Adakah yang nunggu? ^_^
-------------------
"PAPA!" seru Russel seraya berlari ke arah Rachles yang baru turun dari mobil. Dalam sekejap, bocah itu sudah berada dalam dekapan hangat Rachles.
Fiera yang melihat itu dari beranda hanya bisa geleng-geleng kepala dengan senyum di bibirnya. Padahal Rachles hanya pergi bekerja sekitar lima jam lalu. Tapi putranya itu menyambut Rachles seolah mereka tidak bertemu berminggu-minggu.
"Pa, Kak Alvin mengajak Russel dan Mama ke kebun binatang bersama keluarganya. Papa mau ikut juga, kan? Kata Kak Alvin, Russel boleh naik kuda poni dan gajah di sana."
"Oh, kapan Russel bertemu Kak Alvin?"
"Tadi kami bicara di telepon. Kak Angel dan Kakak cantik juga akan ikut."
"Kakak cantik?"
"Iya, Kakak yang selalu cemberut itu. Wajahnya lucu seperti boneka kalau sedang cemberut. Ingin Russel cubit pipinya tapi takut dia melotot."
Rachles dan Fiera tertawa mendengar ocehan Russel. "Sepertinya anak kita menyukai Elissa." Rachles mengedipkan sebelah mata pada Fiera.
Fiera berdecak. "Dia baru empat tahun. Jangan cemari otaknya dengan urusan percintaan."
"Hei, aku kan tidak mengajari apapun." Sungut Rachles. "Setidaknya belum." Lanjutnya yang berhasil membuat Fiera melotot kesal.
"Papa! Papa ikut juga, kan?" Russel menepuk-nepuk pipi Rachles karena lelaki itu tak kunjung menjawab pertanyaannya.
"Kalian mau berangkat jam berapa?"
Russel menoleh pada Fiera. "Jam berapa, Ma?"
"Jam satu mereka akan menjemput." Sampai di dapur, Fiera menarikkan kursi untuk Rachles lalu mengangkat Russel agar duduk sendiri di kursi lain.
"Maafkan Papa, Jagoan. Setelah makan siang Papa harus kembali bekerja. Baru jam lima sore Papa pulang. Russel pergi bersama Mama saja, ya."
Russel mencebik siap menangis.
"Hei, dengar." Rachles merendahkan kepalanya hingga sejajar kepala Russel. "Papa harus giat bekerja agar pekerjaan Papa cepat selesai. Setelah itu Papa janji akan menemani Russel ke pantai. Russel bilang ingin berenang bersama Papa, kan?"
Bocah itu mengangguk dengan sebulir air mata menitik. Rachles menghapus air mata itu lalu mengecup kening Russel. "Jagoan Papa tidak boleh menangis. Kalau Russel menangis, siapa yang akan menjaga Mama selama Papa bekerja?"
"Russel sudah tidak menangis, Pa." dengan punggung tangannya, bocah itu menghapus air mata yang masih menggenang.
"Pintar." Rachles mengacak rambut Russel lalu mengecup pipinya gemas.
Fiera yang sedari tadi memperhatikan interaksi mereka berdua menelan ludah dengan haru.
Waktu mereka di kota kecil itu sudah tinggal lima hari lagi. Kemarin Fiera mendapat telepon dari sang Nenek yang mengatakan bahwa sidang pertama perceraian akan dilaksanakan awal bulan depan. Keluarga Reeves sudah mengurus semua dan Fiera hanya harus hadir saat sidang.
Rasa lega membanjiri dada Fiera karena akhirnya dia akan lepas dari Raynand. Tapi dirinya malah dibuat kaget dengan kata-kata Mikaela selanjutnya yang lebih cocok disebut ancaman. Keluarga Reeves akan merebut Russel dari Fiera dan tidak akan memperbolehkan keduanya bertemu jika Fiera memutus hubungan dari keluarga Reeves.
Ancaman itu sama sekali tidak membuat Fiera tersinggung. Dia malah senang karena itu artinya seluruh keluarga Reeves sangat menyayangi Russel dan tidak ingin kehilangan bocah itu. Fiera akui, bahkan Raynand juga menyayangi Russel dengan caranya sendiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/134821551-288-k522622.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
His Smile (TAMAT)
Romance[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Rachles jatuh cinta untuk pertama kalinya di usia dua puluh enam tahun. Namun sayang, rasa cinta itu harus ia kubur karena wanita yang ia cintai adalah calon istri sang kakak. Lucu sekali. Dia jatuh cinta sekaligus...