12b

25.7K 2.4K 113
                                    

"Bagaimana pertemuanmu dengan Nenek?" Rachles langsung mengajukan pertanyaan begitu Fiera masuk ke mobil.

Fiera tidak langsung menjawab, melainkan melempar tatapan penuh tuduhan ke arah Rachles. "Jawab yang jujur! Sebelum tinggal di rumahku kau memang sudah tahu mengenai perselingkuhan Raynand, kan?"

Rachles meringis kemudian nyengir. "Yah, begitulah."

"Tak kusangka kau menggosipkan rumah tanggaku lalu bersikap seolah-olah tidak tahu apapun." Fiera merengut.

"Hei, kalau kau pikir aku tahu mengenai perselingkuhan Raynand dari keluargaku, kau salah besar. Saat aku mengantar kau dan Russel pulang lalu kita mampir di Mall, aku juga melihat Raynand berjalan mesra dengan seorang wanita. Melihat sikapmu yang hanya diam dan menatap dari jauh itulah yang membuatku urung membahas hal itu denganmu. Jadi aku memilih bertanya pada Nenek dan mendengar semua kebenarannya."

Fiera ingat hari itu. Dia tertunduk sedih. Bukan karena masih mengharapkan Raynand, tapi sedih mengapa saat itu dia memilih diam bukannya menghampiri mereka lalu mencakar wajah kedua orang itu.

Sementara itu Russel yang mendengar kata Mall menggeleng cepat. "Pa, Russel tidak mau ke Mall. Papa bilang kita akan ke kebun binatang."

Fiera menoleh ke arah Rachles kesal. "Kau menjanjikan sesuatu tanpa persetujuan dariku."

"Biasanya kau tidak keberatan."

"Kau terlalu memanjakannya, Rachles." Entah mengapa kali ini Fiera merasa sensitif. Dia merasa seperti Rachles telah mengambil Russel darinya dan membuatnya sendirian. Mungkin karena keputusannya untuk bercerai dari Raynand atau mungkin juga karena Russel tidak mau duduk di pangkuannya dan memilih duduk di antara paha Rachles yang sibuk menyetir.

Fiera kembali merengut saat melirik dua lelaki beda generasi itu yang tampak nyaman berada di dekat satu sama lain.

"Pa, kita ke kebun binatang, kan?" Russel mengulang karena tidak mendapat jawaban.

"Tidak, Sayang. Sekarang kita langsung pulang." Jawab Fiera.

"Russel mau lihat singa yang besar!"

"Iya, lain kali." Bujuk Fiera.

Russel mencebik ke arah Fiera lalu mendongak menatap Rachles. "Pa, kita ke kebun binatang sekarang, kan?" tanya bocah itu memelas.

Rachles iba melihat matanya yang berkaca-kaca. Dia ingin mengiyakan tapi karena mendapat pelototan dari Fiera, Rachles jadi bimbang. "Hmm, tanya Mama saja."

"Ma..." panggil Russel pelan.

Fiera menggeleng. "Tidak! Hari ini kita pulang. Minggu depan Mama akan mengajak Russel liburan ke tempat yang jauh, dekat pantai dan gunung. Di sana juga ada kebun binatang. Mama janji Russel boleh datang ke kebun binatang sepuasnya." Mikaela memang memberitahu bahwa mereka akan berangkat minggu depan.

"Sungguh?" mata Russel yang masih berkaca-kaca kini berbinar. Dia yakin Mamanya tidak mungkin ingkar janji.

Fiera tersenyum seraya membelai rambut halus Russel. "Iya, Sayang."

Russel tersenyum lebar lalu mengulurkan kedua tangan ke arah Fiera. Fiera menyeringai senang lalu mengambil alih Russel dari pangkuan Rachles.

Rachles berdecak. "Jagoan, kau gampang sekali disogok."

"Itu sebabnya dia menempel padamu. Karena kau terus-menerus menyogoknya." Fiera menjulurkan lidah ke arah Rachles lalu mendekap Russel erat.

"Papa juga ikut kan, Ma?"

Seketika Rachles tersenyum lebar. "Dia memang anak Papa.

Fiera mencibir lalu pura-pura berpikir. "Hmm, sepertinya tidak. Hanya Mama dan Russel."

His Smile (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang