matematika

5.8K 770 26
                                    

"Kang seulgi, 35." ucap bu guru kim.
Seulgi hanya nyengir kuda menatap guru matematikanya tersebut. Lalu berjalan kearahnya hendak mengambil kertas ulangannya itu.

"Kenapa cuma matematika doang yang kamu gak bisa seulgi? Pelajaran lainnya nilai kamu Bagus, kenapa matematika gak bisa?" tanya bu guru kim pada seulgi dengan tatapan bingung.

Cengiran seulgi makin lebar, sampai mata sipitnya itu hilang. "Hehe gak tau bu" ucapnya sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kamu tutor aja ya?" ucap bu guru kim. Seulgi mengerutkan alisnya, "ah gamau ah bu" ucapnya menolak tawaran bu guru kim.

"Bukan sama saya tapi, sama salah satu siswa lain. Dia pinter banget kalo soal matematika." ucap bu guru kim sembari tersenyum.

Seulgi penasaran. "Siapa bu?" tanyanya pada bu guru kim. Yang ditanyai hanya tersenyum.

"Setelah ini kamu ketemu sama saya ya, dikantor saya. Nanti saya panggilin anaknya." ucap bu guru kim.

Dengan enggan Seulgi hanya bisa mengangguk, lalu kembali ketempatnya.

Setelah pelajaran selesai, seulgi segera menuju kantor bu guru kim, meskipun ia tidak mau tapi jika ia kabur bisa kena masalah dia, jadi ya mending dia ngikut aja deh, lagipula dia juga kepo siapa tutornya itu.

Saat ia sudah sampai, bu guru kim tidak terlihat dimanapun, jadi ia pun mengambil kursi dan duduk disitu, menunggu kedatangan bu guru kim.

Lalu pintu pun terbuka, dan bu guru kim muncul. "Eh seulgi, udah dateng. Bentar ya, anaknya lagi otw kesini" ucap bu guru kim, lalu segera duduk di kursinya.

Pintu terbuka, dan seseorang, lebih tepatnya, seorang wanita, masuk dengan anggunnya. Parfumnya yang khas dan familiar di hidung seulgi menyerbak dari tubuhnya.

Ia tersenyum melihat seulgi, namun sorot matanya terlihat seperti mengejek seulgi.

"Nah ini dia. Seulgi, kamu pasti sudah kenal dengan bae joohyun kan?"
"Irene bu" ucap irene memperbaiki ucapan bu guru.

"Iya itulah. Oke seulgi, mulai sekarang, joohyun akan menjadi tutor mu, dia pinter loh di bidang matematika." ucap bu guru kim. Irene hanya menghembuskan napas, karna ibu kim tetap menyebutkan nama aslinya.

Seulgi hanya mengangguk-angguk tanda ia mengerti. Lalu ia menatap kearah irene dan tersenyum meremehkan. "Oke, kalian bisa belajar dari sekarang, atau besok, terserah kalian. Sampai disini saja, silahkan kembali ke tempat kalian" ucap bu guru kim.

Seulgi dan irene mengangguk lalu segera keluar dari kantor ibu kim.

Seulgi menatap irene, "lo jago matematika? Gila." ucapnya, ada nada mengejek di dalam ucapannya.

Irene hanya menyeringai "gua jago dibidang apapun" ucapnya.

"Yaudah ayo, ke perpustakaan aja, belajar disitu" ucap irene. Seulgi menaikan alisnya, "sekarang?"

"Nggak, besok aja kalo udah lulus. Yaiyalah sekarang, ayo!" ucap irene sembari menarik tangan seulgi.

Seulgi terkejut atas perbuatan irene, tetapi ia diam saja.

Saat mereka sudah sampai di perpus, irene sudah membawa berbagai macam buku yang kebanyakan bertuliskan angka tersebut.

Seulgi berasa ingin muntah.

"Yang kamu gak ngerti apa?" tanya irene pada seulgi, yang lalu dijawab dengan, "Semua" ucap seulgi enteng
"Astaga.. " irene mengurut Batang hidungnya yang mancung itu.

Lalu menatap seulgi, "kita mulai dari limit aja ya" ucap irene menawarkan pada seulgi.
"Ya boleh" balas seulgi.

Lalu mereka pun mulai belajar. Irene mengajarkan seulgi dengan sabar dan telaten, dan seulgi pun kagum dengan sisi irene yang ini. Ternyata tak hanya wajah, irene pun memiliki otak cerdas.

Irene tak pernah berhenti memberikan kejutan pada seulgi.

Seulgi merasa senang, karna irene mengajarkannya dengan cara yang lebih mudah dan cepat. Otak seulgi yang lemah banget kalo soal matematika, membuatnya payah dalam hal itu.

Lama-kelamaan, seulgi bukannya memperhatikan bagaimana cara mengerjakan soal di bukunya itu, ia malah memperhatikan bagaimana cara irene menjelaskannya. Bagaimana bulu matanya yang panjang dan lentik itu bergerak karna kedipan mata irene, bagaimana alisnya yang rapih itu naik turun, bagaimana matanya yang Indah itu melihat soal-soal matematika itu, dan bagaimana bibir pink miliknya terbuka karna ia sedang berbicara.

Tunggu sebentar.. Apakah tadi seulgi memperhatikan wajah irene.. Begitu lekat? Tanpa berkedip? Sekalipun?

Dan apakah seulgi baru saja bilang kalo wajah irene itu indahnya kebangetan? Kayak bukan manusia, lebih tepatnya bidadari.

Irene yang merasa seulgi tidak memperhatikan, mendongakkan kepalanya lalu menatap seulgi.

"Seul, jangan bengong. Gua lagi jelasin" ucapnya. Seulgi menengokan kepalanya cepat, "seul?" tanyanya.

Irene membuka matanya lebar, malu. "A-ah maksud gua-"
"Gua suka."
"Hah?" ucapan irene terpotong oleh seulgi. Irene kebingungan, "suka apa?"
"Gua suka, kalo lo manggil gua pake nama gue, bukan nama-nama yang lo pake buat ngejek gua." ucap seulgi jujur.

Irene memukul pundaknya pelan, "apaan sih? Dasar monyet" ucap irene, memalingkan wajahnya.

Seulgi tertawa renyah, "wah, matematika, pelajaran yang paling gua benci, terasa menyenangkan, karna bersama lo kali ya?" ucap seulgi menggoda irene.

"Apaan sih!?" ucap irene berteriak geli. Tawa seulgi semakin lebar.

Seulgi tidak akan berkata seperti itu, menggoda irene dan lainnya, tapi tawanya dan pipinya yang bersemu merah itulah, mengapa seulgi mempertahankan pijakannya.

Tanpa seulgi sadari, ia mulai menyukai keberadaan irene.

"Eh tadi bu kim manggil lo joohyun kan? Gua boleh manggil lo joohyun?" tanya seulgi tiba-tiba saat tawanya sudah mulai mereda.

Irene hanya menatapnya, "terserah lo" ucapnya datar. Mencoba untuk tetap tenang, disaat tanpa ia sadari, jantungnya berdebar, dan perutnya mengeluarkan beribu-ribu kupu-kupu, memberikan rasa geli disekujur tubuhnya.

"Joohyun, bae joohyun" ucap seulgi pelan, seperti menghafalkan nama milik irene tersebut. "Gua suka, namanya cantik.. " ucap seulgi pelan.

Dan.. Kalo kalian liat jantung irene, daritadi mah udah diskotikan.

Pagi & Senja (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang