Begitu keluar dari kediaman Reeves, Raynand segera menghubungi tim keamanannya untuk menemukan keberadaan Black. Beruntung meski tiap lelaki di keluarga Reeves yang sudah dipercaya bergabung dalam perusahaan memiliki masing-masing tim keamanan, kepala keamanan mereka saling berhubungan dan acap kali saling membantu dalam situasi-situasi tertentu.
Karena itu kepala keamanan Raynand dengan mudah mengetahui ke mana Liana dibawa karena Black tidak tahu apa alasan Nyonya besar keluarga Reeves memberi perintah demikian. Dan sekarang Black pikir Raynand memiliki tujuan yang sama dengan Mikaela. Tanpa curiga dia pun memberitahu keberadaan Liana.
Dengan tergesa, Raynand menyusul tim keamanannya yang sudah lebih dulu menuju villa tempat diadakan pesta seks. Jantungnya berdegup amat kencang membayangkan hal buruk yang mungkin telah menimpa Liana.
Setengah jam menempuh perjalanan terasa bagai selamanya. Jantung Raynand bagai diiris secara perlahan sepanjang jalan. Pedih dan menyakitkan.
Begitu mencapai Villa yang dimaksud kepala keamanannya, Raynand memarkir mobil secara asal di halaman Villa lalu menghambur masuk. Tampak keributan sedang berlangsung karena kedatangan orang-orang Raynand. Namun dengan sigap tim keamanan Raynand berhasil mengalahkan mereka yang mencoba melawan, sementara di sisi yang lain tampak para peserta pesta melihat kejadian itu dengan bingung bercampur takut.
Raynand langsung menuju seorang lelaki yang hanya menonton dengan bingung bersama yang lain. Kebetulan dia yang berada di paling depan dan di belakangnya tampak para wanita nyaris telanjang.
"Di mana Liana?" tanya Raynand dengan emosi tertahan.
"Siapa Liana?" tanya lelaki itu bingung. "Hei, Tuan. Bahkan kami tidak mengerti ketika mendadak kalian datang dan membuat keributan tanpa maksud yang jelas."
Geram, Raynand menarik kerah kemeja lelaki yang sama tinggi dengan dirinya itu. "Wanitaku dibawa secara paksa ke tempat sialan ini! Katakan di mana dia atau akan kubakar kalian hidup-hidup!"
"Bagaimana aku bisa mengatakan sesuatu yang aku sendiri tidak tahu?!" suara lelaki itu juga meninggi namun dalam hati dia ciut melihat sinar kejam dalam mata Raynand. Tapi sungguh dia tidak paham maksudnya.
Salah satu wanita di belakang lelaki itu maju dengan takut. "Mungkin maksudnya wanita yang menangis dan menjerit itu."
Raynand mendorong lelaki yang tadi lalu beralih pada si wanita. "Di mana dia?!"
Si wanita menelan ludah lalu menunjuk suatu tempat. "Di lantai dua. Kamar yang tepat di depan tangga."
Tanpa menunggu lagi, Raynand bergegas menuju kamar yang ditunjuk si wanita. Jantungnya bergemuruh semakin kencang. Otaknya menolak membayangkan hal buruk yang mungkin telah menimpa Liana.
BRAK.
Bahkan Raynand tidak sanggup membuka pintu dengan cara yang benar padahal pintu sama sekali tidak dikunci.
"LIANA!" teriak Raynand karena kamar itu tampak kosong. Tapi jelas baru digunakan jika dilihat dari kacaunya ranjang dan banyaknya baju berserakan di segala tempat.
Dengan panik Raynand mengedarkan pandangan ke segala arah. Hingga tatapannya terhenti pada celah di antara lemari dan meja di sudut kamar.
DEG.
Jantung Raynand serasa lepas. Dia berjalan ragu dan cemas menuju tempat itu. Seseorang yang sedang bersembunyi di sana meringkuk semakin takut. Terdengar tangis tertahan dari orang itu.
Semakin dekat, jantung Raynand semakin terasa sakit. Air matanya jatuh ketika ia berlutut di dekat orang itu.
"Liana." Raynand menyebut nama itu pelan dan serak. Tangannya terulur hendak menyentuh bahu telanjang Liana namun wanita itu semakin merapat ke tembok dengan ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Smile (TAMAT)
Romance[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Rachles jatuh cinta untuk pertama kalinya di usia dua puluh enam tahun. Namun sayang, rasa cinta itu harus ia kubur karena wanita yang ia cintai adalah calon istri sang kakak. Lucu sekali. Dia jatuh cinta sekaligus...