin selalu mengganggu gadis itu. Satu-satunya gadis yang tidak bisa ia baca. Bagi Levin, Arletta adalah gadis angkuh yang keras kepala. Hubun...