"Rachles?" tanya Fiera dengan nada tidak percaya.
Bukannya menjelaskan sesuatu, Rachles malah terbahak. Dia tertawa keras sampai sudut matanya mengeluarkan air.
Fiera berdiri, keluar dari tempat persembunyiannya. Dia mendekat ke arah lelaki itu lalu menarik salah satu telinga Rachles kuat.
"Kau pikir lucu, hah?!" nada suara Fiera penuh amarah.
"Akh, Fiera. Maaf." Rachles meringis sakit.
"Kau mau membuatku terkena serangan jantung, ya?"
"Hei, aku kan tidak menakutimu. Kau sendiri yang bersembunyi seperti itu." Rachles membela diri.
Fiera melepas telinga Rachles kesal. "Tapi apa maksudnya semua ini? Kenapa tiba-tiba aku berada di tempat asing ini?"
"Aku yang membawamu." Sahut Rachles santai.
Fiera mengerutkan kening semakin bingung. Ada banyak pertanyaan di otaknya. Tapi dia bingung yang mana yang harus ia tanyakan lebih dahulu.
"Kenapa diam? Tidak ingin bertanya sesuatu?" pancing Rachles.
"Kenapa tiba-tiba aku sudah ada di sini? Di mana Russel? Kenapa kau membawaku ke sini? Dan tempat apa ini?" tanya Fiera bertubi-tubi.
"Aku harus menjawab yang mana dulu?" Telunjuk Rachles menggaruk pelipisnya.
"Jawab saja semua. Terserah yang mana dulu." Fiera semakin kesal.
"Aku membawamu sekitar delapan belas jam yang lalu dalam keadaan tidur. Kata Nenek kau butuh waktu untuk menenangkan diri. Dan jangan khawatir tentang Russel. Dia aman bersama Raynand."
Fiera memejamkan mata sambil mendesah keras. Seharusnya dia curiga karena sang Nenek menyetujui syaratnya dengan mudah. Ternyata ini yang dia rencanakan. Menyuruh Rachles menculiknya. Pasti saat ini Nenek tua itu membuat Russel sangat sibuk bersama Raynand hingga lupa bahwa Fiera tidak ada di dekatnya.
Kemudian Fiera membuka mata kembali, menatap Rachles lekat. "Delapan belas jam dan aku sama sekali tidak terbangun? Kau pasti menggunakan sesuatu."
Rachles meringis. "Hanya obat tidur seperti saran Nenek. Kau pasti tidak menyadarinya karena obat itu tidak langsung bekerja. Kau bahkan bisa berbaring nyalang selama beberapa jam."
"Bagaimana kau tahu?" mata Fiera menyipit curiga.
Rachles nyengir. "Aku bersembunyi di samping lemari di kamar Russel setelah memasukkan obat tidur ke dalam segelas air di nakas."
Fiera ingat air itu. Sebelum tidur, Russel minta minum. Beberapa saat kemudian setelah selesai berbenah dan hendak tidur, Fiera menghabiskan sisa air di gelas tanpa rasa curiga.
Mendadak Fiera merasa marah. Dia marah karena Rachles dan Mikaela merusak rencana yang sudah Fiera susun. "Bawa aku pulang sekarang!"
"Bukankah kau ingin menenangkan diri dan menjauh dari Raynand sejenak?"
"Bukan menjauh dari Raynand. Tapi menjauh dari seluruh keluarga Reeves. Aku benar-benar butuh waktu sendiri tanpa campur tangan kalian."
Rachles berkacak pinggang. "Kau pikir Russel itu siapa? Dia juga anggota keluarga Reeves. Kalau kau ingin menjauh dari kami, pergilah tanpa membawa Russel."
Baiklah, pilihan kata Fiera salah. "Kecuali Russel, tentunya."
"Ah, sudahlah. Di sini kau benar-benar jauh dari keluarga Reeves. Kalau kau merasa tidak nyaman karena keberadaanku, aku akan pergi saat ini juga." Rachles berbalik membelakangi Fiera. "Kau bisa mendapat makanan dari laut atau hutan di belakang. Tidak akan ada orang lain karena ini pulau pribadi. Hubungi saja aku menggunakan telepon kabel di ruang keluarga jika kau sudah selesai dan berniat pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
His Smile (TAMAT)
Romance[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Rachles jatuh cinta untuk pertama kalinya di usia dua puluh enam tahun. Namun sayang, rasa cinta itu harus ia kubur karena wanita yang ia cintai adalah calon istri sang kakak. Lucu sekali. Dia jatuh cinta sekaligus...