RE 22: Choice

218 37 22
                                    

"Aneh ... bukan?" cicit Hellen sambil mengusap ujung matanya yang basah.

Nathan masih tergeming dengan Ira dalam dekapannya. Dalam hati, ia merutuki diri sendiri. Mengapa hal sepenting ini justru ia lupakan? Ah, tidak, ia bukan sengaja melupakannya. Erza-lah yang nelenyapkan semua memori itu. Karenanya Hellen merasakan hal yang sama kala festival dan berkata ada sesuatu-

Itu ... yang sejak tahun baru menghantui, Nat.

Dia terlalu baik.

Sampai kita melupakan dia.

Sosok yang mengikat mereka berdua. Sosok yang terus berusaha menjaga ikatan antar mereka. Sosok yang mengorbankan segala kebahagiannya hanya demi mereka. Sosok yang seharusnya jadi pencipta kebahagiaan utama untuk gadis itu. Sosok yang....

Deg

"Maaf." Kala itu ia menunduk amat dalam di hadapannya, seolah penyesalan terdalam dalam hidupnya. Pada saat pertemuan yang menguak segala kenyataan, yang terjadi bak ilusi. "Gue malah suka sama Hellen."

Semua itu.... Semuanya....

Lo nggak ada niat buat ngapain, gitu?

Di malam penuh bintang kala gadis itu menangis.

... jangan kaget sama apa yang bakal terjadi.

Kesempatan nggak datang dua kali.

Pusaran memori kini menghantamnya. Semua, semuanya berputar dalam waktu yang singkat, cepat, lantas berlalu dan ... jangan-jangan....

"Tu―tunggu dulu, Len."

"Nat...."

Sosok yang selalu saja berkorban itu....

"Erza, Len! Erza yang itu kan?! Kalau memang Erza kita yang itu, Erza yang bahkan aku re-" Nathan menggantungkan kalimatnya, lantas menyerahkan Ira pada Hellen. Setelahnya berlari tergesa-gesa menuju lantai dua. Tempat di mana sosok itu kini berada.

Dor... dor... dor

Nathan menggedor pintu kamar bewarna putih itu. Amat kencang dan membuat Hellen yang baru sampai heran melihatnya. Apa sebenarnya yang Nathan pikirkan?

"Za, ini gue, Za!"

Tu-tunggu dulu, cara berbicara Nathan. Kenapa cara berbicaranya seolah....

"Nat, kenapa kamu bicarnya?"

Nathan mengabaikannya, ia masih menggedor kamar putranya.

Dor... dor... dor...

"Mungkin keadaan Erza sama kayak kita. ERZA BUKA! Bahkan lebih buruk." Nathan menjawab rasa penasaran Hellen sekaligus berteriak pada sosok yang ada di alam kamar. "Kamu bilang Erza ngusir kamu, kan? Itu mungkin terjadi karena Erza gak mau nyakitin kamu sama memorinya yang mendadak kebuka. Kamu sendiri juga yang bilang kalau kamu gak sengaja matahin mantra itu, bukan? Aku juga!"

Tadi, semua mendadak berubah jadi satu. Rantai memori kita yang hilang itu mendadak muncul dan melengkapi segala kepingan memori kita. Dan kalau itu terjadi-"

Hellen kini mengerti.

Mungkin, memori Erza juga balik lagi. Terlebih lagi, kalau ini kehidupan barunya, dan memorinya tetap memori masa lampau ... mungkin Hellen yang Erza lihat adalah Hellen di masa itu. Hal itu pasti membuatnya menderita, antara kenyataan dan masa lalu. Ia enggan membohongi segalanya dan mau tak mau harus mengakui kenyataannya. Tapi di saat yang sama, Erza juga enggan kalau masa lalunya menyakiti ... sosok yang kini adalah-mamanya.

Love Life a Reincarnation Couple [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang