Fiera menggeliat dalam tidurnya. Rasanya sudah lama sekali dia tidak tidur senyenyak ini. Dia jadi tidak ingin membuka mata, tidak mau meninggalkan kenyamanan yang ia rasakan sekarang. Tapi otaknya yang mulai terjaga memaksa Fiera untuk segera membuka mata.
Ia mengerang, masih dengan mata tertutup rapat. Tangannya terulur, hendak memeluk tubuh mungil hangat yang biasa selalu menemani tidurnya tiap pagi. Namun tubuh itu tidak ada. Padahal tidak pernah sebelumnya jagoan kecil Fiera bangun lebih dulu darinya.
Perlahan kelopak mata Fiera terangkat. Mengerjap sebentar lalu memusatkan perhatian pada ranjang yang ia tempati. Tidak ada siapapun di sana kecuali dirinya.
DEG.
Ketakutan itu melanda hati Fiera hingga terasa menyakitkan. Beruntung dia langsung teringat bahwa dirinya tidak hanya tidur berdua bersama Russel. Ada orang lain yang menemani mereka semalam. Ya, pasti Russel bersama Rachles sekarang.
Mendesah lega, Fiera bangkit mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. Dia melepas ikatan rambut lalu menyisir rambutnya dengan jari hanya untuk sedikit merapikan. Setelah itu ia kembali mengikat dengan asal-asalan.
"RACHLES! RUSSEL!" Fiera berteriak seraya keluar kamar.
Kening Fiera berkerut bingung karena tidak menemukan tanda-tanda kedua orang itu. Dia sudah mencari ke ruang tengah, ruang bermain Russel, perpustakaan, bahkan ke ruang depan. Namun tidak bisa menemukan keberadaan mereka.
Tidak mungkin Rachles membawa Russel pergi keluar rumah karena mobilnya dan mobil lelaki itu masih terparkir di halaman dan pagar tinggi yang mengelilingi rumah masih terkunci.
Kembali Fiera masuk sambil sesekali berteriak memanggil nama mereka. Kali ini tujuannya adalah dapur. Mungkin mereka lapar lalu mencoba bereksperimen di dapurnya.
Lagi-lagi Fiera tidak menemukan seorangpun di sana. Tapi samar-samar Fiera mendengar suara tawa dan percakapan dari halaman belakang. Segera ia membuka tirai yang menutupi jendela kaca tinggi di dapur. Ternyata mereka di sana. Berenang sambil bercanda di kolam.
Bibir Fiera melengkung membentuk senyuman melihat Russel tertawa senang ketika bergelayut di punggung Rachles saat lelaki itu berenang. Kolam renang itu dalamnya hanya satu meter. Tapi tinggi Russel yang masih kurang dari satu meter jelas tidak memungkinkannya untuk berenang tanpa bantuan. Lagipula Russel tidak pernah benar-benar berenang. Dia hanya suka bermain air di pinggir kolam bersama Fiera.
Tak terasa, air mata Fiera menitik. Dia terharu melihat kedekatan mereka. Andai—
Astaga! Sampai kapan dirinya akan terus berandai-andai.
Fiera menggelengkan kepala untuk mengenyahkan apapun yang tadi melintas di pikirannya. Dia segera menghapus air mata, lalu menuju pantry untuk menyiapkan sarapan. Roti panggang isi keju dan berlapis mentega serta segelas susu hangat pasti nikmat untuk menemani mereka mandi.
Segera Fiera menyiapkan bahan-bahan untuk membuat sarapan yang sudah terbayang di benaknya. Sesekali ia menoleh, memperhatikan dua lelaki beda usia yang masih asyik bermain air. Tawanya juga lepas melihat tawa mereka. Kegembiraan itu membuat hati Fiera terasa ringan, lalu tanpa sadar ia bersenandung pelan dengan suara merdu. Suatu hal kecil yang sudah lama tidak Fiera lakukan.
Beberapa menit kemudian, sarapan sudah siap di atas nampan. Satu piring dengan beberapa irisan roti dan tiga gelas susu hangat. Aromanya sangat lezat dan menggiurkan.
Dengan senyum cerah, Fiera keluar ke halaman belakang menuju tempat Russel dan Rachles kini beristirahat di tepi kolam. Keduanya tampak kelelahan tapi tawa mereka masih terdengar.
"Waktunya sarapan!" seru Fiera.
"Mama!" Russel berseru senang. Dia melompat-lompat sambil bertepuk tangan melihat Fiera. "Ma, Russel sudah bisa berenang. Papa bilang Russel akan jadi juara renang setelah besar nanti." Bocah itu bercerita dengan riang.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Smile (TAMAT)
Romance[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Rachles jatuh cinta untuk pertama kalinya di usia dua puluh enam tahun. Namun sayang, rasa cinta itu harus ia kubur karena wanita yang ia cintai adalah calon istri sang kakak. Lucu sekali. Dia jatuh cinta sekaligus...