6

4.7K 365 11
                                    


"Beby! Stop!" Beby berhenti melangkah dan menoleh ke belakangnya. Tampak Shania berjalan cepat ke arahnya dengan ekspresi wajah yang sangat datar.

"Ikut aku!" Serunya sambil menarik tangan Beby yang terkejut.

Sementara gadis yang tadi berjalan bersama Beby ikut terkejut. Dia hanya bisa diam dan mulai kembali melangkahkan kakinya. Pikirnya, itu bukan urusannya karena dia hanya satu arah dengan Beby untuk keluar dari mall dua huruf itu.

Di toilet, Shania masih diam menatap Beby yang kebingungan dengan tingkah Shania yang tiba-tiba seperti ini. Entah apa yang membuat gadis jangkung ini seperti orang kesetanan hingga menariknya begitu kasar.

"Kamu kenapa?" Tanya Beby akhirnya.

Shania menghela nafasnya. Kepalanya sedikit berpaling dan kembali menatap Beby. Dia benar-benar sudah merasa kesal dengan ketidak pekaan seorang Beby. Padahal sudah jelas apa maksudnya hingga menariknya sampai ke toilet sepi ini.

"Kamu nggak tau maksud aku?" Beby menggeleng kecil. Namun perasannya sedikit menciut saat tatapan Shania berubah tajam.

Shania menutup matanya untuk meredakan emosinya. Di helanya nafas beberapa kali dan melemparkan tas yang dia pegang sedaritadi ke arah Beby. Meski sudah menahannya, tapi Shania sudah tak tahan dengan kelakuan Beby.

"Aduh!" Pekik Beby saat tas Shania mendarat ke arahnya yang hampir mengenai wajahnya. Beby menatap Shania tidak percaya dengan kelakuannya yang berubah-ubah.

"Kamu ini kenapa sih, Nju? hah? dikit-dikit marah. Aku salah apa?" Shania menarik tasnya dari tangan Beby dan pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaannya Beby.

Air matanya mengalir dengan sendirinya. Perasaannya merasa hancur saat sadar kalau Beby tidak pernah peka dengan isi hatinya. Entah terbuat dari apa hati Beby, pikirnya berjalan keluar mencari taksi.

Beby mengejar Shania dengan masih berfikir keras. Apa yang sudah dia lakukan hingga membuat Shania murka. Langkahnya berhenti saat mengingat sesuatu.

"Aduh! bego banget sih, lo Beby! udah tau pacar lo cemburuan, malah deketin Elaine mulu. Shania!" Beby kembali berlari mengejar Shania yang akan masuk ke dalam taksi dan untungnya Beby bisa mengejarnya dan ikut masuk ke dalamnya.

"Jalan, Pak." Kata Beby dengan nafas tersengal-sengal karena mengejar Shania.

Gadis di sampingnya hanya diam tidak melihat ke arahnya. Dia terus diam menatap jendela samping yang memperlihatkan jalanan kota Jakarta yang sangat padat oleh manusia.

Keduanya berhenti di tempat yang Beby sudah berikan kepada sang supir. Beby sudah keluar dari dalam taksi. Namun Shania masih betah duduk di kursinya. Di bukanya pintu yang dekat dengan Shania.

"Keluar." Kata Beby menatap Shania yang masih diam.

"Nju, keluar itu bapaknya mau pergi." Ucap Beby lagi.

"Ck!" Decak Shania yang akhirnya keluar dari dalam taksi. Beby tersenyum tipis melihat gadisnya yang masih dalam mode ngambek.

Sesampainya mereka di depan pintu kamar kost Beby, Shania hanya diam saat Beby membuka pintunya. Beby menoleh dan menghela nafas pelan saat melihat kelakuan Shania yang tidak mau masuk.

"Nju, masuk." Tidak ada respon dari Shania. Gadis itu masih betah dengan diamnya.

"Shanju." Suara Beby mulai meninggi membuat Shania memalingkan wajahnya.

"Nggak mau." Katanya dengan wajah kesal.

"Shania Junianatha!" Shania menghentakan kakinya ke lantai dan masuk ke dalam saat mendengar Beby memanggil nama lengkapnya. Dia tidak mau Beby meneriakinya jika dia semakin keras kepala.

Story Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang