EXTRA PART 8

5.9K 173 1
                                    

Di tempat yang sama, Eza memegang pelipis nya karena merasa bersalah sudah memarahi Lea terlalu berlebihan.

Annisa yang melihat kejadian tadi perlahan mendekati Eza lalu menatap Eza dengan tatapan kasihan.

Annisa pun dengan sigap langsung memeluk Eza. Eza tau niat tulus wanita ini, Eza pun membalas pelukan Annisa dengan sangat tulus.

"It's ok, Eza. Don't worry." Ucap Annisa yang tengah menenangkan bos nya.

Tanpa Eza sadari, ternyata Lea tengah memperhatikannya dari atas. Melihat kejadian ini membuat Lea semakin miris. Lea pun kembali memasuki kamar dan mengunci kamar tersebut.

Eza yang sadar akan kehadiran Lea disana. Langsung melepas pelukannya dan berlari menaiki tangga untuk menuju kamarnya dengan Lea.

Eza mengetuk ketuk pintu berkali kali namun Lea tidak menjawabnya.

"Le, maafin aku." Ucap Eza yang masih mengetuk pintu kamarnya.

"Sayang, buka pintunya please."

Tidak ada jawaban dari Lea.

"Aku ga ada maksud apa apa. Buka pintunya, Le."

"Maafin akuu. Please buka pintunya."

"Za, sakit." Jawab Lea dari balik pintu.

Perkataan Lea sungguh membuat jantung Eza ingin runtuh. Apa yang terjadi di dalam sana?

"Kamu kenapa?! Buka pintunya!" Ucap Eza dengan nada yang sangat khawatir.

"Eza. Tolong aku. Sakitt." Ringis Lea kembali.

"Kamu ngejauh dari pintu, Le. Aku mau dobrak pintunya!" Ucap Eza.

Lea pun menuruti perkataan Eza. Eza dengan susah payah tengah berusaha untuk mendobrak pintu kamarnya. Fikiran Eza sudah tidak karuan. Yang Eza ingin hanyalah menolong Lea.

Dengan usahanya, akhirnya pintu ini berhasil terbuka.

"Ezaa sakitt." Kini Lea menangis. Bukan menangis karna sikapnya. Eza tahu Lea menangis karena menahan sakit yang disebabkan oleh janinnya.

Oh tuhan, apalagi ini.

"Lea! Ada darah di kaki kamu!" Ucap Eza kaget. Eza pun langsung menggendong Lea ala bridal style dan membawanya ke mobil.

~~~~~

Eza mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh, Eza tak peduli dengan apa yang terjadi disekitar nya, Yang ia ingin hanya Lea selamat.

"Tahan ya sayang, sebentar lagi sampe kok." Ucap Eza dengan nada suara yang terdengar sangat khawatir.

"S-sakit, Za." lirih Lea dengan suara yang mulai melemah.

"Iya iya tahan ya."

Akhirnya Eza pun tiba dirumah sakit. Tim medis membawa Lea, dengan perasaan yang tidak dapat diungkapkan, Eza menemani Lea selama dokter masih memeriksanya.

"Bisa bicara sebentar?" Ucap Dokter.

Eza pun mengangguk.

Dokter yang menangani Lea melangkah menjauh dari Lea. Lea yang masih menahan rasa sakit yang dialaminya melihat gerak gerik dokter dan suaminya. Lea penasaran apa yang akan dibicarakan oleh Sang Dokter.

"Kenapa dok?" Ucap Eza.

"Begini, Lea mengalami gangguan pada rahimnya. Masalah ini harus segera di tangani. Jika tidak, akan membahayakan nyawa keduanya." Ucap Dokter.

Sungguh hal ini membuat Eza merasa takut.

Sangat takut.

"J-jadi apa yang harus saya lakukan, dok?" Ucap Eza.

"Kami akan segera melakukan operasi. Tapi.."

"Tapi apa dok?! Lakukan apa pun buat istri dan anak saya!" Ucap Eza.

"Maaf. Kami hanya bisa menyelamatkan salah satu dari mereka. Jika tidak segera diproses, anda dapat kehilangan nyawa kedua nya." Ucap Dokter ini.

"A-aa-apa?" Ucap Eza kaget.

Tidak mungkin.

Eza tidak ingin kehilangan Lea dan Janinnya.

Apa yang harus Eza lakukan sekarang?

Oh Tuhan, Mengapa takdir begitu kejam?

"Ini adalah jalan satu-satunya. Tolong cepat dan bijaksana dalam mengambil keputusan,Pak. Kodisi pasien semakin melemah." Ucap Dokter.

Eza terdiam. Eza tidak mengerti apa yang harus ia lakukan. Ini sungguh pilihan tersulit.

"T-tolong selamatkan Istri saya, Dok." Ucap Eza. Eza sangat terpukul akan hal ini.

"Baikl---"

"Jangan!" Ucap Lea.

Ternyata sedari tadi Lea mendengar semua percakapan Eza dengan Dokter. Dan mengapa Lea melarangnya?

Dengan segera Eza menghampiri Lea yang masih terlihat kesakitan akibat rahim nya. Lea menatap Eza dengan tatapan sendu. Airmata Lea tidak dapat di tahan lagi setelah mendengar fakta yang menyakitkan bagi keluarga kecilnya.

Eza menggenggam tangan Lea dengan sangat lembut. Eza berusaha tegar setelah apa yang telah terjadi. Jika bukan Eza, lantas siapa yang akan memberi semanga dan dorongan kepada Lea?

"Sabar ya, Sayang. Kamu harus ikhlas, aku tau kamu kuat. Sebentar lagi Operasinya akan dimulai." Ucap Eza dengan mata ulai berkaca kaca.

"Engga, Za." Ucap Lea denga suara yang lemah.

Kini tubuh Lea tengah dipenuhi dengan selang selang demi mempertahankan nyawanya,

"Ngga. Aku tau kamu kuat." Ucap Eza yang langsung menciumi kening milik istrinya.

"Selamatkan anak kita, Za. Aku mohon.." Lea kini menitiskan air matanya.

Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang