Mikaela duduk termenung dengan pandangan mengarah taman di kediaman Reeves. Wajahnya tampak murung seolah beban berat sedang diletakkan di pundaknya.
Tangan hangat yang menyentuh bahu Mikaela membuyarkan lamunannya. Dia menoleh dan mendapati Luke sedang tersenyum menenangkan.
"Mama memikirkan apa?"
Mikaela mendesah lalu kembali melempar pandangan ke arah taman. Beraneka bunga cantik di sana sama sekali tidak bisa merayu hati Mikaela agar kembali cerah. "Raynand dan Rachles semalam berkelahi. Pak Wiryo terluka karena berusaha melerai."
Luke meremas lembut bahu Mamanya. "Sepertinya ini pertanda agar kita berhenti. Kurasa hukuman untuk mengeluarkan Raynand dari keluarga Reeves begitu mereka bercerai sudah cukup sepadan."
"Mama ingin memaafkan dia, Luke. Tapi hati Mama tidak bisa. Tidak diakui sebagai ayah kandung Russel dan dikeluarkan dari keluarga Reeves rasanya sama sekali tidak sepadan dengan penderitaan Fiera selama tiga tahun. Dan itu yang membuat Mama tidak sanggup memaafkan Raynand."
"Kalau begitu biarkan waktu yang membuat Mama memaafkannya." Luke menyarankan. "Sudah cukup kita ikut campur urusan Raynand. Biar dia memilih sendiri dan bertanggung jawab akan pilihannya. Lagipula meski Arla dan Jose juga marah akan perbuatan Raynand, mereka tetap merasa sedih karena Raynand tidak lagi menjadi bagian keluarga Reeves. Bagaimanapun Raynand putra mereka."
Mikaela meletakkan tangannya di atas tangan Luke yang masih bertengger di pundaknya. Kepalanya bersandar di perut sang anak dengan mata terpejam. Tidak ada kata yang keluar dari bibirnya karena dia sedang berkutat untuk mempertimbangkan saran Luke.
"Saat Mama melakukan semua ini, memberi hukuman pada Raynand, apa Mama merasa puas? Kurasa tidak. Perasaan Mama hampa. Karena itu, sudahi saja." Dan Mama akan merasa bersalah jika hukuman Mama akhirnya membuat Raynand celaka, lanjut Luke dalam hati.
Akhirnya Mikaela mengangguk. "Ya, Mama akan mengikuti nasihatmu. Sekarang tolong bantu urus perceraian mereka."
***
Pagi ini Raynand terjaga dengan beberapa bagian tubuh terasa sakit. Dia segera beranjak dari ranjang menuju kamar mandi dengan suasana hati masih sama buruknya seperti semalam.
Selesai mandi dan berpakaian dia menuju dapur. Padahal pekerjaannya belum juga dimulai. Tapi rasanya Raynand sudah ingin segera pergi dari tempat itu untuk menemui wanitanya.
Raynand sendiri tidak mengerti apa yang terjadi dengan dirinya. Dulu dia sudah cukup puas memiliki Fiera dan Russel. Tapi kemudian Liana datang dan yang diinginkan Raynand hanya bisa bersama Liana. Kini setelah melihat Rachles menggantikan posisinya di antara Fiera dan Russel, mendadak Raynand menginginkan mereka kembali sekaligus Liana.
Sekarang setelah semua orang pergi, Raynand sadar dirinya harus segera menjauh dari Fiera dan Russel agar tidak tergiur untuk memiliki mereka kembali. Dia sudah menjatuhkan pilihan pada Liana. Liana adalah dunianya sekarang.
Melewati ruang makan, Raynand mengernyit bingung mendapati tempat itu sudah rapi seperti semula. Bahkan sudah ada sarapan tersaji di meja yang terlihat dikhususkan hanya untuk satu orang.
"Tuan Raynand, silahkan sarapan."
Suara Bu Yeni membuat Raynand tersentak kaget. Dia pikir dirinya hanya sendirian di rumah itu.
"Ibu yang membersihkan tempat ini sendirian?" rasa bersalah merasuk dada Raynand.
"Dibantu Bapak. Ibu tidak mungkin sanggup kalau sendirian." Bu Yeni tersenyum simpul.
"Ehm, apa Bapak baik-baik saja? Aku sungguh tidak sengaja."
"Hanya luka kecil. Sudah diobati di klinik semalam. Sekarang sebaiknya Tuan sarapan. Ibu mau membantu Bapak memanen tomat di halaman belakang."

KAMU SEDANG MEMBACA
His Smile (TAMAT)
Romantizm[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Rachles jatuh cinta untuk pertama kalinya di usia dua puluh enam tahun. Namun sayang, rasa cinta itu harus ia kubur karena wanita yang ia cintai adalah calon istri sang kakak. Lucu sekali. Dia jatuh cinta sekaligus...