Papa Rachles lagi sakit. Makanya telat update, hehe
------------------------
"Rachles, sudah siang. Kau tidak ke kantor?" Fiera mengguncang bahu Rachles pelan agar Russel yang berada dalam pelukan lelaki itu tidak ikut terjaga.
Ragu, perlahan Fiera duduk di sisi ranjang menghadap punggung telanjang Rachles. Entah mengapa dia jadi canggung setelah kejadian malam itu.
"Rachles." Kembali Fiera memanggil sambil sekali lagi mengguncang pelan bahu lelaki itu.
"Hmm." Rachles hanya bergumam tanpa menggerakkan tubuh.
"Kau tidak ke kantor?"
Rachles melepas pelukannya dari tubuh Russel lalu tak diduga malah memindahkan kepalanya ke paha Fiera. Mata Fiera melebar kaget.
"Rachles." Fiera memperingatkan.
"Sepertinya aku sakit." Rachles meraih tangan Fiera lalu ia letakkan di sisi wajahnya. Telapak tangan Fiera yang terasa sejuk membuatnya nyaman.
"Astaga, panas sekali." Tadi Fiera memang merasakan tubuh Rachles agak panas. Tapi dia tidak menyangka bahwa lelaki itu demam.
"Aku harus pindah." Rachles bergumam tanpa membuka mata. "Coba periksa apa Russel tertular."
Fiera segera menangkupkan tangannya di kening Russel. Kemudian dia menghela nafas lega karena suhu tubuh Russel normal. "Russel baik-baik saja. Ayo kubantu pindah."
Rachles memaksa matanya terbuka kemudian berusaha duduk. Sejenak dia terdiam sambil memegang kepalanya yang terasa berdenyut.
"Rachles, kita ke dokter saja." Saran Fiera dengan raut khawatir.
"Tidak perlu. Aku hanya butuh istirahat seharian. Besok pasti kondisiku sudah lebih baik." Kemudian dia berdiri dan Fiera langsung merangkul lengannya erat.
"Hati-hati." Gumam Fiera. "Mana pakaianmu? Kau pasti demam karena suka tidur tanpa pakaian." Sifat keibuan Fiera mulai muncul.
Rachles tersenyum seraya mengikuti langkah Fiera yang membawanya ke kamar tamu. "Kau terlihat semakin cantik saat marah seperti itu."
"Dan kau terlihat sangat mengenaskan saat melancarkan rayuan dengan wajah pucat." Gerutu Fiera yang mengundang tawa kecil Rachles.
Sesampainya di kamar tamu tempat Rachles menyimpan barang-barangnya, Fiera segera membantu lelaki itu duduk di ranjang. Kemudian dia menuju lemari, mengambil sebuah kemeja.
"Pakai pakaian dulu." Fiera membantu Rachles memakai kemeja lalu membantunya berbaring. Setelahnya dia berdiri namun Rachles mencengkeram baju Fiera seperti anak kecil yang tidak mau ditinggal saat sakit.
"Mau ke mana?" tanya Rachles dengan suara lemah.
"Aku akan mengambil obat dan membuatkanmu sarapan."
"Baiklah, jangan lama-lama." Cengkeraman di baju Fiera perlahan terlepas bersamaan dengan mata Rachles yang terpejam.
Sejenak Fiera terdiam memperhatikan wajah Rachles. Tapi kemudian dia menggeleng pelan seolah mengenyahkan rasa apapun yang menggeliat di hatinya. Segera ia berdiri lalu bergegas ke dapur.
Setengah jam kemudian, Fiera kembali ke kamar Rachles bersama Russel. Bocah itu sudah turun dari ranjang saat Fiera masuk ke kamarnya setelah mengantar Rachles. Kini tubuhnya sudah wangi bedak dan minyak telon dengan rambut masih tampak basah.
"Papa!" pekik Russel sambil melompat ke ranjang di sebelah Rachles berbaring.
"Pelan-pelan, Sayang. Papa sedang sakit." Fiera mengingatkan seraya meletakkan nampan di atas meja nakas.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Smile (TAMAT)
Romance[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Rachles jatuh cinta untuk pertama kalinya di usia dua puluh enam tahun. Namun sayang, rasa cinta itu harus ia kubur karena wanita yang ia cintai adalah calon istri sang kakak. Lucu sekali. Dia jatuh cinta sekaligus...