8a

24.6K 2.5K 264
                                    

Rachles, Fiera, Russel, dan Rama baru saja tiba di gedung perusahaan bagian Raynand. Telapak tangan Fiera berkeringat dingin dan jantungnya berdegup sangat kencang.

Seharusnya bukan dirinya yang gugup seperti ini. Seharusnya dirinya bisa menjadi tokoh antagonis sekarang. Tapi Fiera tidak bisa. Dia sangat gugup dan ragu apakah siap bertemu langsung dengan wanita yang telah merebut hati suaminya. Yang telah menjadi duri dalam rumah tangganya.

Tiba-tiba tangan besar dan hangat itu menggenggam salah satu tangan Fiera seolah ingin menyalurkan kekuatan. Fiera menoleh menatap Rachles yang berjalan di sampingnya sambil menggendong Russel.

Tidak, Fiera tidak boleh lemah. Harga dirinya akan terus diinjak-injak jika ia selalu bersikap lemah. Mereka yang harusnya takut dan gugup. Bukan dirinya.

Fiera menarik nafas panjang untuk meyakinkan diri.

Mereka berhenti di depan resepsionis karena Rama masih bertanya di mana letak ruang pertemuan.

"Hai, Mbak Fiera." Resepsionis yang bernama Nilam menyapa. Wajahnya berbinar senang melihat kedatangan istri si bos yang sudah lama tidak berkunjung. "Mbak lama tidak datang ke sini."

Nilam sangat menyukai kepribadian Fiera yang ramah dan mudah berteman. Walau dia istri bos di perusahaan itu, Fiera sama sekali tidak canggung berbaur dengan pegawai biasa seperti dirinya. Itu sebabnya Nilam juga termasuk salah satu dari banyak orang yang membenci Helliana. Ya, perselingkuhan Raynand dan sekretarisnya sudah menjadi rahasia umum di sana.

"Hai, Nilam." Fiera balas menyapa dengan ramah. "Iya, Raynand yang melarangku datang. Katanya dia tidak ingin aku bolak-balik dari rumah ke kantornya. Dia sangat perhatian, kan?" ada nada mengejek dalam nada suara Fiera.

Nilam tidak menjawab dan hanya tersenyum ragu. Dalam hati dia merutuki kelakuan bosnya. Pasti si bos tidak mau Fiera datang ke kantor karena ingin bermesraan dengan pelacurnya. Sungguh menjijikkan!

"Ma, nanti kita beli ice cream. Russel mau yang rasa cokelat. Setelah itu kita pergi main."

Ocehan Russel menarik perhatian Nilam dan beberapa rekannya yang juga berada di bagian resepsionis. Bukankah Russel itu putra si bos? Lalu siapa lelaki yang menggendongnya dan sangat mirip dengannya?

"Iya, Sayang. Nanti kita beli ice cream lalu main setelah pekerjaan Papa selesai ya." Fiera berkata lembut sambil membelai rambut Russel.

"Pa, jangan lama-lama kerjanya."

Rachles terkekeh. "Oke, bos."

Nilam dan temannya yang tahu siapa Fiera dan Russel saling pandang dengan bingung. Russel itu putra Raynand atau lelaki yang sedang menggendongnya? Tapi jika dilihat dari wajah mereka, jelas lelaki itu adalah Papa kandung Russel. Apa jangan-jangan Fiera selingkuh hingga hamil dan itu yang membuat Raynand memilih selingkuh? Astaga, ini akan jadi berita besar dan menghebohkan.

Setelah mendapat keterangan yang jelas di mana letak ruang pertemuan, mereka langsung menuju lift.

"Lelaki itu siapa? Sayang sekali daftar hadir tidak diletakkan di sini." Gerutu Via.

"Apa menurutmu dia Papa kandung Russel?" Nilam bertanya.

"Aku yakin sekali iya. Ah, tapi masa Mbak Fiera seperti itu?" Via tampak frustasi sendiri.

"Kamu perhatikan saja Liana. Dari luar dia tampak ramah dan lembut. Siapa sangka dia seorang wanita gampangan perusak rumah tangga orang."

"Berarti kamu menuduh Mbak Fiera sama seperti Liana?" Via melotot.

"Tidak juga sih." Nilam juga tampak bingung. "Tapi kan, Liana baru pindah sekitar tiga tahun yang lalu. Sementara—Russel itu umur berapa sih?"

"Sepertinya sudah lebih dari empat tahun."

His Smile (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang