54

4K 290 25
                                    

Aku selalu bahagia dengannya. Menjadi yang tercinta untuknya adalah sesuatu yang luar biasa dalam hidupku. Mendapatkan pelukan dan ciumannya, menjadi hadiah terindah yang Tuhan berikan pasaku. Memilikinya adalah sebuah anugerah. Tapi, tanpa aku sadari, aku sering melukainya. Menorehkan luka yang tak aku tahu seberapa sakitnya.

Beberapa hari yang lalu aku melihat tulisannya di dalam grup chat all member. Di sana dia menuliskan beberapa kalimat. Dan ketika aku membacanya, aku baru sadar. Sadar kalau selama seharian itu dia berbeda karena dia ingin menjadi orang lain demi membahagiakan aku. Iya, dia melakukannya demi aku yang padahal bodoh karena tidak tahu dia sedang terluka.

Dia sudah cukup dewasa untuk menyikapi semua yang terjadi dalam hidupnya. Sama seperti menyikapi perasaannya. Dia tidak pernah mengatakan apapun tentang rasa sakit atau lelahnya. Tapi dia akan melakukan sesuatu yang akan menggambarkan bagaimana perasaannya. Apa yang saat itu dia rasakan.

Semenjak hari itu, aku hanya bisa diam. Tidak ada niat bertanya karena aku fikir, dia akan mengatakannya langsung. Mungkin dia butuh waktu.

Meski begitu, rasanya sangat menyesakkan ketika tahu dia merubah perilakunya demi aku yang terlalu sering bersama Saktia. Tapi jauh dalam hatiku, aku lebih menyukai dia menjadi dirinya sendiri. Karena aku jatuh cinta padanya, bukan pada orang lain.

Pagi ini aku terbangun dalam dekap hangatnya. Wajah yang biasanya terlihat menyebalkan, kini begitu polos dan lucu ketika dia terlelap. Dengan gemas aku menggigit lengan kanannya. Lengan yang sekarang jauh lebih berisi dari tahun lalu hahaha.

Dia sama sekali tidak terganggu dengan perlakuanku. Sekali lagi aku menggigit lengannya. Masih belum ada respon.

"By, bangun. Udah pagi loh." Bisikku sembari berpindah tidur di atas tubuh cungkringnya.

Tak perlu membutuhkan waktu yang lama. Mata elang miliknya perlahan mengerjap. Ini adalah moment yang aku suka ketika bangun tidur. Melihatnya mengerjapkan mata. Itu sangat lucu menurutku.

"Pagi, honey." Kataku mengecup bibirnya sekilas. Ia tersenyum dan aku akui itu sangat manis.

"Pagi juga, nju." Ucapnya dengan suara serak.

Aku hanya tersenyum lalu duduk di sebelah tubuhnya yang perlahan juga duduk. Dia menatapku sebentar lalu merenggangkan tubuhnya.

Tak lama dia menatap pada lengan kanannya. Dimana tadi aku menggigitnya. Lucu sekali ekspresi bingungnya. Namun tak lama kemudian, dia menatap padaku.

"Kelakuan kamu, ya?" Tanyanya menyelidik.

Aku menggeleng cepat, namun senyum di wajahku tak mampu kutahan. Itu karena ekspresinya sangat lucu. Ku lihat dia mendengus lalu mengusap lengannya.

"Bener bukan kamu?"

"Bukan, By. Kamu kali, ngigo gigitin lengen sendiri buat ngetes ketajaman gigi kamu hahaha."

"Mana ada."

Rasanya aku ingin tertawa melihat wajahnya yang cemberut. Tanpa aku beritahu pun, dia tahu siapa yang menggigit lengannya. Tidak mungkin dia menggigit lengannya sendiri.

Dia mengambil ponselnya lalu mengetikan sesuatu di sana. Sementara aku mulai melihat jam. Dan ternyata jam sudah menunjukkan pukul 10 tepat. Memang melelahkan kemarin hingga aku terlambat bangun.

Ketika aku menoleh lagi dia sudah beranjak dari duduknya menuju kamar mandi. Ku biarkan saja dia pergi ke kamar mandi, sementara aku memilih membuatkannya sarapan.

*****

Shania yang sedang duduk di atas tempat tidur langsung tertawa membaca tweet Beby. Sedangkan si empunya tweet sedang sibuk menghabiskan makan siangnya yang terlambat beberapa menit.

Story Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang