29

3.8K 337 18
                                    

Di sinilah aku sekarang, terdiam di tempat dudukku sembari menatap kosong ke depan. Di telingaku terpasang headset dengan lagu mengalun berulangkali. Lagu yang sekarang mewakilkan isi hatiku. Jika kalian penggemar drama Korea, mungkin kalian akan tahu bagaimana lagunya. Judulnya I Miss You, yang menyanyikan Soyou member girlband bernama Sistar. Itu adalah salah satu lagu yang di pakai pada sebuah drama berjudul Goblin.

Tadi, saat aku memasuki backstage, mata tajamnya itu menatapku. Bukan tatapan lembut lagi yang aku dapatkan. Namun, sebuah tatapan sedih dan rindu. Aku bisa melihat itu semua di sana. Mungkin mulut itu bisa berbohong tapi tidak untuk matanya. Sepintar apapun dia menyembunyikan perasaannya, aku bisa tahu hanya dengan sekali melihat.

Ingin rasanya datang ke hadapannya, menggenggam tangannya dan bahkan memeluknya agar rindu yang kami rasakan ini bisa saling berbalas. Tapi bayang-bayang kedua orang tuaku membuat aku mengurungkan semuanya.

Aku memilih pergi demi menjaga hatinya. Mungkin ada sakit dalam hatinya bahkan hatiku. Tapi aku fikir, itu hanya akan bertahan sementara. Seiring berjalannya waktu pasti semua itu akan menghilang. Aku tidak akan sanggup jika hubungan ini berlanjut dan kedua orang tuaku tahu. Akan ada masalah lebih besar lagi jika itu benar-benar terjadi dan aku tidak akan bisa berbuat apa-apa. Aku terlalu pengecut untuk membuatnya terus berada di sampingku. Namun di sisi lain, hati dan fikiranku masih tertuju padanya. Entah sampai kapan, tapi ada keyakinan dalam hatiku, dia akan sulit aku lupakan dari duniaku.

*****

"Shania kenapa, tuh?" Pertanyaan Sonia yang duduk di samping Beby membuat gadis berlesung itu menoleh. Mengikuti ke arah mana tatapan Sonia.

Saat itu, dia bisa melihat ekspresi Shania yang tidak biasa. Duduk termenung dengan headset menempel di kedua telinganya. Seperti orang sedang meresapi lirik lagu yang mengalun di sana. Keningnya berkerut dan mencoba mencari alasan untuk mendekati gadis jangkung itu.

Kepalanya menoleh kiri kanan hingga jatuh pada sebuah kotak makan serta minuman. Senyumnya mengembang tipis dan nyaris tak tampak. Kakinya berdiri dan membawa tubuhnya itu menuju pada gadis jangkung yang masih termenung dengan headsetnya.

Tanpa mengucapkan apapun, tangannya terulur, menyodorkan kotak kardus berwarna putih itu. Gadis itu mengangkat kepalanya dan tampak dari wajahnya jika dia sedikit terkejut melihat Beby sudah berdiri di depannya.

Tangan kanan Beby terulur untuk melepaskan satu headset dari telinga gadis yang masih menatapnya. Setelah gadis itu menerima kotak makannya, dia beralih duduk di samping gadis itu. Menahan degup jantungnya kini adalah pekerjaan tersulit untuknya. Namun dia menikmati detakan demi detakan yang berpacu begitu cepat.

Beberapa menit keduanya masih dalam diam. Hingga suara Shania memecahkan keheningan. "Makasih." Katanya dengan nada pelan. Beby menoleh, mengangguk kecil dan kembali mematap lurus ke depan. Bukannya tidak mau membalas ucapan terima kasih dari Shania, hanya saja detak jantungnya membuat dia tak mampu mengeluarkan suara.

"Ke-kenapa di sini?" Tanya Beby sedikit terbata.

"Dengerin lagu." Jawab Shania singkat. Beby mengangguk lagi dan membetulkan duduknya.

Suasana canggung itu kembali terasa. Beby sendiri terus berfikir apa yang harus dia ucapkan. Tapi detik berikutnya, dia sadar jika posisinya sekarang bukanlah siapa-siapa. Bahkan dia tidak tahu, apakah dirinya ini masih menjadi sahabat Shania atau sudah benar-benar tidak ada lagi hubungan.

"Aku..." Beby menggigit bibir bawahnya, menahan diri untuk tidak terlalu frontal mengatakan kalau hatinya khawatir akan keadaan Shania. Dia takut, jika dia terlalu frontal mengatakan hal itu, Shania akan merasa tidak nyaman.

Story Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang