Ruri ... hilang.
Aya menarik napas panjang. Napas panjang yang entah kenapa terasa menyakitkan. Pikirannya kembali menyebar ke berbagai arah. Tapi ia tahu kalau dirinya harus fokus pada Erza terlebih dahulu. Karena kemungkinan besarnya, Ruri pun mencari cara untuk menyelamatkan Erza.
Sekarang ... sekuat apapun gelombang memori yang mendekap Erza lantas mengisolasinya, haruslah ia hancurkan. Setidaknya, biarkan ia menghantam pintu yang ada di hadapannya.
Good, dirinya tampak seperti bongkahan es yang siap menghantam Kapal Titanic saat ini. Mengabaikan kedua sosok yang saat ini juga kebingungan. Biarlah, nanti ia akan menjelaskannya. Sekarang....
"Erza bakal baik-baik aja...." Suara lemah dari Hellen keluar.
Aya tertegun. Ada sesuatu yang besar yang ia rasakan di sini. Sebuah cinta yang amat dalam nan terselubung. Hal itu, tanpa sadar membuatnya mengalirkan air mata sambil tersenyum. Iya, apa yang dikatakannya benar. Bagaimanapun hasilnya nanti, Erza akan baik-baik saja. Karena selama ini, Erza sudah berjuang keras. Semuanya pasti terbalaskan.
Semuanya.
"Karenanya ... biarkan aku membantunya."
Aya kembali menarik napasnya, mengumpulkan segalanya di ujung bahu kanannya. Segala hal yang telah terjadi, kenangannya, perasaannya, emosinya, kesakitannya, kesedihannya, dan segala hal yang membuat dirinya ingin bertemu dengan sosok itu. Ia tak peduli kapan dan di mana. Ia ingin bertemu, ia ingin menyelamatkannya, ia ... ingin sosok Erza kembali seutuhnya. Bersama dengan kebahagiannya.
Karenanya....
Jangan salahkan kalau aku menghancurkannya!
Kekuatannya memang tak seberapa, ia hanya punya jarak berlari sekitar satu setengah meter saja. Tapi biarkan ia....
"Erza!"
Braaaak!
***
Ada yang mempertahankan masa lalu, ada juga yang terus maju dan mempercayai masa depan. Namun apapun caranya, tetap saja hanya ada masa kini. Masa yang menautkan masa lalu dan masa depan.
Dan yang bocah kecil pikirkan itu hanyalah masa depan. Tapi, bukan masa depan dirinya kelak. Lagi pula, apa ia masih punya waktu untuk masa itu. Tentu di dunia lainnya.
Bocah kecil itu ... Ruri. Kini, ia tengah menapakkan kakinya di antara rumput basah yang ada di luar rumah Erza. Rupanya hujan turun sejak ia berada di dalam tadi. Hujan rintik yang tak disadari kedatangannya.
Lupakan. Bukan itu tujuannya di sini. Tujuannya hanya untuk menyelamatkan papanya dari takdir kejam itu―lagi. Walau ia tahu, apapun butuh pengorbanan. Lagi pula, ia hidup karena pengorbanan Light yang berusaha menyatukan kedua cahaya milik Glow dan Flash. Juga, karena kedua cahaya itu yang bertahan meskipun seharusnya telah redup.
Mungkin yang mereka tahu ia hanyalah makhluk kecil polos yang tak mengerti apapun. Tapi pada kenyataannya, ia tahu lebih dari yang mereka tahu. Setidaknya untuk saat ini.
"Papa... harus bertahan," ucapnya sambil menatap jendela kamar yang tampak menggelap karena lampunya mati. "Karena Ruri akan bertahan buat bikin Papa bertahan, makanya...."
Ruri menatap telapak tangannya yang terkepal. Lalu dengan cepat terbuka diiringi cahaya keunguan. Sebuah jam pasir keluar dari sana. Dengan butiran kristal pasir berwarna ungu yang berjatuhan.
Itu....
"Biar Papa paham sama apa yang papa pikirkan waktu dulu jadi Guardian, Kita harus ketemu sama diri Papa yang ada di masa lalu tanpa campur aduk diri Papa yang ada di masa kini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Life a Reincarnation Couple [END]
Fantasía[ WARNING! Jangan Berekspetasi Terlalu Tinggi. ] Sequel Love Life an Enemy Couple. *** Kelahiran membuat ia lupa akan segalanya. Yang ia tahu, ia hanya manusia normal. Ya, siapa yang tahu dengan kehidupannya di masa lalu. Seiring berjalan...