49

4.8K 332 86
                                    

Sekarang emang suka-suka Ophin mau update kapan.
Warning!
Ada unsur kata-kata kasarnya.
"KASAR." 😂

~~~~~~

1 Januari 2019

Kicauan burung di sertai mentari pagi yang begitu hangat menjadi satu suasana yang membuat Shania terbangun dengan senyuman terpatri di wajah. Tak lupa juga pada orang yang memeluknya semalaman. Rasanya ia tak ingin lepas dari pelukan ini.

Perlahan tangan kirinya yang semalaman memeluk pinggang orang itu ia tarik dan menyentuh pipi tirusnya. Senyumnya masih belum pudar bagaikan enggan luntur dari sana. Dengan lembut ia usap pipi orang itu menggunakan ibu jarinya.

Tak berapa lama, mata orang itu bergerak, menandakan ia telah bangun dari tidur lelapnya. "Pagi, Nju." Sapanya sembari tersenyum kecil. Ia sedikit menguap dan mengusap ujung matanya yang terasa berair karena menguap. Sementara Shania semakin tersenyum lebar karena pagi ini ia bisa mendengar suara serak khas bangun tidur kekasihnya.

"Pagi, seksinya aku." Balasan Shania yang sedikit iseng itu membuat kekasihnya justru terkekeh geli. Ada saja nama yang Shania lontarkan untuknya.

"Jangan manggil gitu, aku geli." Di kecupnya kening Shania hingga Shania menutup kedua matanya. Menikmati kecupan lembut di pagi hari dari seorang yang ia cintai itu adalah sebuah mimpi yang menjadi kenyataan bagi Shania.

Shania tersenyum kecil, tangannya sedikit mencubit pipi gadis berpipi bolongnya itu. "Aku seneng deh, kamu udah nggak marah lagi."

"Ya... itu kan, juga karena kamu yang maksa aku." Gadis berpipi bolong itu bangun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi.

"Aku nggak maksa, kamunya aja yang luluh. Kamu mau kemana?" Tanya Shania menghentikannya.

"Ke kamar mandi, masa ke kebun."

"Ikoooot!"

"Apa deh? Udah ah, gantian."

Shania tertawa kecil melihat ekspresi terkejut kekasihnya. Entah mengapa ia suka menggoda kekasihnya itu. Karena memang biasanya ia yang di goda oleh kekasihnya ataupun fans-fansnya.

"Mendingan buatin dia sarapan ah. Pasti makin di sayang." Shania beranjak dari atas tempat tidur dan menyisir rambutnya sebentar. Setelah itu baru dia turun ke dapur untuk membuatkan gadis berpipi bolongnya itu sarapan.

*****

"Loh? Ini mana orang-orang?"

Sontak Shania yang sedang membuat makanan langsung menoleh ketika suara seseorang menyapanya. Dengan wajah masam, Shania meletakan pisaunya dengan sedikit kasar.

"Kamu ini, ya? Ngeselin banget deh. Sapa aku dulu kek, malah nanyain orang-orang." Ucap Shania cemberut.

"Nju, masalahnya ini keluarga aku. Mereka kemana?"

"Kata Cici mereka pada jalan-jalan, kita di tinggal gara-gara dari tadi nggak di buka-buka pintunya." Jawaban Shania hanya mendapat anggukan saja. Dan hal itu semakin membuat Shania cemberut.

"Kok kamu makin cemberut?"

"Beby Chaesara Anadila! Kamu pikir aku cemberut gini karena apa?"

"Ya mana aku tau, Nju. Makanya aku tanya."

Shania yang kesal langsung melempar wajah Beby dengan serbet yang ada di atas meja. "Selesaiin tuh masakan!" Serunya sambil berjalan keluar.

Beby mengambil serbet itu dan menoleh pada Shania yang sudah menghilang dari pandangannya. Ia tertawa kecil melihat tingkah Shania. Sebenarnya ia tahu mengapa gadisnya itu semakin cemberut, hanya saja ia memang iseng.

Story Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang