Sayap putih dengan cahaya kebiruan terbentang, membuat sang empu sedikit keberatan. Bukan karena massa benda berbulu itu. Melainkan sesuatu....
Sudah lama sejak terakhir melihat benda itu menempel di punggungnya. Ya, ia pikir cukup lama.
"Mama cantik!" pekik seorang bocah membuat senyuman sosok bersayap itu sedikit terukir.
Bagaimanapun juga ia tak bisa tersenyum utuh bahagia saat ini. Di malam ini, ada sesuatu yang ... sudah jelas memberatkan itu mungkin terjadi. Dan kini, ia tak boleh terlambat.
"Ma, cepet!"
Aya―sosok itu―mengangguk. Lantas berlari diikuti Ruri di belakang. Sayapnya ia rapatkan agar tak membuat benda-benda berjatuhan.
Dan....
"Nenek gak akan lihat kita sementara waktu ini. Asal Mama nggak bikin barang-barang jatuh. Sayap mama masih bisa nyentuh benda asli karena mama bukan lagi malaikat murni."
Ruri menjawab pertanyaan yang bahkan belum terlontarkan, membuat Aya kembali mengukirkan senyumannnya.
Ia harus jalan hati-hati.
"Terus, kita harus lewat pintu?" tanya Aya.
"Aku bisa nembus. Tapi mama harus tetap lewat pintu meski gak terli―"
Lah....
"Tapi Ruri punya cara lain, sini pegang tangan Ruri!"
Aya menurut langsung menautkan tangannya pada tangan Ruri. Ia
tak banyak tanya lagi. Lagi pula waktunya sudah banyak terbuang.Tanpa sadar, mereka sudah ada di luar rumah.
Bagaimana itu terjadi? batin Aya.
Ruri hanya tersenyum singkat saat menatap Aya. Kenapa?
"Ma, wajah mama sesaat ... mirip sama Glow dulu," ucap Ruri to the point.
"Eh?"
Ruri langsung menggelengkan kepalanya. Namun saat itu juga, mata Ruri membelalak, lalu membentangkan sayapnya dan terbang menuju rumah Erza―meninggalkan Aya.
Dan ia tergeming melihat Ruri yang pergi. Sayapnya tak bisa bereaksi langsung. Lagi, lagi, dan lagi, ia hanya bisa berdiam diri dengan topangan kaki padahal....
Deg
Satu sentakan menjadi tanda, kemudian gemuruh yang bagai ombak tepi pantai berdebur semakin kuat. Debaran tak tertahankan. Debaran yang menakutkan. Debaran yang membuatnya....
Tes...
Tes...
Tes...
"BEGO!" pekik Aya tiba-tiba sambil berlari kencang tanpa memperhatikan sayapnya menabrak apa lagi.
Kenapa tadi Lo diem, Ya?!
Ini waktunya! Ruri udah bilang berkali-kali, kan?!
Di saat Lo punya banyak waktu, kenapa Lo malah diem, hah?
Mau ngenes kayak Glow lagi?!
Mau kalian berakhir tanpa jadi satu lagi?!
Mau benang merah Lo berdua nyatu tapi Lo berdua nggak nyatu?! Mau?!
Pekikkan-pekikkan yang terjadi dalam dirinya amat memuakkan. Namun semua itu tak ada yang berdusta. Semua pekikkan tidaklah naif seperti dirinya. Semuanya berkata sesuai apa yang ia inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Life a Reincarnation Couple [END]
Fantasy[ WARNING! Jangan Berekspetasi Terlalu Tinggi. ] Sequel Love Life an Enemy Couple. *** Kelahiran membuat ia lupa akan segalanya. Yang ia tahu, ia hanya manusia normal. Ya, siapa yang tahu dengan kehidupannya di masa lalu. Seiring berjalan...